Kupi Senye

Lindungi Danau Lut Tawar dari Longsor dengan Solusi Berbasis Alam

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr Cut Azizah ST MT.

Oleh: Dr Cut Azizah ST MT *)

Longsor yang terjadi hampir setiap hari di tebing Danau Lut Tawar, Aceh, menjadi ancaman serius bagi masyarakat dan lingkungan.

Kerusakan jalan, bangunan, hingga risiko korban jiwa terus meningkat akibat longsor yang dipicu oleh curah hujan tinggi, perubahan tata guna lahan, dan kondisi geologi vulkanik.

Namun, penelitian terbaru dari Universitas Al Muslim menawarkan solusi alami yang berkelanjutan: revegetasi berbasis eco-engineering dengan memanfaatkan vegetasi lokal.

Danau Lut Tawar: Kebanggaan dan Tantangan

Danau Lut Tawar merupakan kebanggaan masyarakat Gayo sekaligus destinasi wisata utama di Aceh.

Sayangnya, longsor yang terjadi di kawasan ini tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga mengancam keselamatan masyarakat yang tinggal atau beraktivitas di sekitar tebing.

Danau ini menjadi daya tarik wisata karena keindahannya, keberadaan ikan endemik, dan sebagai lokasi penting budaya masyarakat Gayo.

Namun, peningkatan aktivitas manusia di sekitar kawasan ini memperparah kerusakan ekologis, termasuk konversi lahan hutan menjadi perkebunan kopi dan pinus, yang secara signifikan meningkatkan risiko longsor.

"Tebing di sekitar danau sangat curam, bahkan ada yang kemiringannya mencapai lebih dari 29 persen.

Ditambah dengan perubahan fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan, risiko longsor semakin meningkat," ujar salah satu peneliti.

Selain itu, pola hujan ekuatorial dengan dua puncak musim hujan setiap tahun semakin memperburuk situasi.

Kombinasi antara kondisi topografi yang curam, geologi vulkanik, dan intensitas hujan tinggi membuat tebing di sekitar danau menjadi area rawan bencana.

Temuan Penelitian: Titik Longsor dan Vegetasi Lokal

Penelitian ini menemukan 37 titik longsor di sekitar Danau Lut Tawar, terutama di area yang kehilangan vegetasi alami.

Banyak titik longsor ditemukan di lokasi yang telah mengalami degradasi lingkungan akibat aktivitas manusia.

Pembangunan jalan di sepanjang tebing dan perubahan tata guna lahan telah mengurangi daya dukung tanah.

Selain itu, longsor juga sering terjadi pada musim hujan dengan intensitas tinggi yang memperlemah stabilitas tanah.

FOTO IST

Gambar 1. Penggunaan lahan wilayah tangkapan air Danau Lut Tawar dan titik longsor di tebing danau yang dipotong untuk infrastruktur jalan.

Solusi yang ditawarkan adalah revegetasi menggunakan vegetasi lokal, yang terbukti mampu memperkuat tanah dan mengurangi risiko longsor. 

Berdasarkan hasil penelitian, vegetasi lokal yang dianjurkan terdiri dari tiga strata utama.

Di strata bawah, rumput seperti Brachiaria sp atau yang dikenal sebagai rumput bede, serta Agave sp. atau agave (century plant) menjadi pilihan yang tepat.

Kedua jenis tanaman ini memiliki sistem akar yang mampu mengikat tanah dengan kuat, sehingga mengurangi risiko erosi.

Pada strata tengah, terdapat semak seperti Lantana camara (tembelekan), Piper umbelatum (sirih-sirihan), Bambusa sp (uluh regen atau bambu kuning), dan Melastoma malabathricum (senduduk).

Tanaman-tanaman ini tidak hanya berperan dalam menahan tanah di area tebing, tetapi juga memberikan perlindungan tambahan terhadap dampak air hujan yang langsung menghantam permukaan tanah.

Sementara itu, pada strata atas, pohon-pohon besar seperti Muntingia calabura (temung), Ficus sp (kayu kol), Bignoniaceae (sakura), dan Fragraea ceilanica (kayu pirak) memainkan peran kunci dalam memberikan stabilitas jangka panjang.

Pohon-pohon ini dengan akar yang dalam dan kokoh, mampu menahan pergerakan tanah bahkan di area dengan kemiringan curam. 

Kombinasi tiga strata ini menciptakan sistem yang sinergis untuk menjaga kestabilan tebing sekaligus memperbaiki kondisi ekologi di sekitar Danau Lut Tawar.

Solusi Berbasis Alam Untuk Kelestarian Danau

Pendekatan berbasis eco-engineering melalui revegetasi menjadi pilihan yang ekonomis dan berkelanjutan dibandingkan solusi konvensional seperti dinding penahan beton.

Dengan melibatkan vegetasi lokal, pendekatan ini juga mendukung pelestarian keanekaragaman hayati di kawasan Danau Lut Tawar yang merupakan hulu DAS Peusangan.

Vegetasi lokal tidak hanya berfungsi sebagai penahan tanah, tetapi juga menjadi habitat penting bagi satwa liar di sekitar danau.

Penelitian ini juga mengidentifikasi pentingnya pengawasan rutin terhadap tata guna lahan di sekitar danau.

Pemanfaatan kawasan tebing untuk pembangunan jalan atau fasilitas wisata perlu dikontrol dengan ketat agar tidak memperburuk risiko bencana.

Pemerintah daerah bersama masyarakat lokal diharapkan dapat menjadikan revegetasi ini sebagai prioritas dalam pengelolaan Kawasan.

Langkah Konkret untuk Masa Depan Danau Lut Tawar

Melindungi Danau Lut Tawar dari ancaman longsor memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak.

Pemerintah daerah dapat memulai dengan mengintegrasikan revegetasi berbasis eco-engineering ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan.

Sementara masyarakat lokal dilibatkan sebagai penggerak utama dalam program penanaman vegetasi di tebing-tebing rawan. 

Akademisi juga memiliki peran penting untuk terus melakukan penelitian yang mendukung langkah-langkah konservasi.

Revegetasi bukan hanya solusi teknis, tetapi juga simbol komitmen bersama untuk menjaga kelestarian lingkungan. 

Langkah ini dapat memastikan bahwa Danau Lut Tawar tetap menjadi kebanggaan masyarakat Gayo, pusat ekowisata yang menarik, serta kawasan yang aman untuk generasi mendatang.

Dengan kerja sama yang kuat, bencana longsor dapat diminimalkan, dan keberlanjutan ekosistem danau dapat dijaga dengan baik.

Penelitian ini telah dipublikasikan di Journal of Ecological Engineering (JEE) Volume 24, Issue 2, 2023. (*)

*) Penulis adalah Dosen Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana, Prodi Teknik Sipil dan Prodi Ilmu Lingkungan Universitas Al Muslim serta Peneliti Pusat Kajian DAS Peusangan.

KUPI SENYE adalah rubrik opini pembaca TribunGayo.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.