Legenda Masyarakat Gayo

C Snouck Hurgronje Kisahkan Legenda Ikan Depik dan Peteri Ijo di Danau Lut Tawar

Legenda ini diceritakan kembali oleh C. Snouck Hurgronje dalam bukunya "Het Gajoland en Zijne Bewoners".

|
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Budi Fatria
Tribungayo.com/Jafaruddin
Salah satu sisi Danau Lut Tawar dipotret dari puncak Bur Telege di Aceh Tengah. 

Laporan Fikar W.Eda | Jakarta

TRIBUNGAYO.COM, JAKARTA - Di balik keindahan Danau Lut Tawar di Aceh Tengah, tersimpan legenda tragis tentang cinta terlarang dan kutukan abadi.

Legenda ini diceritakan kembali oleh C. Snouck Hurgronje dalam bukunya "Het Gajoland en Zijne Bewoners" dan diterjemahkan menjadi "Gayo dan Masyarakat dan Kebudayaannya Awal Abad 20" oleh Hatta Aman Asnah.

Buku terjemahan ini diterbitkan PN Balai Pustaka 1996.

Diceitakan, alkisah, seorang pemuda Gayo dari Takengon merantau ke pesisir Aceh selama bertahun-tahun.

Jauh dari kampung halaman, ia melupakan asal-usulnya, termasuk bahasa Gayo.

Saat kembali, ia jatuh cinta pada seorang gadis cantik di tepi danau.

Pernikahan mereka digelar meriah, namun kebahagiaan itu segera sirna.

Pada malam pertama, sang pengantin wanita melihat tanda di tubuh suaminya yang menunjukkan bahwa mereka adalah saudara kandung.

Terkejut dan malu, ia berlari ke tepi danau dan menaiki perahu, berniat mengakhiri hidupnya.

Pengasuhnya yang setia, Bunge, tak tega melihatnya dan ikut menceburkan diri ke danau.

Kematian tragis mereka membawa duka mendalam bagi keluarga.

Dalam keputusasaan, mereka membuang semua sisa makanan pernikahan ke danau.

Ajaibnya, nasi-nasi itu berubah menjadi ikan-ikan kecil yang gesit, yang kemudian dikenal sebagai ikan depik.

Sejak saat itu, sang pengantin wanita menjelma menjadi Peteri Ijo (Putri Hijau).

Halaman
12
Sumber: TribunGayo
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved