Kisah Intelektual Gayo Yusra Habib Abdul Gani dari Tanoh Gayo ke Denmark

Intelektual Gayo yang kini bermukim di Denmark, Dr Yusra Habib Abdul Gani, SH,  pada 12 April 2024 genap berusia 70 tahun.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mawaddatul Husna
Dok TribunGayo.com
Cover buku otobiografi Yusra Habib Abdul Gani. 

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

TRIBUNGAYO.COM, JAKARTA - Intelektual Gayo yang kini bermukim di Denmark, Dr Yusra Habib Abdul Gani, SH,  pada 12 April 2024 genap berusia 70 tahun.

"Hari ini 12 April 2024, genap 70 tahun menjadi musafair di muka bumi milik Allah ini, hanya bermodal harga diri, iman dan obsesi berkelana hingga menuju dunia akhir nanti.

Ada dua garis titian yang serentak mesti saya lewati.

Pertama, sebagai Perdana Menteri, berkewajiban memenej politik PNAD di dalam dan luar negeri dengan bijak.

Hal ini dilakukan secara kolekftif, siap sedia menerima kritik, saran dan masukan, demi memajukan plan yang sudah dirumuskan.

Ini tugas tidak mudah. Kedua, sebagai penulis, mesti selalu meng-update ilmu pengetahuan sosial supaya tidak ketinggalan zaman," tulis Yusra Habib melalui pesan WA kepada TribunGayo.com.

Dalam tahun 2024 ini, Yusra Habib berhasil menyelesaikan dua buah buku berjudul:

(1). MENGUKUR KEBENARAN HUKUM POSITIF DENGAN INTERPRETASI. (2). SUCCESSOR OF STATE: MAKSUDNYA APA?

Kedua-duanya diterbitkan oleh: Institue for Ethnics Civilization  Research, Danmark. 

"Alhamdulillah sudah beredar. Insya-Allah di penghujung tahun 2024, diterbitkan tiga buah buku lagi," kata Yusra Habib.

Ketiga buku dimaksud  berjudul: (1). MERETAS IDENTITAS GAYO. (2). DILEMA  REVOLUSI KEMERDEKAAN (Kasus Acheh Darussalam). (3). ACHEH: KARAM DALAM DADA (Himpunan karya tulis ilmiah periode: (2008-2019) sejumlah 80 lebih; dimuat oleh media mainstream di Aceh.

"Bunge murip: hejep, suker, nyanya, susah, mongot, kedik, galak den sene mukemas wan tapé berikot, kumah-mah kusi beloh sesire mupetimang murip temas-temas ging, berputar mengikuti rithme kehidupan," tulisnya dalam bahasa Gayo.

Selama 70 tahun, Yusra Habib merasakan pahit getirnya kehidupan. Amat rencam dengan kepelbagaian pengalaman yang mempertaruhkan antara rasa takut dan berani.

Takut, selain sebagai hak, juga seni; begitu berani. Keduaduanya bebas diperagakan. 

Sumber: TribunGayo
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved