Pergelaran Budaya Gayo di Jakarta

Gayo Berperan dalam Kemerdekaan, Pj Gubernur Aceh: Radio Rimba Raya Pertahankan Eksistensi RI

“Dataran tinggi Gayo menoreh peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia,” ujar Pj Gubernur Aceh melalui Almuniza.

Penulis: Romadani | Editor: Jafaruddin
For Tribungayo.com
Kadisbudpar Aceh, Almuniza Kamal saat membacakan pidato PJ Gubernur Aceh, Achmad Marzuki di Gedung Perpustakaan Nasional RI, Jakarta Pusat, Sabtu, (23/7/2022) 

Ini menjadi bukti, keindahan Kerawang Gayo dapat diterima oleh berbagai bangsa serta etnis di Nusantara bahkan di dunia.

Selain seni kriya tambahnya, seperti kerawang, Tanah Gayo juga memiliki seni musik dan pertunjukan.

Paling populer dikenal adalah tari Saman.

Sebuah tari sakral yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Badan PBB urusan Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan (UNESCO).

Baca juga: Sudah 11 Tahun Saman Gayo jadi Warisan Budaya Tak Benda Dunia, Begini Sejarah Masuk ke Unesco

Namun selain saman, ada begitu banyak produk budaya tanah Gayo yang belum begitu dikenal.

“Dalam tiga hari ini, kita menyaksikan dan menyimak keindahan tarian, puisi dan seni tanah Gayo, ditambah dengan kuliner khas yang demikian memanjakan selera," katanya.

Pj Gubernur Aceh juga mengatakan, alam tanah Gayo yang terletak di jantung Kawasan Ekosistem Leuser yang juga dikenal sebagai Paru-paru Dunia.

Membuat semua produk budaya yang dihasilkannya memiliki karakter keindahan dan kedekatan dengan alam.

 Sebuah parade hasil intelektual yang patut mendapat apresiasi tinggi.

"Hari ini apresiasi kita pada seni budaya Gayo akan ditambah dengan Pagelaran Didong Jalu,” kata PJ Gubernur Aceh.

Baca juga: Didong Jalu Pertama Kali Tampil di Jakarta Tahun 1961, Simak Perjalanannya

Didong merupakan kesenian rakyat yang menempati tempat istimewa dalam hati masyarakat Gayo, dan telah hadir sejak masa Reje Linge XIII.

Dijelaskannya, kesenian didong merupakan perpaduan seni vokal, sastra, seni musik dan seni gerak.

Melibatkan seorang ceh pemimpin dan sekitar 30 penepok atau pengiring, pertunjukan “berbalas puisi” ini bisa berlangsung semalam suntuk. 

"Ada pun dalam didong jalu, atau tarung didong, dua tim yang berlainan akan beradu kepiawaian, berbalas puisi serta bersaing keindahan irama," sebutnya.

Apalagi, Pada 17 Oktober 2014, kesenian Didong telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda nasional, oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia saat itu, Prof Dr Ir Muhammad Nuh.

Baca juga: Kerawang Gayo, Oleh-oleh Khas dari Tanah Gayo, Ada Tas hingga Kopiah

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved