Berita Aceh Tengah Hari Ini

Radensyah Maestro Tari Guel, Usia Dua Tahun Menyambut Presiden Soeharto

Dari sang guru, Radensyah tidak hanya belajar gerakan, tapi juga memahami nilai filosofis di balik setiap hentakan dan ayunan tangan dalam Guel.

|
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Sri Widya Rahma
TRIBUNGAYO.COM/FIKAR W EDA
MAESTRO GAYO - Radensyah saat tampil di Museum Nasional indonesia, Jakarta Sabtu (12/7/2025). Radensyah, maestro Tari Guel kelahiran 1974, adalah sosok yang hidup dan nafasnya terjalin erat dengan denyut budaya Gayo, khususnya seni tari Guel. 

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

TRIBUNGAYO.COM, JAKARTA - Radensyah, maestro Tari Guel kelahiran 1972, adalah sosok yang hidup dan nafasnya terjalin erat dengan denyut budaya Gayo, khususnya seni tari Guel, tarian sakral yang merepresentasikan kemegahan dan spiritualitas masyarakat dataran tinggi Gayo.

Perjalanannya sebagai penari dimulai sejak usia dini. Pada usia dua tahun, tubuh kecil Radensyah sudah ikut larut dalam irama Guel tanda awal dari sebuah takdir seni yang besar.

Bukan hanya sebagai penari, Radensyah tumbuh menjadi ikon budaya yang terlibat dalam berbagai momen penting sejarah Aceh.

Pada 1976, saat usianya baru menginjak empat tahun, ia sudah menari dalam penyambutan Presiden Soeharto pada peresmian pabrik gula mini Belang Mancung.

Seiring waktu, ia terus diundang tampil dalam berbagai acara resmi: peresmian Gedung Olahraga Seni (GOS) Takengon, peresmian kantor Kapolres Aceh Tengah, hingga acara kenegaraan di Lhokseumawe seperti peresmian kantor Korem.

Kepercayaan yang diberikan kepadanya menjadi bukti bahwa seni Guel tidak hanya hiburan, tapi juga simbol kehormatan dan identitas.

Di balik kemahirannya menari, ada sosok guru yang sangat berjasa: Ceh Sahak Cab’crun dari Kute Lintang, Aceh Tengah.

Dari sang guru, Radensyah tidak hanya belajar gerakan, tapi juga memahami nilai filosofis di balik setiap hentakan dan ayunan tangan dalam Guel.

Ia mewarisi bukan sekadar teknik, melainkan jiwa dari sebuah warisan budaya yang luhur.

Kini, setelah puluhan tahun mengabdi dalam sunyi dan gemuruh panggung, Radensyah kembali diundang tampil di pentas nasional.

Bersama Mustafa Rasyid, juga seorang maestro Guel, keduanya mempersembahkan tari Guel dalam acara Panggung Maestro di Museum Nasional Jakarta, pada 11–12 Juli 2025.

Undangan ini bukan sekadar penampilan biasa, tetapi sebuah penghormatan atas dedikasi seumur hidupnya dalam menjaga nyala budaya Gayo agar tetap hidup di tengah arus zaman.

Radensyah dan Mustafa Rasyid adalah bukti bahwa bakat sejati yang dipelihara dengan cinta dan ketekunan akan menembus batas waktu.

Mereka menari bukan hanya dengan tubuh, tetapi dengan jiwa. Dan lewat langkah-langkahnya, budaya Gayo terus bernapas dan berdialog dengan dunia. (*) 

Baca juga: Kopi Arabika Gayo di Bener Meriah Turun Tipis Hari Ini Minggu 13 Juli 2025

Baca juga: Bupati Gayo Lues Imbau Orang Tua Antar Anak di Hari Pertama Sekolah

Baca juga: Hasil SEA V League 2025 Putra: Thailand vs Kamboja, Full Set Kissada Nilsawai Dkk Juara Leg Pertama

Sumber: TribunGayo
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved