Budaya Gayo
Mengenal Budaya Prosesi Beguru dalam Perkawinan Masyarakat Suku Gayo
Beguru yang artinya belajar tentang bagaimana calon pengantin akan bersikap dan berprilaku dalam membina rumah tangga untuk masa depan.
Penulis: Magang | Editor: Mawaddatul Husna
Beguru yang artinya belajar tentang bagaimana calon pengantin akan bersikap dan berprilaku dalam membina rumah tangga untuk masa depan.
TRIBUNGAYO.COM - Saat ini, suku Gayo menjadi penduduk mayoritas di tiga kabupaten, yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues.
Gayo adalah salah satu etnis yang mendiami Dataran Tinggi Gayo yang berada di wilayah tengah Provinsi Aceh.
Suku Gayo juga merupakan suku terbesar kedua yang ada di Aceh Tengah dengan unsur kebudayaan Gayo Linge dan kebudayaan Lut.
Setiap unsur kebudayaan dari tiap suku bangsa tentu saja memiliki keunikan dan kekayaan tradisi yang terkandung nilai-nilai leluhur untuk kemuliaan hidup.
Baca juga: Wisata Aceh Tengah, Bosan Nikmati Kopi Kekinian? Cobain 5 Cara Klasik Orang Gayo Nikmati Kopi
Tak terkecuali pada kebudayaan masyarakat Gayo di Aceh Tengah yang memiliki beberapa tahapan prosesi upacara perkawinan yang masih dilakukan secara adat.
Setiap tahapan tradisinya menyimpan makna yang sakral untuk kebahagiaan hidup tumah tangga pasangan pengantin.
Salah satu tahap prosesi upacara perkawinan yang dilaksanakan sebelum menjelang keesokan hari acara akad nikah yaitu malam pemberian nasihat atau dinamakan Beguru.
Baca juga: Sejarawan: Orang Gayo Terkenal Nekat, Berani Serang Bivak Belanda Seorang Diri
Dilansir Serambinews.com dari web blogkkn.unsyiah.ac.id berjudul Upacara Perkawinan Masyarakat Gayo pada Senin (12/9/2022).
Beguru yang artinya belajar tentang bagaimana calon pengantin akan bersikap dan berprilaku dalam membina rumah tangga untuk masa depan.
Beguru atau malam pemberian nasehat ini bisa diadakan pada pagi dan malam hari.
Acara ini biasanya dilaksanakan setelah malam begenap (musyawarah dan keluarga) atau malam persiapan pesta perkawinan bersama para kerabat dan tetangga mengenai pembagian tugas saat acara pernikahan berlangsung.
Baca juga: Baju Adat Gayo Meriahkan Pawai Karnaval HUT ke-77 RI di Banda Aceh
Pada malam begenap acara juga akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu orang tua dan pemuda pemudi.
Kelompok orang tua akan membicarakan tentang tata cara serah terima calon pengantin kepada imam (pemuka agama) saat acara akad nikah berlangsung.
Sementara kelompok pemuda pemudi, akan menyiapkan hidangan makanan untuk disantap bersama-sama.
Setelah itu adapun utusan dari kelompok orang tua mendatangi kelompok muda-mudi tersebut sambil membawa batil (cerana).
Kemudian mereka memakan sirih bersama yang dijadikan sebagai tanda permintaan orang tua pengantin wanita agar muda-mudi tersebut merelakan salah satu teman-nya untuk menikah.
Baca juga: Mengenal Tradisi Pepongoten dalam Adat Gayo, Cara Seorang Wanita Pamit dari Keluarga Sebelum Menikah
Acara beguru merupakan upacara penyampaian nasehat terakhir kepada calon pengantin lelaki maupun perempuan.
Namun upacara penyampaian nasehat tersebut dilangsungkan secara terpisah dalam lingkungan keluarga masing-masing.
Prosesi yang dilakukan biasanya akan diiringi dengan acara bersebuku (meretap), yaitu calon pengantin melakukan sungkeman kepada kedua orang tua untuk memohon restu dan doa.
Selain untuk menjalin hubungan silaturrahmi, prosesi beguru juga menjadikan sebagai media dakwah dan pendidikan yang difokuskan pada konsep pendidikan islam dengan nilai-nilai moral.
Baca juga: Mengenal Tradisi Tangis Dilo dari Tanoh Alas, Sama dengan Tradisi Pepongoten dalam Adat Gayo
Serta pengenalan jati diri yang dirasakan oleh manusia dari rahmat dan karunia Allah SWT.
Pandangan beguru begitu penting bagi masyarakat Gayo.
Hal itu dikarenakan adat tersebut mengungkapkan bagaimana menjaga adat nenek moyang serta adat gayo pagarnya agama.
Dan tetap dapat dipelihara serta dilestarikan oleh generasi penerus Gayo dimanapun mereka berada.(TribunGayo.com/Anisah Azzahra)