Laporan Bustami | Bener Meriah
TRIBUNGAYO.COM, REDELONG - Fakta baru kasus pembacokan hingga meninggal yang dilakukan seorang ayah terhadap anak kandungnya sendiri di Bener Meriah terungkap.
Dimana korban berinisial TI (24) dan pelaku yakni ayahnya sendiri SA (48).
Tragedi berdarah ini terjadi di Kampung Bintang Berangun, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah pada Jumat (15/8/2025) malam.
Informasi yang diperoleh TribunGayo.com, berdasarkan keterangan dari pihak keluarga jika pelaku SA merupakan korban trauma konflik Aceh.
Bahkan sempat di rawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Medan, Sumatera Utara pada 2003 akibat trauma tersebut.
Hal itu sebagaimana disampaikan mantan panglima GAM Wilayah Linge yang juga Deputi 1 Badan Reintegrasi (BRA), Fauzan Azima dalam keterangan diterima TribunGayo.com, Sabtu (16/8/2025).
Fauzan Azima yang juga keluarga pelaku bercerita jika tersangka SA dan anaknya TI pernah tinggal bersama dirinya beberapa tahun lalu pascadamai Aceh.
Awalnya SA tinggal di Kampung Jamur Atu, Kecamatan Mesidah, Bener Meriah.
Kemudian ditahun 2000, SA bersama istrinya dan anaknya TI,meninggalkan kampung halaman karena mendapat teror dari orang tidak dikenal.
"Dulu itu, ada kasus pembunuhan di Kampung Jamur Atu dalam kondisi mengenaskan.
Korbannya tak lain adalah tetangganya, karena itu awalnya membuat SA jadi trauma," kenang Fauzan.
Lalu saat pulang dari malam terakhir acara khanduri korban pembunuhan itu.
Tiba-tiba di depan halaman rumahnya SA sudah menunggu seseorang yang tidak dikenal bahkan melakukan ancaman terhadap dirinya.
Karena itu, keesokan harinya keluarga SA langsung pindah rumah menuju rumah ibunya di Kampung Mutiara Baru, Kecamatan Bukit, Bener Meriah (Kampung Berghendal).
Kemudian sejak tinggal di Bergendal, sikap SA sudah mulai ada tanda-tanda keanehan.
Dimana SA mulai merasa ketakutan ketika mendengar suara mobil atau sepeda motor yang melintas diluar rumah.
Hal itu dirasakan karena ia merasa selalu ada orang yang ingin membunuhnya.
Kala itu, prilaku SA dari hari ke hari semakin mengkhawatirkan, bahkan tidak jarang dengan berani melakukan tindak kekerasan terhadap istrinya.
"Karena itu, pada tahun 2003, keluarganya memutuskan untuk membawa SA berobat ke Rumah Sakit Jiwa di Medan, Sumatera Utara," ungkap Fauzan.
Saat dirumah sakit kata Fauzan lagi, kepada dokter di RSJ itu SA menceritakan semua peristiwa yang dialaminya.
Sedangkan dokter hanya memberikan resep obat, namun demikian tidak mengurangi rasa traumanya.
"Pascapulang dari Medan, ia setiap kali minum obat, efeknya selalu ingin mencoba bunuh diri dengan melompat ke kolam di samping rumah ibunya.
Syukur upaya masih bisa diselamatkan keluarga," ceritanya.
Lalu kondisi tersebut terus berlarut-larut dan bahkan disetiap kali sakitnya kambuh, SA selalu melakukan kekerasan kepada istrinya.
Merasa tidak tahan dengan perlakukan suaminya, akhirnya sang istri memutuskan untuk bercerai.
"Sebab perceraian dengan istrinya SA jadi semakin parah hingga menambah sakit jiwanya," beber Fauzan.
Dilain sisi, anaknya TI pasca perceraian ayah dan ibu hidupnya saat itu tergelantung-gelantung.
Kadang tinggal bersama sang ayah, kadang dengan ibunya yang tinggal di Simpang Utama, Pondok Baru, Bener Meriah.
"Jadi TI ini anak korban keluarga tidak utuh (broken home), ditambah lagi ekonomi keluarganya tidak baik.
Sehingga tidak ada keluarganya yang dengan intensif mengurusnya," katanya.
Selanjutnya pada tahun 2021 akhirnya SA bersama TI pindah ke Kampung Bintang Berangun, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah atau daerah Uwer Lah untuk membuka lahan kebun kopi.
Disana saat kopi belum panen, ayah dan anak ini mencari pekerjaan serabutan demi bisa menghidupi kehidupan mereka sehari-hari.
Bahkan SA sempat bekerja sebagai tukang parkir di Simpang Balik, Kecamatan Wih Pesam Bener Meriah.
Sementara TI pernah sebagai penjaga alat berat di daerah Lut Kucak, Kecamatan Bukit, Bener Meriah.
Alhasil diduga saat bekerja di Lut Kucak, TI salah pergaulan, alhasil sejak itu sifatnya tidak bisa dikendalikan dan suka mengamuk.
"Sampai-sampai pernah mencincang HP dan membakar rumahnya dan berkali-kali bahkan mengancam akan membunuh ayahnya," demikian cerita Fauzan Azima.
Sementara seperti yang diberitakan sebelumnya TI harus meregang nyawa di tangan ayah kandungnya.
Korban meninggal dunia usai di bacok berkali-kali oleh ayah kandung berinisial S (48) dalam tragedi yang terjadi pada Jumat (15/8/2025) sekira pukul 19.00 WIB.
Peristiwa memilukan ini berawal ketika warga mendengar keributan dari rumah korban yang langsung melapor kepada perangkat dusun.
Tak lama, imam dusun bersama kepala dusun kemudian mendatangi lokasi dan mereka mendengar pelaku menghubungi keluarganya sambil menangis.
Dalam telfon itu, pelaku mengaku telah melukai anaknya.
Kemudian tak lama setelah itu, pelaku menutup pintu rumah dan pergi dengan sepeda motor.
Sementara korban ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa, dengan luka bacok di bagian kepala, badan, dan tangan.
Barang bukti berupa sebilah parang yang masih berlumuran darah kini berhasil diamankan oleh pihak kepolisian.
Pelaku Diamankan
Kapolres Bener Meriah AKBP Aris Cai Dwi Susanto, SIK menyampaikan bahwa pelaku berhasil diamankan tidak lama setelah kejadian.
Saat ini pelaku sudah berada di Mapolres Bener Meriah untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
"Kasus ini sangat memprihatinkan, karena melibatkan hubungan ayah dan anak.
Kami akan menangani perkara ini secara profesional sesuai hukum yang berlaku.
Dan penyelidikan masih terus dilakukan untuk mendalami motif di balik peristiwa tragis ini," ungkap Kapolres. (*)
Baca juga: Terungkap! Sosok Remaja Korban Pembacokan oleh Ayah Kandung di Bener Meriah Ternyata Jarang Bergaul