Petani Cabai di Ketol Aceh Tengah
Nasib Petani Cabai di Ketol Aceh Tengah Berjuang Hidup dengan Menyewa Lahan di Kampung Sendiri
Di tengah panasnya matahari pagi, petani-petani ini datang dengan sebuah tuntutan dan harapan, menentang kenaikan sewa lahan.
Penulis: Alga Mahate Ara | Editor: Budi Fatria
Laporan Alga Mahate Ara | Aceh Tengah
TRIBUNGAYO.COM, TAKENGON - Di sebuah desa kecil di Kabupaten Aceh Tengah, daerah yang dikenal subur dengan julukan negri di atas awan, puluhan petani berkumpul dengan wajah yang penuh kebimbangan.
Hari ini, Selasa, 12 November 2024, mereka berjalan menuju Kantor FNB Agritech tepatnya di Kampung Pondok Balik, perusahaan penyewa lahan yang selama ini menjadi tempat tumpuan mereka agar bisa bertani untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Namun, kali ini mereka datang bukan untuk berbincang tentang kemitraan yang menguntungkan, melainkan untuk mengungkapkan kekecewaan yang mendalam terhadap kebijakan perusahaan yang baru saja menaikkan harga sewa lahan.
Di tengah panasnya matahari pagi, petani-petani ini datang dengan sebuah tuntutan dan harapan, menentang kenaikan sewa lahan perusahan itu di tempat tinggalnya.
Dulu, mereka membayar sewa lahan sebesar Rp 1,3 juta untuk satu rante (25x25 meter). Namun kini, perusahaan menetapkan biaya sewa sebesar Rp 1,9 juta, dengan aturan pembayaran yang semakin mempersulit para petani.
Petani yang sudah berjuang keras dengan harga cabai yang jatuh, kini mereka menghadapi tuntutan lain dengan dipaksa membayar deposit yang harus dibayar pada bulan Desember ini, meski masa sewa baru akan berakhir pada Juli 2025.
Mereka bahkan diancam dengan kenaikan harga sewa menjadi Rp 2,5 juta jika pembayaran dilakukan terlambat.
Pemandangan itu terjadi di halaman Kantor FNB Agritech, tempat yang biasanya menjadi simbol kemitraan antara petani dan perusahaan.
Di sana, para petani berkumpul dengan perasaan yang sulit disembunyikan.
Para petani ini merasakan beban berat yang datang bertubi-tubi, memaksakan mereka untuk berjuang lebih keras dari sebelumnya, bahkan ketika harapan mereka mulai memudar.
Baca juga: Harga Sewa Lahan Naik, Puluhan Petani Cabai di Ketol Aceh Tengah Geruduk Kantor Fnb Agritech
Mereka pun mulai mempertanyakan kebijakan perusahaan.
"Mengapa deposit harus dibayar begitu cepat, padahal masa sewa masih panjang?," tanya Miran seorang petani cabai.
Di tengah keluhan dan tuntutan yang mengalir, para petani merasa bahwa mereka diperlakukan tidak adil oleh mitra yang selama ini mereka harapkan dapat membantu petani bertahan.
"Seharusnya kami yang punya hak untuk menentukan kapan membayar, karena masa sewa masih jauh. Tapi sekarang, kami dipaksa membayar lebih awal, bahkan jika terlambat, kami akan dikenakan denda," ungkap seorang petani lainnya, yang turut serta dalam aksi tersebut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.