Legenda Masyarakat Gayo

Legenda Bener Meria dan Sengeda Dua Saudara Kandung Ciptakan Tari Guel untuk Jinakkan Gajah Putih

Tari Guel menjadi tarian tradisional masyarakat Gayo baik di wilayah kabupaten Bener Meriah maupun Aceh Tengah yang digelar dalam acara tertentu.

Penulis: Kiki Adelia | Editor: Rizwan
acehprov.go.id/kompas.com
Tari Guel memiliki sejarah kelahirannya dan memiliki kisah yang panjang dan unik untuk diulas. 

TRIBUNGAYO.COM - Tari Guel adalah salah satu kesenian yang berasal dari tanah Gayo.

Tari Guel menjadi tarian tradisional masyarakat Gayo baik di wilayah kabupaten Bener Meriah maupun Aceh Tengah yang digelar dalam acara tertentu.

Dilansir dari Wikipedia, Kamis (16/5/2024), Tari Guel sepenuhnya apresiasi terhadap wujud alam, lingkungan yang dirangkai dalam bentuk yang simbolis dan hentakan irama yang unik.

Tari Guel memiliki sejarah kelahirannya dan memiliki kisah yang panjang dan unik untuk diulas.

Berdasarkan penelurusan TribunGayo.com dari buku Junus Djamil dengan judul Gadjah Putih yang diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Aceh pada tahun 1958 terdapat kisah legenda mengenai sejarah lahirnya Tari Guel.

Melalui cerita rakyat yang berkembang di tanah Gayo, Tari Guel berasal dari mimpi seorang pemuda yang Bernama Sengeda.

Sengeda adalah anak dari Raja Linge ke XIII.

Sengeda bermimpi telah bertemu dengan saudara kandungnya yang Bernama Bener Meria.

Baca juga: Lihainya Pj Bupati Aceh Tengah T Mirzuan Mainkan Tari Guel di Taman Inen Mayak Teri

Bener Meria telah meninggal dunia karena pengkhianatan.

Dalam mimpi itu Sengeda bertemu dengan saudara kandungnya Bener Meria dan memberikan petunjuk mengenai cara untuk mendapatkan Gajah Putih sekaligus cara untuk menggiring Gajah tersebut dan dipersembahkan kepada Sultan Aceh Darussalam.

Pasalnya sang putri Sultan sangat menginginkan untuk memiliki Gajah Putih tersebut.

Cik Serule yang merupakan Perdana Menteri Raja Linge ke XIV berangkat menuju ke Ibu Kota Aceh Darussalam (sekarang Kota Banda Aceh).

Kedatangan Cik Serule tersebut ke ibu kota Aceh Darussalam untuk memenuhi keinginan putri Sultan Aceh Darussalam.

Nah, Sengeda yang dikenal dekat dengan Cik Serule ikut dibawa saat sidang berlangsung dan bermain-main di Balai Gading sambil menikmati keagungan Istana Sultan.

Ketika iti, dirinya langsung teringat dengan mimpinya yang bertemu dengan Bener Meria.

Kemudian sesuai petunjuk Bener Meria ia melukiskan seekor gajah yang berwarna putih.

Baca juga: Dubes Kanada Disambut Bulang Pengkah yang Diiringi Tari Guel Saat Tiba di Samarkilang Bener Meriah

Lukisan tersebut dilukis di sehelai daun Neniyun atau pelepah daun bambu, setelah lukisan tersebut usai, lukisan tersebut dihadapkan pada cahaya matahari.

Tak disangka, pantulan cahaya yang begitu indah dari lukisan itu mengundang kekaguman sang Putri Raja Sultan Aceh Darussalam.

Dari lukisan itu, sang Putri menjadi penasaran dan berhasrat ingin memiliki Gajah Putih dalam wujud asli.

Sengeda pun menyanggupi untuk menangkap Gajah Putih yang ada di daerah Rimba Raya (daerah Bener Meriah saat ini) untuk dihadapkan pada tuan putri dengan syarat Sultan Aceh Darussalam memberi perintah kepada Cik Serule.

Untuk menjinakkan sang Gajah Putih, diadakanlah kenduri dengan membakar kemenyan.

Diadakannya bunyi-bunyian dengan cara memukul-mukul batang kayu serta apa saja yang menghasilkan bunyi-bunyian.

Sejumlah kerabat Sengeda pun melakukan gerak tari-tarian untuk memancing sang Gajah.

Setelah itu, sang Gajah yang bertubuh putih tampak keluar dari persembunyiannya.

Baca juga: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Rilis Video Tari Guel Merawat Tarian Identitas Gayo

Ketika berpapasan dengan rombongan Sengeda, sang Gajah Putih mau beranjak dari tempatnya.

Bermacam cara ditempuh, sang Gajah Putih tersebut masih juga tidak beranjak.

Sengeda yang menjadi pawang pada waktu itu menjadi kehilangan ide untuk menggiring sang Gajah.

Lagi-lagi Sengeda teringat akan mimpi waktu silam tentang beberapa petunjuk yang harus dilakukan.

Sengeda kemudian memerintahkan rombongan untuk kembali menari dengan niat tulus dan ikhlas sampai menggerakkan tangan seperti gerakan belalai gajah indah dan santun.

Disertai dengan gerakan salam sembahan kepada Gajah ternyata mampu meluluhkan hati sang Gajah Putih.

Gajah putih pun dapat dijinakkan sambil diiringi rombongan.

Sepanjang perjalanan pawang dan rombongan, Gajah putih sesekali ditepung tawari dengan mungkur (jeruk purut) dan bedak hingga berhari-hari perjalanan sampailah rombongan ke hadapan Putri Sultan di Pusat Kerajaan Aceh Darussalam.

Tari-tarian dan tepung tawar tersebutlah yang dikenal dengan Tari Guel.

Itu cerita singkat mengenai Tari Guel dan Gajah Putih.

(TribunGayo.com/Kiki Adelia)

Sumber: TribunGayo
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved