Petani Cabai di Ketol Aceh Tengah
Nasib Petani Cabai di Ketol Aceh Tengah Berjuang Hidup dengan Menyewa Lahan di Kampung Sendiri
Di tengah panasnya matahari pagi, petani-petani ini datang dengan sebuah tuntutan dan harapan, menentang kenaikan sewa lahan.
Penulis: Alga Mahate Ara | Editor: Budi Fatria
Kehadiran pemerintah sangat mereka harapkan untuk turut memperjuangkan nasib mereka selaku rakyatnya.
Harga cabai yang jatuh hingga dibawah Rp 20.000 per kilogram sudah membuat banyak petani merugi.
Tanpa dukungan pemerintah untuk menstabilkan harga dan memperhatikan kebutuhan mereka, petani merasa terhimpit dalam lingkaran setan yang tak ada habisnya.
"Kami tidak bisa lagi bertahan jika keadaan ini terus berlanjut. Harga cabai turun, dan sekarang sewa lahan terus naik. Kami butuh bantuan," ujar Miran, berharap ada solusi yang datang dari pihak yang lebih berwenang.
Sebagai bentuk protes terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil, beberapa petani membakar baju berlogo FNB Agritech di halaman kantor perusahaan itu.
Itu adalah simbol kemarahan para petani cabai, suara mereka yang selama ini terpendam, yang kini meledak menjadi sebuah aksi.
Tindakan itu mencerminkan betapa dalamnya perasaan kecewa dan tertekan yang mereka rasakan.
"Ini bukan hanya soal uang. Ini soal hidup kami. Kami bekerja keras di ladang, tapi kebijakan ini membuat kami merasa dihancurkan perlahan-lahan," ujar salah satu petani yang ikut dalam aksi tersebut.
Di tengah ketegangan dan perbedaan pandangan, ada satu hal yang masih mempersatukan para petani ini, harapan untuk bisa bertahan hidup dengan layak.
Mereka hanya ingin agar suara mereka didengar dan agar ada perhatian lebih terhadap perjuangan mereka sebagai anak negri.
"Apa yang kami inginkan hanya satu, agar kami bisa bertani dengan tenang. Jangan biarkan kami terhimpit seperti ini. Kami hanya ingin hidup," minta Miran, dengan tatapan yang penuh tekad.
Tanggapan Pihak FNB Agritech
Manager Lapangan FNB Agritech, Mulyadi, menjelaskan bahwa kenaikan deposit dan sewa lahan ini telah dipertimbangkan untuk menjaga komitmen mitra dalam menjaga kebersihan dan keamanan lahan.
"Sewa Rp 1,9 juta itu, didalamya bentuknya deposit Rp 400 ribu, sebanyak Rp 200.000 digunakan untuk menjaga Keindahan, Kerapian, dan Keamanan (K3K) lahan, sedangkan Rp 200.000 lainnya untuk gotong royong, sewa lahan tetap Rp 1.5" ujar Mulyadi.

Ia juga menyebutkan bahwa kenaikan biaya sewa sebesar Rp 200.000 per bulan mulai Januari adalah langkah untuk mendisiplinkan pembayaran.
Menurutnya, kenaikan tersebut bukan berarti sebuah denda, melainkan kenaikan sesuai kebutuhan operasional Perusahaan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.