Berita Aceh

Lima Buku Kisah Tsunami di Serambi Mekkah Diserahkan ke Balai Arsip Statis dan Tsunami Aceh

Muhammad Ihwan menyampaikan terima kasih atas penyerahan buku-buku tersebut dan menyampaikan gagasan pihaknya yang terus mengumpulkan arsip-arsip

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mawaddatul Husna
FOTO IST
Lima buku berisi kisah tsunami diterima Kepala BAST Muhammad Ihwan, Rabu (24/7/2024). 

Laporan Fikar W Eda | Banda Aceh

TRIBUNGAYO.COM, BANDA ACEH - Lima buku berisi kisah tsunami di Serambi Mekkah julukan untuk provinsi Aceh diserahkan kepada Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST) Aceh.

Buku tersebut diserahkan oleh seorang tim editor, Fikar W Eda kepada Kepala BAST, Muhammad Ihwan, di Kantor BAST, Bakoi Aceh Besar, Rabu (24/7/2024).

Buku-buku yang diserahkan yaitu Aceh 8,9 Skala Richter: Kesaksian Wartawan Aceh Korban Tsunami,  Aceh 8,9 Skala Richter: Kesaksian Guru Korban Tsunami.

Kemudian Aceh 8,9 Skala Richter: Kesaksian Seniman Aceh, Rapa'i Sobek - Berisi kesaksian para siswa korban tsunami.

Dan Catatan "SMS" antara Sastrawan Malaysia Siti Zainon Ismail dan Para Sahabat serta Kolega Saat Peristiwa Tsunami 26 Desember 2004.

Muhammad Ihwan menyampaikan terima kasih atas penyerahan buku-buku tersebut dan menyampaikan gagasan pihaknya yang terus mengumpulkan arsip-arsip tentang tsunami.

Ia juga mengimbau kepada masyarakat agar menyerahkan arsip yang mereka miliki kepada BAST untuk dirawat dan diselamatkan.

Balai Arsip Statis dan Tsunami Aceh adalah sebuah lembaga yang didirikan untuk mengumpulkan, merawat, dan mengelola arsip-arsip  termasuk kejadian dahsyat tsunami yang melanda wilayah tersebut pada 26 Desember 2004.

BAST berperan penting dalam pelestarian memori kolektif masyarakat Aceh, dengan tujuan memastikan bahwa informasi berharga dan pengalaman yang terjadi pada saat itu tidak hilang dan dapat diakses oleh generasi mendatang.

BAST mengumpulkan berbagai jenis arsip, termasuk dokumen, foto, rekaman video, dan kesaksian tertulis dari para korban dan saksi peristiwa tsunami.

Lembaga ini juga terlibat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan penelitian, serta bekerja sama dengan institusi lokal dan internasional untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak dan penanggulangan bencana.

Pada 26 Desember 2004, gempa bumi berkekuatan 9,1-9,3 skala Richter mengguncang dasar laut di lepas pantai barat Sumatra, Indonesia, memicu tsunami dahsyat yang melanda berbagai negara di sekitar Samudra Hindia.

Aceh, yang berada di titik terdekat dengan pusat gempa, mengalami kerusakan dan kehilangan yang sangat besar.

Gelombang tsunami setinggi lebih dari 30 meter menghantam pesisir Aceh, menyapu bersih desa-desa dan kota-kota, serta menewaskan lebih dari 170.000 orang di wilayah tersebut.

Tsunami Aceh menjadi salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah modern, mempengaruhi jutaan orang dan menyebabkan kerusakan infrastruktur yang parah.

Peristiwa ini juga mengundang respon internasional yang sangat besar, dengan bantuan dan relawan yang datang dari berbagai negara untuk membantu proses evakuasi, penyelamatan, dan rehabilitasi.

Selama bertahun-tahun, Aceh telah berusaha bangkit dari bencana ini dengan berbagai upaya rekonstruksi dan pembangunan kembali.

Peringatan tahunan dan penulisan kembali pengalaman para korban menjadi bagian penting dari proses pemulihan ini, memastikan bahwa kenangan akan bencana tersebut tetap hidup dan menjadi pelajaran berharga untuk masa depan.

BAST memainkan peran krusial dalam menjaga arsip dan memori tersebut, memberikan kontribusi yang signifikan bagi sejarah dan budaya Aceh. (*)

Baca juga: Kisah 26 Guru Korban Tsunami Terekam dalam Buku "Aceh 8,9 Skala Richter"

Baca juga: Rapai Sobek Buku yang Berisi Rekaman Peristiwa Tsunami dan Kisah Nyata dari Para Siswa

Baca juga: Penyair Malaysia Siti Zainon Ismail Abadikan Tsunami Aceh dalam Buku "Gelora Air Geulumbang Rayeuk"

Sumber: TribunGayo
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved