Menu Khas Gayo
Lepat Jadi Menu Wajib Masyarakat Suku Gayo Saat Idul Adha
Lepat adalah salah satu makanan tradisional suku Gayo yang dijadikan menu wajib hidangan ketika perayaan Hari Raya Idul Adha.
Penulis: Cut Eva Magfirah | Editor: Mawaddatul Husna
Ditambah dengan suhu di Tanah Gayo yang dingin sehingga membuat Lepat ini tahan lama.
Menurut masyarakat suku gayo, makanan tradisional yang sudah disimpan dalam waktu lama itu akan terasa semakin enak ketika dimakan.
Tekstur lepat yang telah disimpan tersebut tentunya akan berubah menjadi keras.
Nah, untuk menikmati Lepat itu sendiri, biasanya masyarakat suku gayo membakarnya diperapian atau tungku api.
Sebagian masyarakat juga menggorengnya supaya lebih renyah, sehingga semakin nikmat ketika disantap.
Proses pembuatannya terbilang rumit dan membutuhkan tenaga ekstra.

Terutama dalam proses pengadukan.
Bahan utamanya tepung ketan, kemudian labu atau singkong itu harus di aduk dengan tenaga ekstra lalu di pukul-pukul sampai halus dan merata.
Ketika adonan sudah licin dan lembut, maka dibungkus berbentuk bulat panjang dengan daun pisang muda.
Membungkus Lepat juga harus diolesi minyak makan agar tidak lengket.
Setelah itu, Lepat akan siap dikukus menggunakan api kecil.
Setelah masak juga diasapi agar bisa disimpan berhari-hari, bahkan hingga dua minggu.
Itulah mengapa makanan ini masih tersedia meski Lebaran telah berlalu beberapa bulan.
Sekilas, Lepat ini terlihat seperti timpan makanan khas Aceh di pesisir.
Yang membedakannya timpan terbuat dari tepung terigu dan dicampur pisang, sedangkan Lepat terbuat dari tepung ketan, labu atau singkong dan tanpa campuran pisang.