Tsunami Aceh 2004
Tsunami Aceh 2004, Gempa 10 Menit Luluhlantakkan Tanah Rencong
Saat Tsunami, hampir sebagian besar wilayah di Serambi Mekkah rata dengan tanah, satu di antaranya ialah wilayah wisata Ulelheue.
TRIBUNGAYO.COM - Dua hari lagi tepatnya 26 Desember, masyarakat Aceh akan memperingati 18 tahun peringatan Tsunami Aceh.
Biasanya, peringatan Tsunami Aceh ini diwarnai dengan doa dan zikir bersama di kuburan massal yang ada di Ulee Lheue Banda Aceh, dan Siron, Aceh Besar.
Peristiwa mahadahsyat yang terjadi pada 26 Desember 2004 itu selalu tersimpan di memori orang-orang Aceh.
Betapa tidak, pada Minggu pagi pada tanggal tersebut tepatnya sekitar pukul 07.59 WIB, gempa berkekuatan magnitudo 9,3 itu mengguncang Aceh.
Getaran yang dirasakan begitu kuat dan kencang.
Sekitar 10 menit gempa yang berpusat di Samudra Hindia pada kedalaman 10 kilometer di dasar laut itu dirasakan di penjuru Tanah Rencong.
Setelah gempa, kemudian disusul dengan gelombang tinggi bahkan lebih tinggi daripada pohon kelapa.
Gelombang tinggi itu dikenal dengan sebutan Tsunami. Air laut menyapu daratan membuat sekitar ratusan ribu nyawa tenggelam.
Saat Tsunami, hampir sebagian besar wilayah di Serambi Mekkah rata dengan tanah, satu di antaranya ialah wilayah wisata Ulelheue (orang luar sering menyebut Olele).
Pantai Ulelheue yang dulu semarak dikunjungi, namun setelah Tsunami, keindahan pantai ini "lenyap' diterjang Tsunami.
• MPU Aceh: Peringati Tsunami dan Tahun Baru 2023 jangan Langgar Syariat Islam
Tiada Lagi " Olele di Koetaradja"
Pieter, seorang pekerja media televisi dari Toronto, Kanada, tampak geleng-geleng kepala sambil mengangkat bahu.
Dia berkata, "Tak pernah saya melihat kehancuran sedahsyat ini".
Pernyataan Pieter meluncur spontan ketika dia bersama Serambi melihat kehancuran total sebuah wilayah dalam Kota Banda Aceh, yaitu Ulelheue (orang luar sering menyebut Olele, red). Kecamatan Meuraxa.
Tak ada lagi tanda-tanda kehidupan di wilayah pesisir itu.
Dermaga penyeberangan kapal cepat Banda Aceh-Sabang yang terbilang modern dan baru beroperasi belum sampai setahun tinggal kerangka.
Asrama Polisi tak berbekas.
Kantor Bea Cukai tak tetandai lagi.
Pemukiman masyarakat, seperti Dusun Kakap. Dusun Alue, Dusun Tenggiri, Dusun Bawal, dan Dusun Tongkol di tepian pantai lenyap.
"Dari 1.000-an jiwa yang menghuni empat dusun itu, mungkin hanya 500 jiwa yang tersisa," ujar Tamrin Kota (57) dibenarkan kerabatnya, Sofyan Abbas (50), dua warga Dusun Kakap yang selamat dalam hantaman gelombang tsunami pada 26 Desember 2004.
Di kiri kanan ruas jalan protokol tersebut, mulai dari Simpang Empat Jam tampak puing-puing bangunan menggunung di kiri-kanan jalan.
Lapangan Blangpadang, yang berhadapan dengan gedung sekolah, seperti Methodis, SMK, rumah dinas kapolda, RRI, Dinas Sosial, dan depannya lagi (di persimpangan SMP/SMA 1) ada rumah dinas Pangdam Iskandar Muda, luluh-lantak.
Hingga upaya pembersihan bengkalai tsunami terus dilakukan.
Bau busuk masih menyengat. Beberapa jenazah korban tampak dievakuasi dari sisa-sisa reruntuhan.
