Nasional
Ini Sosok Kolonel Pertama di Sumatera Berasal dari Gayo Lues, Atasan dari Jamin Ginting
Ia juga senior dari Jamin Ginting, pahlawan nasional Indonesia dari Tanah Karo, yang ditetapkan sebagai pahlawan pada 2014 oleh Presiden Joko Widodo.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jafaruddin
Laporan Fikar W Eda I Jakarta
TRIBUNGAYO.COM, JAKARTA - Kolonel pertama di Sumatera ternyata berasal dari Gayo Lues.
Namanya Kolonel Muhammad Din.
Ia juga senior dari Jamin Ginting, pahlawan nasional Indonesia dari Tanah Karo, yang ditetapkan sebagai pahlawan pada 2014 oleh Presiden Joko Widodo.
Nama Jamin Ginting ditabalkan sebagai nama jalan dari Medan ke Tanah Karo.
Keterangan ini disampaikan sejarawan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Johan Wahyudi dalam
"Bincang Sejarah: Peran Orang Gayo Melawan Belanda di Sumatera,".
Bincang sejarah itu diselenggarakan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Senin (1/8/2022) malam. Moderator Yusradi Usman al-Gayoni.
Baca juga: Bagaimana Peran Orang Gayo Menghadapi Belanda? Ikuti Bincang Sejarah Pusat Kajian Kebudayaan Gayo
"Kita mendapat fakta yang mencengangkan,” kata Johan Wahyudi.
Kolonel pertama di Sumatera, senior dari Jamin Ginting, adalah Kolonel Muhammad Din dari Gayo Lues.
“Dia orang Gayo, menjadi pemimpin militer di Sibolga. Ia memimpin kapten-kapten dari Batak," kata Johan.
Kolonel Muhammad Din, kata Johan berperan mempertemukan pimpinan daerah militer di Sumatera Utara,
yang masa itu terpecah dan berebut antar batalyon.
Ia menyerukan bahwa musuh adalah Belanda dan berada di Medan.
Baca juga: Penyair Gayo LK Ara, Tampil dalam Bincang Sastra Lisan Gayo Secara Virtual Malam Ini
"Situasi chaos antar pimpinan militer di pedalaman Sumatera Utara waktu itu berhasil diselesaikan dengan keterlibatan Kolonel Muhammad Din," kata Johan Wahyudi.
Dalam pembentukan Kabupaten Aceh Tengah yang waktu itu membawahi Blang Kejeren dan Alas,
juga melibatkan Kolonel Muhammad Din.
"Mendorong pembentukan pemerintahan Kabupaten Aceh Tengah. M Din juga jadi tim formatur, Pemda di Takengon," katanya.
Saat dibangun sekolah militer di Sigli, lanjut Johan Wahyudi, Muhammad Din pula yang diserahi tugas mencari murid sekolah tersebut,” katanya.
“Muhammad Din, sosok yang memiliki dimensi luas,"
Baca juga: Bincang Pariwisata, Reja Hakim Bale Bujang: Butuh Peningkatan SDM Majukan Pariwisata Gayo
Tapi kenapa nama Muhammad Din seolah terkubur begitu saja ?
Johan Wahyudi menemukan adanya anggapan miring yang tidak berdasar bahwa ia dekat dengan komunis.
"Tuduhan ini perlu dicari faktanya," kata Johan.
Pada bagian lain pernyataannya, Johan Wahyudi sependapat apabila Kolonel Muhammad Din diusulkan sebagai pahlawan nasional.
Ia juga menyarankan agar diskusi soal ini perlu ditumbuhkan sampai ke kampus.
"Saya setuju, sebab kebetulan Agustus adalah peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI," katanya.
Baca juga: Kejayaan Orang Gayo, Pernah Latih Pasukan Kerajaan Raya Simalungun Hadapi Kolonialisme Belanda
Johan Wahyudi, dosen Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ikut dalam tim peneliti “Peradaban Islam Awal di Aceh Tengah; Studi Atas Kerajaan Linge Abad XI-XIV.”
Juga menulis buku "Sejiran Tak Sejalan: Diplomasi Kesultanan Aceh dengan Johor Abad XVI-XVII (Mahara Publishing, 2016).
Editor buku "Sejarah Aceh" di Yayasan Tun Sri Lanang, Jakarta (2011-2012) dan
"Sejarah Awal Islam di Gayo Abad XI-XIV" yang ditulis sejarawan Prof Dr M Dien Madjid (Mahara Publishing, 2020).
Hadir dalam bincang budaya itu sejarawan Prof M Dien Madjid, guru besar sejarah di UIN Syarif Hidayatullah.(*)