Berita Aceh

Warga Aceh Tenggara Dikejutkan Ribuan Ikan Mas Mati Mendadak, DKP Aceh Turunkan Tim

Terkait peristiwa itu, dinas terkait di Aceh Tenggara telah melaporkan ke dinas terkait di Pemerintah Aceh

Editor: Rizwan
Serambi Indonesia
Tim memeriksa ikan mas warga di Aceh Tenggara yang mati mendadak mencapai ribuan ekor 

TRIBUNGAYO.COM - Ribuan ikan mas milik warga dari tiga desa di Aceh Tenggara ditemukan mati secara massal.

Terkait peristiwa itu, dinas terkait di Aceh Tenggara telah melaporkan ke dinas terkait di Pemerintah Aceh.

Ikan yang dibudidaya itu mati secara massal dalam jumlah banyak yang mencapai ribuan ekor sehingga warga menjadi rugi.

Hingga kini, tim Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Aceh memastikan dugaan mati ikan mas warga berkaitan dengan cuaca yang eksrem.

Dikutip dari Serambinews.com, Jumat (18/11/2022) kasus kematian massal ikan mas yang terjadi di tiga Kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara, yaitu Lawe Bulan, Lawe Sumur dan Darul Hasanah.

Tim DKP Aceh yang berkolaborasi dengan Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) serta Balai Besar Air Payau Ujung Batee, Aceh Besar, untuk memeriksa faktor penyebab kematian ikan secara massal tersebut.

Baca juga: Kabupaten Aceh Tenggara, Banjir Merendam 7 Desa

“Berdasarkan hasil penelitian di lokasi kejadian, kematian ikan secara massal ada kaitannya dengan perubahan cuaca secara ekstrem.

Tingginya frekuensi hujan yang terjadi dalam dua pekan terakhir ini, membuat kualitas air menurun (Ph) dan tidak stabil,” kata Kepala Dinas DKP Aceh, Aliman kepada Serambi, Kamis (17/11/2022),

Aliman mengatakan itu setelah menerima laporan dari Tim DKP Aceh yang turun ke tempat kematian massal ikan mas di Aceh Tenggara.

Aliman menjelaskan, dari tiga lokasi kecamatan tersebut, jumlah ikan mas yang mati secara massal, diperkirakan petambak ikan setempat mencapai 30 ton.

Kalau harga ikan mas per kilogram saat ini berkisar Rp 25.000-Rp 30.000, petambak ikan mas di tiga kecamatan itu mengalami kerugian sekitar Rp 750 juta – Rp 900 juta.

Gejala klinis yang ditemukan tim yang melakukan pemeriksaan tubuh ikan mas dan inspeksi ke lokasi tambah ikan mas di tiga kecamatan tersebut, nafsu makannya menurun.

Kondisi tubuhnya megap-megap dan melayang-layang di atas permukaan air.

Baca juga: Kapolres Aceh Tenggara Ajak Warga Buat SIM di Kantor Satlantas

Tubuhnya ikan telah dipenuhi luka pada tutup insang dan sirip.

Hal ini mengindikasikan ikan mas tersebut telah terinfeksi virus dan bakteri.

Hasil pengamatan secara visual, tutup insang ikan sebagian sudah terluka, warna ingsang mulai putih memudar, badan ikan telah memar kemerahan dan sebagian sirip ekor sudah luka memerah.

Kondisi ini mengindikasikan ikan mas dalam kolam telah terserang Virus Koi Herves (KHV) dan inpeksi sekunder oleh bakteri Aeromonas sp.

KHV, jelas Aliman, merupakan virus yang dapat menyebabkan kematian massal dengan gejala klinis, kerusakan insang yang diawali dengan memucatnya warna insang pada lembaran-lembaran insang.

Pendarahan pada bagian tutup insang, geripis pada bagian sirip.

Kondisi itu terjadi, kata Aliman, akibat perubahan kondisi lingkungan di dalam kolam air, dapat menyebabkan prevalensi serangan virus KHV.

Baca juga: Bener Meriah Kembali Serahkan Bantuan Kemanusian untuk Korban Banjir Aceh Tenggara dan Tamiang

Ikan mas lebih mudah terserang penyakit pada kondisi lingkungan yang tidak stabil dan imun atau kekebalan tubuhnya menurun.

Bakteri Aeromonas sp, merupakan jenis bakteri pathogen, menyerang secara sistematik dan dapat menyebabkan kematian massal pada ikan dalam kolam, karena perubahan kondisi lingkungan, fluktuasi suhu dan stress.

Gejala klinisnya, ditandai luka dalam tubuh.

Dari hasil pengamtan bibit ikan yang ada di lokasi kejadian, ungkap Aliman, bibit ikannya telah terindikasi terpapar virus KHV, menggunakan bibit dari sumber yang sama yaitu dari Desa Lawe Sagu.

Unit pembibitan ikan, belum menggunakan penerapan cara pembenihan ikan yang baik (CPIB) dan belum bersertifikat.

Selain memproduksi ikan mas, unit pembibitan juga menampung bibit ikan nila yang berasal dari luar daerah.

"Kemungkinan besar sumber virus KHV nya, bisa berasal dari ikan nila. Ikan nila bisa menjadi media pembawa virus," katanya.

Baca juga: Pengadilan Tinggi Banda Aceh Perberat Hukuman Terdakwa Korupsi Dana Pendidikan UGL di Aceh Tenggara

Kualitas bibit yang baik, sangat mempengaruhi keberhasilan budi daya, diantaranya bibit harus bebas dari hama dan penyakit, berukuran seragam dan strain F1.

Sistem pembungan air dilakukan secara langsung ke saluran pembuang, tanpa adanya proses pengolahan dan sedimentasi limbah cairan kolam budi daya.

Saluran inlet dan out let terkoneksi dengan satu saluran utama dan digunakan secara bersama-sama oleh kelompok budi daya.

Hal ini menjadi salah satu penyebab, terjadinya penyebaran wabah penyakit dengan cepat (kontaminasi silang).

Kesimpulan sementara Tim, kematian ikan masal di tiga kecamtan di atas, disebabkan tingginya curah hujan sehingga parameter kualitas air menurun, menyebabkan ikan stress, mudah terserang penyakit dan mati massal.

Saran Tim, kata Aliman, gunakan bibit ikan yang telah bersertifikat, lakukan cara budidaya ikan yang baik, jangan terlalu banyak menebar bibit ikan pada musim hujan.

Tindak lanjut, Tim Pengawas dari Dinas Perikanan setempat, perlu melakukan pengawsan yang ketat, terhadap lokasi pembibitan dan lokasi pengembangan ikan mas kolam air tawar.

Sosialisasikan tata cara pemeliharaan ikan mas yang benar kepada pelaku usaha maupun petani tambak ikan mas.(*)

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Diduga Ini Penyebab Kematian Massal Ikan Mas di Aceh Tenggara, DKP Turunkan Tim ke Lokasi

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved