Sosok Plestia Alaqad, Jurnalis Palestina yang Menyingkap Realita Gaza Lewat Instagram

Plestia Alaqad, seorang jurnalis independen asal Gaza, kini menjadi perbincangan hangat melalui akun Instagramnya.

Editor: Malikul Saleh
Capture Instagram @byplestia
Plestia Alaqad, seorang jurnalis independen asal Gaza, kini menjadi perbincangan hangat melalui akun Instagramnya. 

Ia mengabarkan kehidupan di Gaza yang sungguh berat akibat krisis pangan, air, listrik, hingga kurangnya fasilitas kesehatan.

Meski begitu, wanita berusia 22 tahun ini tetap memberikan senyuman di hampir setiap unggahan Instagram.

Menilik akun IG-nya, Plestia Alaqad kerap mengunggah foto-foto ceria bersama anak-anak Gaza, rekan jurnalis, dan warga lainnya.

Setiap foto unggahannya bersama anak-anak di Gaza Palestina selalu menuai simpati dan komentar positif.

Akun Instagram Plestia Alaqad kini memiliki 3 juta pengikut dan komentarnya dipenuhi dukungan dari berbagai pihak.

KRISIS Air Bersih, Warga Gaza Terpaksa Gunakan Air Laut untuk Mandi dan Mencuci

Pemerintah Indonesia telah mengirimkan tahap pertama bantuan kemanusiaan untuk Palestina pada Sabtu, (4/11/2023) lalu yang dilepas secara langsung oleh Presiden Jokowi di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Namun bantuan tersebut belum sampai di lokasi tujuan, sebab saat masih berada di Mesir dan masih menunggu izin dari Israel.

Diketahui saat ini warga Palestina sangat membutuhkan banyak bantuan terutama makanan.

Selain itu, warga di Gaza terpaksa mandi dan mencuci dengan air laut lantaran tak punya air bersih yang mencukupi.

“Kami tidak punya air, tak ada sanitasi, tak ada sistem pembuangan limbah yang berfungsi,” kata Imm Mahmoud (52), salah satu warga Palestina yang tinggal di tempat pengungsian di kompleks Sekolah Dasar Alif, kawasan Deir al-Balah, Gaza, dikutip dari Al Jazeera.

Sekolah itu dioperasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan dilaporkan menampung sekitar 8.000 pengungsi.

Mahmoud menyebut kurangnya kebersihan di sekolah itu membuat anak-anak dan orang dewasa merasa tidak nyaman.

Wanita itu mengatakan terpaksa mencuci pakaian keluarganya dengan air laut.

Dia tahu bahwa air laut di sana tercemar atau terkena polusi. Namun, dia tak punya pilihan lain.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved