Berita Nasional Hari Ini

Resep Kopi Prabowo Tetap Misteri, Semangat Diplomasi Kopi Harus Nyata

Amir Faisal, pemilik The Atjeh Connection, berbagi pengalaman disuguhi kopi racikan khusus oleh Presiden Prabowo Subianto di Hambalang.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Sri Widya Rahma
ISTIMEWA
DIPLOMASI KOPI GAYO - Asisten Deputi Event Daerah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Reza Fahlevi, bersama narasumber Diplomasi Kopi di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu (9/11/2025). Diskusi “Diplomasi Kopi Menyongsong Desember Kopi Gayo” di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Minggu (9/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Amir Faisal, pemilik The Atjeh Connection, berbagi pengalaman disuguhi kopi racikan khusus oleh Presiden Prabowo Subianto di Hambalang, resepnya tetap menjadi misteri.
  • Diskusi bertajuk “Diplomasi Kopi Menyongsong Desember Kopi Gayo” digelar di PDS HB Jassin, TIM Jakarta, pada 9 November 2025.
  • Acara diselenggarakan oleh Dispusip DKI Jakarta, PDS HB Jassin, dan Komunitas Desember Kopi Gayo.
  • Reza Fahlevi menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mengembangkan kopi.

Laporan Wartawan TribunGayo Fikar W Eda | Jakarta

TribunGayo.com, JAKARTA - Owner The Atjeh Connection, Amir Faisal mengungkap pengalaman uniknya saat berkunjung ke kediaman pribadi Presiden Prabowo Subianto di Hambalang.

Dalam kesempatan itu, ia disuguhi secangkir kopi racikan khusus oleh sang Presiden.

“Rasanya sangat enak. Tapi sampai sekarang saya tidak pernah tahu racikannya seperti apa. Ketika saya tanya, tetap tidak diberi tahu.

Tetap menjadi misteri,” ujar Amir Faisal disambut tawa para peserta diskusi “Diplomasi Kopi Menyongsong Desember Kopi Gayo” di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Minggu (9/11/2025).

Diskusi ini diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) DKI Jakarta, PDS HB Jassin dan Komunitas Desember Kopi Gayo.

Hadir sebagai pembicara selain Amir Faisal adalah trainer, farmer dan brewer kopi Gayo specialty Wien Qertoev, seniman musik berdarah Gayo Gelingang Raya, serta pendiri Desember Kopi Gayo Fikar W Eda.

Diskusi tersebut dipandu oleh jurnalis senior Murizal Hamzah. 

Asisten Deputi Event Daerah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Reza Fahlevi juga menyampaikan pandangan terkait pengembangan daerah wisata.

Juga hadir Staf Ahli Gubernur Aceh Nurzahri, Ketua Musara Gayo Almujaini Abdul Karim, Ketua Taman Iskandar Muda Zulkifli Ibrahim, tokoh Gayo Miko Salman, Erwin Toa, tokoh Singkil Fajri Alihar, seniman wartawan dan penikmat kopi.

Baca juga: Tataniaga Kopi yang Manusiawi untuk Menyelamatkan Ekonomi Rakyat Gayo

Perjalanan The Atjeh Connection

Amir Faisal berbagi kisah lahirnya The Atjeh Connection pada 2015. Awalnya, ia tidak berniat menjadikannya bisnis.

“Saya punya banyak teman yang suka datang bertamu. Lama-lama tamu makin banyak, ruang makin sempit, dan biaya menjamu makin besar.

Akhirnya saya berpikir, kenapa tidak sekalian saja kita buat ruang tamu sendiri dan menjadikan kopi sebagai bentuk memuliakan tamu,” tuturnya.

Seiring waktu, ruang tamu itu berubah menjadi ruang usaha.

“Ternyata punya omzet. Dari situlah muncul kesadaran untuk menjadikannya bisnis. Akhirnya The Atjeh Connection terus tumbuh,” jelas Amir.

Kini, The Atjeh Connection telah memiliki sembilan cabang di Jakarta dan segera membuka cabang ke-10 dan ke-11.

Amir menegaskan, sejak awal pihaknya hanya menyajikan satu jenis kopi yakni kopi Gayo.

“Kami tidak pernah menyediakan kopi lain. Hanya kopi Gayo, karena itu identitas kami,” ujarnya.

Meski begitu, Amir menyayangkan minimnya dukungan negara terhadap potensi kuliner dan kopi Nusantara.

“Potensinya sangat besar. Tapi yang saya pertanyakan, kenapa negara tidak hadir? Kalau negara ikut hadir, bisa lebih maju lagi,” tegas Amir.

Kolaborasi Jadi Kunci Pengembangan Kopi dan Wisata

Dalam kesempatan yang sama, Asisten Deputi Event Daerah Kemenparekraf, Reza Fahlevi, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mengembangkan potensi kopi dan pariwisata.

“Di Gayo, kopi sudah terkenal. Tapi bagaimana caranya agar ada event tahunan yang dinanti publik, yang membuat orang datang beramai-ramai ke sana. Potensi Desember Kopi Gayo bisa dikembangkan ke arah itu,” kata Reza.

Menurutnya, kopi tidak sekadar komoditas perkebunan, melainkan juga bagian dari budaya dan pengalaman wisata.

“Perlu dikembangkan hilirisasi kopi yang memberi nilai tambah. Pengalaman budaya kopi di Gayo, mulai dari menanam, memanen, hingga menyeduh bisa menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan,” ujarnya.

Pengalaman Ketua Musara Gayo

Ketua Musara Gayo Almujaini Abdul Karim berbagi kisah tentang pengalaman "berkopi" di Gayo.

"Sejak lahir kita langsung cium aroma kopi dan memandang hamparan kebun kopi. Itulah keseharian kita di sana," kata Almujaini.

Karenanya ia sangat mendukung usaha pengembangan Tanah Gayo sebagai daerah wisata kopi

Zulkifli Ibrahim dari Taman Iskandar Muda siap datang ke Gayo menghadiri event Desember Kopi yang diselenggarakan tiap Desember.

Baca juga: Unik! Petani Bener Meriah Gunakan Sistem Rendam dan Ampalang dalam Jual Beli Kopi, Ini Alasannya

Kisah Wien Qertoev: Dari “Kertub” ke Panggung Nasional

Sementara itu, Wien Qertoev menceritakan awal perjuangannya memperkenalkan kopi Gayo di Jakarta sejak tahun 2004, masa ketika nama kopi Gayo belum dikenal.

“Saya pernah bawa green bean kopi Gayo satu tenggok ke Jakarta. Tapi orang mengira itu biji kacang hijau, saking belum populernya kopi Gayo waktu itu,” katanya.

Kemudian, ia mencoba memperkenalkan kopi dalam bentuk biji sangrai (roasted bean).

Namun lagi-lagi muncul kendala: tidak ada mesin grinder (penggiling kopi) di Jakarta.

“Ibu saya waktu itu bilang sambil bercanda, ‘yaudah dikunyah aja,’ dalam bahasa Gayo disebut kertub. Dari situlah kemudian muncul nama Wien Qertoev, yang saya pakai sampai sekarang,” tuturnya, disambut tawa audiens.

Kini, nama Wien Qertoev dikenal luas di dunia perkopian Indonesia.

Ia menjadi narasumber berbagai seminar kopi dan aktif sebagai trainer kopi Gayo specialty, membawa semangat edukasi dan kebanggaan terhadap cita rasa kopi Gayo.

Diplomasi Kopi Sebagai Gerakan Budaya

Diskusi “Diplomasi Kopi Menyongsong Desember Kopi Gayo” menjadi ruang refleksi bersama bahwa kopi bukan sekadar produk, tetapi juga alat diplomasi budaya yang dapat memperkuat identitas dan daya saing bangsa.

Seperti kopi misterius racikan Presiden Prabowo yang diseruput Amir Faisal di Hambalang, kopi tetap menyimpan “rahasia rasa” yang menghubungkan manusia, budaya, dan bangsa.

Diskusi itu diisi dengan pertunjukan musikalisasi puisi Jejak Aksara dari SMA Muhammadiyah 4 Jakarta, Kelompok Manis dari MA Manaratul Islam, dan Sakatan Pegayon yang membawakan lagu etnik Gayo. (*) 

Baca juga: 5.000 Ton Kopi Gayo Bakal Diekspor ke Tiongkok

Sumber: TribunGayo
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved