Aceh Tengah
Rahmah, Pengusaha Kopi Terbesar di Indonesia, Setiap Tahun Ekspor 65 Kontainer ke Mancanegara
Rahmah merupakan pengusaha kopi perempuan dari Tanah Gayo, tepatnya Aceh Tengah. Ia adalah seorang anak pedagang kopi yang melanjutkan usaha....
Penulis: Cut Eva Magfirah | Editor: Mawaddatul Husna
Rahmah, Pengusaha Kopi dari Gayo yang Beromset Ratusan Miliar Rupiah
TRIBUNGAYO.COM - Rahmah merupakan pengusaha kopi perempuan dari Tanah Gayo, tepatnya Aceh Tengah.
Ia adalah seorang anak pedagang kopi yang melanjutkan usaha sang Ayah, yang telah digelutinya sejak kecil.
Bahkan, dia mengatakan dirinya hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SMA.
Namun, dengan menjadi pengusaha kopi kini ia memiliki omset sebanyak ratusan miliar rupiah per tahunnya.
“Kakek saya pedagang, bapak saya juga pedagang kopi. Saya sekolah hanya tamat SMA, karena dari kecil saya sudah diajarkan cara berdagang kopi itu bagaimana,” kata Rahmah Ketua Koperasi Ketiara Coffe dalam Launching TribunGayo.com di Hotel Parkside Takengon, Aceh Tengah, Kamis (21/7/2022).
Baca juga: Kopi Gayo Jadi Oleh-oleh Tamu yang Berkunjung ke KBRI di Belanda
Meskipun hanya mengenyam pendidikan hingga SMA, hal itu tidak membatasi dirinya untuk bisa menjadi pengusaha kopi yang sukses.
Kini ia telah memiliki koperasi kopi yang omsetnya telah mencapai puluhan miliar rupiah tiap tahunnya.
Koperasi itu, ia beri nama Ketiara Coffee, yang berlokasi di Jalan Tansaril Kampung Umang, Kecamatan Bebesen Nomor 76, Takengon, Aceh Tengah.
Rahmah mendirikan Koperasi Ketiara Coffee ini pada tahun 2009.
Usaha demi usaha ia tekuni hingga pada 2013, ia mulai mengenalkan kopi ini ke luar negeri.
Baca juga: Kopi Gayo Jadi Salah Satu Kopi yang Terkenal di Belanda, Dubes: Saya Setiap Hari Minum Kopi Gayo
Pada tahun itu juga ia mulai mengekspor kopi yang diproduksinya ke luar negeri.
Pada salah satu acara di Amerika Serikat, ia memperkenalkan kopi gayo kepada para buyer.
Bahkan, para buyer mengakui kopi gayo ini paling nikmat.
Sebelumnya, kopi gayo belum dikenal oleh masyarakat luar negeri.
Hal itu karena, biasanya para petani kopi di Gayo mengirim kopinya ke Sumatera Utara sehingga dikenallah dengan nama kopi mandailing.
Baca juga: TribunGayo.com Diluncurkan, Menteri BUMN Erick Thohir: Sudah Saatnya Kita Perhatikan Petani Kopi
Untuk itu, Rahmah seorang putri Gayo ingin memperkenalkan kopi gayo ini ke tingkat internasional.
Sejak dari itu, setiap tahunnya sebelum Covid-19, para buyer rutin mengunjungi koperasi milik Rahmah untuk lebih mengenal kopi gayo.
Kini koperasi miliknya itu telah memiliki anggota lebih dari 1.000 petani, sebanyak 70 persen didominasi oleh perempuan dan staf lebih dari 100 orang.
Sebagian besar mereka adalah anak-anak muda dan anak-anak petani.
Bisa dikatakan koperasi miliknya ini sukses besar.
Tentunya banyak hambatan yang ia lalui untuk bisa memperkenalkan kopi gayo ke berbagai negeri.
Baca juga: Fajar, Anak Muda Gayo di Jakarta, Kembangkan Penjualan Kopi Secara Online
Terutama dalam bahasa, karena hanya seorang tamatan SMA, tapi hal itu tidak membuatnya mundur.
Ia menyekolahkan anaknya ke salah satu sekolah ternama di Banda Aceh agar dapat menguasai bahasa inggris.
Sehingga dapat membantunya dalam berkomunikasi dengan para buyer di luar negeri.
Dengan cara ini lah anaknya dapat membantu usaha Koperasi Ketiara Coffee.
Di Koperasi Ketiara ini, ia memproses kopi-kopi milik petani dengan metode giling basah yang disebut semi wash, metode ini khas dari Gayo dan Sumatera.
Dengan metode semi wash inilah membuat kopi ketiara memiliki rasa sangat komplek dan menyenangkan.
Baca juga: Jangan Langsung Dibuang, Ini 8 Manfaat Ampas Kopi yang Harus Kamu Ketahui
Teksturnya sangat halus dan tingkat keasamannya rendah hingga sedang, serta rasa manis yang intens dan seimbang.
Adapun serangkaian proses yang ia lakukan untuk menghasilkan kopi terbaik yaitu:
Awalnya kopi cherry atau kopi glodok dipisahkan kulitnya sehingga menghasilkan gabah (kopi setelah dikupas kulitnya) kemudian dijemur dengan kadar air 40 persen.
“Ditumbuk namanya ke haller jadi labu, dari labu dijemur kembali jadi green bean kemudian masuk ke mesin buang debu, buang kulit, baru kemudian disortir ibu-ibu setelah itu di blending.
Baca juga: WEBINAR HYBRID Pada Launching Portal TribunGayo.com, Angkat Tema Bangga Pariwisata dan Kopi Gayo
Setelah di blending kita tidurkan semalaman, kemudian baru dimasukkan ke goni dan barulah di ekspor disitulah dapat kualitas kopi terbaik,” tambahnya.
Ketiara Coffee memproduksi arabica green bean grade spesial yang bersertifikat organik dan fairtrade agar dapat lolos pasar Amerika dan Eropa. (TribunGayo.com/Cut Eva Magfirah)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gayo/foto/bank/originals/RAHMAH.jpg)