Jalan Sultan Iskandar Muda dari pusat kota hingga ke Ulelheu sudah bersih dan menjadi jalur lalulintas armada pengangkut puing-puing bangunan yang disingkirkan dari badan jalan.
Pengguna jalan, tanpa keperluan yang jelas masih dibatasi keluar masuk jalur itu oleh aparat Kepolisian dan TNI.
Sungguh dahsyat hantaman tsunami.
Pemukiman penduduk di kawasan Punge, seperti Punge Blang Cut dan Punge Jurong di kiri kanan Jalan Sultan Iskandar Muda rata dengan tanah.
Semakin ke pesisir, kehancuran semakin parah. Blang Oi, Lambung, Gampong Pie, dan desa-desa lain di sekitarnya lenyap. Yang terlihat hanya hamparan sejauh mata memandang.
• Kisah Muhadi, 30 Tahun Hilang dan Selamat dari Tsunami Aceh, Momen Haru Bertemu Lagi dengan Keluarga
Kalau pun ada bangunan yang tersisa, sudah tak layak huni karena hanya menunggu rubuh.
Rumah Sakit Meuraxa nan megah. Tak ada lagi Kantor Camat Meuraxa, juga tak tampak lagi rumah-rumah tua milik kerabat Ulee Balang.
Yang masih bisa menandai kawasan Uleelheu, bisa jadi ruas jalan dan persimpangan, serta Masjid Ulelheu, jembatan, sisa-sisa dermaga boat Pulo Aceh, dan menara mercusuar di tepian pantai dekat Asrama Polisi, selebihnya rata.
Bahkan, daratan sudah termakan sekitar 50 meter oleh laut, pasca-bencana tsunami.
"Anda lihat sendiri, tanggul Pantai Cermin sudah agak ke tengah laut," kata seorang warga yang sedang mencari-cari disepanjang lintasan Iskandar Muda.
Pemukiman di kiri-kanannya, masyarakat terlihat mengais-ngais sesuatu yang tersisa dari puing-puing.
Masih banyak mayat yang belum dievakuasi hingga hari ke-14 bencana, Sabtu (8/1/ 2004) silam.
Menjelang masuk ke persimpangan Ulelheu-Peukan Bada, tak tampak lagi bangunan.
Dermaga Ulelheu sebelum bencana menerjang, Ulelheu dikenal sebagai sebuah kawasan wisata dan zona pelabuhan.
Pelabuhan Ulelheu yang sempat dikontroversikan dibangun semasa Walikota Banda Aceh dijabat Drs Zulkarnain (Pak Zul disebut-sebut juga meninggal dihantam tsunami di tempat dia ditahan, LP Keudah.
Pelabuhan Ulelheu berfungsi sebagai dermaga penyeberangan kapal cepat antara Banda Aceh-Sabang dan sebaliknya.
Selain Ulelheu di Kota Banda Aceh, juga ada pelabuhan penyeberangan lainnya ke Sabang, yaitu Malahayati di Krueng Raya, Aceh Besar.
Dermaga Ulelheu nan megah kini tinggal bekas berupa kerangka bangunan terminal.
Bahkan tak bisa lagi mendekati puing-puing dermaga karena jalan utama masuk ke komplek pelabuhan putus.
Serambi hanya bisa menatap dari kejauhan.
Tak jelas lagi bagaimana struktur dermaga, karena semuanya berubah menjadi hamparan yang sudah termakan laut.
Pulau Weh (Sabang) nun jauh di sana seolah menatap sendu sebuah kehancuran yang tak terperi di pesisir Aceh.
Senandung Olele di Koetaradja yang dulu pernah jadi nyanyian rakyat, perlahan redup dan mati. (*)
Arsip Serambi Indonesia/ Serambinews.com/Firdha Ustin
Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Kilas Balik Tsunami Aceh 2004 | Dahsyatnya Ombak Tsunami, Tiada Lagi 'Olele di Koetaradja'
Update berita lainnya di TribunGayo.com dan Google News
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gayo/foto/bank/originals/Foto-Tsunami-Aceh.jpg)