Puasa Ramadhan 2023

Tujuan Puasa Ramadhan yang Perlu Diketahui dalam Surah Al-Baqarah Simak Penjelasan Ustad Adi Hidayat

Tujuan berpuasa di bulan Ramadhan sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 183, 187 dan 185. Masing-masing ayat Al-Baqarah tersebut memberi

Penulis: Cut Eva Magfirah | Editor: Budi Fatria
YouTube Ustad Adi Hidayat Official
Tujuan puasa Ramadhan yang perlu diketahui dalam surah Al-Baqarah simak penjelasan ustad Adi Hidayat 

Tujuan Puasa Ramadhan yang Perlu Diketahui Dalam Surah Al-Baqarah Simak Penjelasan Ustad Adi Hidayat

TRIBUNGAYO.COM - Penting bagi kita mengetahui tujuan dari puasa Ramadhan yang telah Allah SWT jelaskan dalam Al-Quran surah Al-Baqarah.

Dalam surah Al-Baqarah tertulis mengenai tujuan atau gol yang harus dicapai setiap muslim yang melaksanakan ibadah puasa dibulan Ramadhan.

Tujuan berpuasa di bulan Ramadhan sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 183, 187 dan 185.

Masing-masing ayat Al-Baqarah tersebut memberi pesan untuk kita agar puasa yang kita jalankan ini tidak sia-sia.

Tentunya dengan tujuan yang kita miliki membuat puasa yang kita jalani lebih bermakna.

Ustad Adi Hidayat menjelaskan dalam channel YouTube @Adi hidayat Official yang dikutip TribunGayo.com pada Senin (27/3/2023).

Penting diketahui materi tarhib Nabi Saw yang pernah beliau sampaikan kepada sahabatnya menjadi kurikulum untuk diwariskan.

Sehingga dengan warisan ini setidaknya mendekati kualitas sahabat-sahabat maupun tabi'in di era itu yang bisa kita capai di masa-masa yang berbeda.

Perlu diketahui bahwa tujuan dari bulan Ramadhan itu ada tiga

"Seseorang disebut berhasil melewati pendidikan Ramadhan bila setidaknya dia bisa mendapatkan 3 gol yang diharapkan yang langsung Allah tuangkan dalam Al-Quran" Kata Ustad Adi.

Adapun tujuan dari puasa Ramadhan yang harus dicapai oleh umat muslim yang menjalankan ibadah puasa yaitu:

1. Peningkatan Ketakwaan personal

Dalam surah Al-Baqarah ayat 183 Allah telah menjelaskan mengenai tujuan puasa yaitu meningkatkan ketakwaan personal atau pribadi.

Ramadhan desainnya dihadirkan oleh Allah sebagai ibadah selama sebulan yang memiliki tujuan supaya membentuk karakteristik setiap muslim.

Agar setiap muslim itu yang memiliki ketakwaan personal yang tinggi seperti yang tertuang dalam Al-quran surah Al-Baqarah ayat 183.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah ayat 183).

Menurut tafsir Kemenag RI para ulama banyak memberikan uraian tentang hikmah berpuasa, misalnya:

Untuk mempertinggi budi pekerti, menimbulkan kesadaran dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin, orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, melatih jiwa dan jasmani, menambah kesehatan dan lain sebagainya.

Uraian seperti di atas tentu ada benarnya, walaupun tidak mudah dirasakan oleh setiap orang.

Karena, lapar, haus dan lain-lain akibat berpuasa tidak selalu mengingatkan kepada penderitaan orang lain, malah bisa mendorongnya untuk mencari dan mempersiapkan bermacam-macam makanan pada siang hari untuk melepaskan lapar dan dahaganya di kala berbuka pada malam harinya.

Begitu juga tidak akan mudah dirasakan oleh setiap orang berpuasa, bahwa puasa itu membantu kesehatan, walaupun para dokter telah memberikan penjelasan secara ilmiah, bahwa berpuasa memang benar-benar dapat menyembuhkan sebagian penyakit, tetapi ada pula penyakit yang tidak membolehkan berpuasa.

Kalau diperhatikan perintah berpuasa bulan Ramadhan ini, maka pada permulaan ayat 183 secara langsung Allah menunjukkan perintah wajib itu kepada orang yang beriman.

Orang yang beriman akan patuh melaksanakan perintah berpuasa dengan sepenuh hati, karena ia merasa kebutuhan jasmaniah dan rohaniah adalah dua unsur yang pokok bagi kehidupan manusia yang harus dikembangkan dengan bermacam-macam latihan, agar dapat dimanfaatkan untuk ketentraman hidup yang bahagia di dunia dan akhirat.

Pada ayat 183 ini Allah mewajibkan puasa kepada semua manusia yang beriman, sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat sebelum mereka agar mereka menjadi orang yang bertakwa.

Jadi, puasa sungguh penting bagi kehidupan orang yang beriman. Kalau kita selidiki macam-macam agama dan kepercayaan pada masa sekarang ini, dijumpai bahwa puasa salah satu ajaran yang umum untuk menahan hawa nafsu dan lain sebagainya.

Perintah berpuasa diturunkan pada bulan Sya'ban tahun kedua Hijriah, ketika Nabi Muhammad saw mulai membangun pemerintahan yang berwibawa dan mengatur masyarakat baru, maka dapat dirasakan, bahwa puasa itu sangat penting artinya dalam membentuk manusia yang dapat menerima dan melaksanakan tugas-tugas besar dan suci.

Adapun tujuan dasar pokoknya untuk membentuk karakteristik ketakwaan personal bagi setiap individu muslim

2. Ramadhan juga disiapkan oleh Allah untuk membentuk ketakwaan sosial

Dalam surah Al-Baqarah ayat 187 Allah menjelaskan mengenai tujuan puasa Ramadhan yaitu untuk membentuk ketakwaan sosial.

Jadi bukan sekedar secara pribadinya menjadi lebih baik, tapi ternyata kebaikan personal ini baru punya nilai optimal dalam pandangan Al-Quran jika auranya sudah mampu ditebarkan ke lingkungan.

Selain itu juga melatih kita secara bersamaan untuk berinteraksi secara sosial dan mengoptimalkan semua karakter sosial kita.

Sehingga golnya akan terlihat bukan hanya dengan Allah yang punya hubungan baik, tetapi juga kepada manusia.

"jika dengan Allah baik dengan manusia kurang baik belum sempurna ibadah Ramadhannya" Kata Ustad Adi.

Hal tersebut tertuang dalam surah Al-Baqarah ayat 187:

اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْ ۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عَاكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ

Artinya:

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.

Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.

Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.

Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (QS. Al-Baqarah ayat 187)

Menurut tafsir dari Kemenag RI Pada ayat ini Allah menerangkan 'uzur atau halangan yang membolehkan untuk meninggalkan puasa, serta hukum-hukum yang bertalian dengan puasa.

Banyak riwayat yang menceritakan tentang sebab turunnya ayat ini, antara lain: pada awal diwajibkan puasa, para sahabat Nabi dibolehkan makan, minum, dan bersetubuh sampai shalat Isya atau tidur.

Apabila mereka telah shalat Isya atau tidur, kemudian bangun maka haramlah bagi mereka semua itu.

Pada suatu waktu, 'Umar bin al-Khaththab bersetubuh dengan istrinya sesudah shalat Isya, dan beliau sangat menyesal atas perbuatan itu dan menyampaikannya kepada Rasulullah saw.

Maka turunlah ayat ini menjelaskan hukum Allah yang lebih ringan daripada yang telah mereka ketahui dan mereka amalkan.

Bahwa sejak terbenamnya matahari (maghrib) sampai sebelum terbit fajar (subuh), dihalalkan semua apa yang tidak diperbolehkan pada siang hari pada bulan Ramadhan dengan penjelasan sebagai berikut:

"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari Ramadhan bersetubuh dengan istri kamu, karena mereka adalah pakaian bagi kamu dan kamu adalah pakaian bagi mereka.

Allah mengetahui bahwa kamu telah mengkhianati diri kamu, yakni tidak mampu menahan nafsu dengan berpuasa seperti yang kamu lakukan, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi keringanan pada kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang ditetapkan bagimu". (al-Baqarah/2:186)

Artinya sekarang kamu diperbolehkan bersetubuh dengan istri kamu dan berbuat hal-hal yang dibolehkan untuk kamu.

Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam yaitu sampai terbit fajar, sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam.

Selain dari itu kamu dilarang pula bersetubuh dengan istrimu ketika kamu sedang beri'tikaf di dalam masjid.

Kemudian Allah menutup ayat ini dengan menegaskan bahwa larangan-larangan yang telah ditentukan Allah itu tidak boleh kamu dekati dan janganlah kamu melampaui dan melanggarnya.

Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada umat manusia, agar mereka bertakwa.

3. Membentuk karakteristik manusia yang bersyukur kepada Allah SWT

Dalam ayat 185 surah A-Baqarah ini Allah menyampaikan bahwa tujuan dari puasa Ramadhan untuk membentuk karakteristik manusia agar bersyukur kepada Allah SWT.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya:

"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur". (QS. Al-Baqarah ayat 185)

Berdasarkan Tafsir Kemenag RI bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya untuk pertama kali diturunkan Al-Qur'an pada lailatul qadar, yaitu malam kemuliaan, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang benar dan yang salah.

Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada, yakni hidup, di bulan itu dalam keadaan sudah akil baligh, maka berpuasalah.

Dan barangsiapa yang sakit di antara kamu atau dalam perjalanan lalu memilih untuk tidak berpuasa, maka ia wajib menggantinya sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain.

Allah menghendaki kemudahan bagimu dengan membolehkan berbuka, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu dengan tetap mewajibkan puasa dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan.

Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dengan berpuasa satu bulan penuh dan mengakhiri puasa dengan bertakbir mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur atasnya.

Itulah tiga tujuan dari puasa Ramadhan, semoga di bulan Ramadhan 2023 ini kita dapat mencapai tujuan tersebut agar menjadi orang-orang yang bertakwa. (TribunGayo.com/Cut Eva Magfirah)

Berita Ramadhan lainnya di Tribungayo.com dan GoogleNews

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved