Sejarah Gayo
Kejayaan Orang Gayo, Pernah Latih Pasukan Kerajaan Raya Simalungun Hadapi Kolonialisme Belanda
Kejayaan Orang Gayo Hadapi Belanda, Latih Pasukan Kerajaan Raya Simalungun di Sumatera Utara.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Budi Fatria
Berbagai tindak kejahatan seperti pemerkosaan, perampokan dan penyiksaan diperoleh orang Simalungun.
Sepanjang tahun 1874 hingga 1878, Tuan Rondahaim sudah mulai mendengar kabar ini.
Tuan Rondahaim telah mengetahui bahwa pasukan Belanda terdiri dari pasukan yang kuat dengan dukungan persenjataan modern.
Untuk itu, terlebih dahulu, ia siapkan pasukannya untuk digembleng dalam pelatihan-pelatihan militer guna mempersiapkan diri menyongsong pertempuran.
Keberhasilan Tuan Rondahaim menahan serangan Belanda, salah satunya atas keterlibatan orang-orang Gayo, Alas dan Aceh yang didatangkan secara khusus ke Simalungun.
“Orang Gayo selain melatih pasukan kerajaan bela diri, ilmu perang, dan strategi perang, juga ikut berperang bersama orang-orang Batak melawan Belanda,” kata Johan Wahyudi.
Ia mengetahui fakta sejarah ini secara tidak sengaja saat melakukan penelitian tentang sosok dan peran Raja Tuan Rondahaim Saragih yang akan diusulkan menjadi pahlawan nasional dari Simalungun Sumatera Utara.
Baca juga: Sudah 11 Tahun Saman Gayo jadi Warisan Budaya Tak Benda Dunia, Begini Sejarah Masuk ke Unesco
Penelitian dilakukan Johan Wahyudi bersama sejarawan UIN Syarif Hidayatullah lainnya, Prof Dien Madjid.
“Saya dan Prof Dien membongkar laporan Belanda di Arsip Nasional di Jakarta Selatan.
Saat itulah kita temukan, ternyata banyak peran dan keterlibatan orang Gayo dalam perang melawan Belanda di Simalungun,” cerita Johan Wahyudi.
Penelitian dokumen ini dilakukan pada 2020 lalu.
Disebutkan selain orang Gayo, Tuan Rondahaim juga mendatangkan orang Alas dan Aceh untuk maksud yang sama.
Johan Wahyudi menjelaskan, sebelumnya Raja Tuan Rondahaim memang pernah berkunjung ke Aceh dan Gayo-Alas.
“Dia sangat terkesan dengan kemampuan ilmu bela diri orang Gayo dan kemudian mendatangkan nya ke Simalungun untuk melatih bela diri, ilmu perang dan strategis perang menghadapi Belanda.”
Johan Wahyudi menyebutkan, ternyata peran dan perlawanan orang Gayo dalam menghadapi Belanda bukan hanya di tingkat lokal seperti yang banyak dibicarakan dalam beberapa buku sejarah.