Berita Aceh Tengah Hari Ini
Radensyah Maestro Tari Guel, Usia Dua Tahun Menyambut Presiden Soeharto
Dari sang guru, Radensyah tidak hanya belajar gerakan, tapi juga memahami nilai filosofis di balik setiap hentakan dan ayunan tangan dalam Guel.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Sri Widya Rahma
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
TRIBUNGAYO.COM, JAKARTA - Radensyah, maestro Tari Guel kelahiran 1972, adalah sosok yang hidup dan nafasnya terjalin erat dengan denyut budaya Gayo, khususnya seni tari Guel, tarian sakral yang merepresentasikan kemegahan dan spiritualitas masyarakat dataran tinggi Gayo.
Perjalanannya sebagai penari dimulai sejak usia dini. Pada usia dua tahun, tubuh kecil Radensyah sudah ikut larut dalam irama Guel tanda awal dari sebuah takdir seni yang besar.
Bukan hanya sebagai penari, Radensyah tumbuh menjadi ikon budaya yang terlibat dalam berbagai momen penting sejarah Aceh.
Pada 1976, saat usianya baru menginjak empat tahun, ia sudah menari dalam penyambutan Presiden Soeharto pada peresmian pabrik gula mini Belang Mancung.
Seiring waktu, ia terus diundang tampil dalam berbagai acara resmi: peresmian Gedung Olahraga Seni (GOS) Takengon, peresmian kantor Kapolres Aceh Tengah, hingga acara kenegaraan di Lhokseumawe seperti peresmian kantor Korem.
Kepercayaan yang diberikan kepadanya menjadi bukti bahwa seni Guel tidak hanya hiburan, tapi juga simbol kehormatan dan identitas.
Di balik kemahirannya menari, ada sosok guru yang sangat berjasa: Ceh Sahak Cab’crun dari Kute Lintang, Aceh Tengah.
Dari sang guru, Radensyah tidak hanya belajar gerakan, tapi juga memahami nilai filosofis di balik setiap hentakan dan ayunan tangan dalam Guel.
Ia mewarisi bukan sekadar teknik, melainkan jiwa dari sebuah warisan budaya yang luhur.
Kini, setelah puluhan tahun mengabdi dalam sunyi dan gemuruh panggung, Radensyah kembali diundang tampil di pentas nasional.
Bersama Mustafa Rasyid, juga seorang maestro Guel, keduanya mempersembahkan tari Guel dalam acara Panggung Maestro di Museum Nasional Jakarta, pada 11–12 Juli 2025.
Undangan ini bukan sekadar penampilan biasa, tetapi sebuah penghormatan atas dedikasi seumur hidupnya dalam menjaga nyala budaya Gayo agar tetap hidup di tengah arus zaman.
Radensyah dan Mustafa Rasyid adalah bukti bahwa bakat sejati yang dipelihara dengan cinta dan ketekunan akan menembus batas waktu.
Mereka menari bukan hanya dengan tubuh, tetapi dengan jiwa. Dan lewat langkah-langkahnya, budaya Gayo terus bernapas dan berdialog dengan dunia. (*)
Baca juga: Kopi Arabika Gayo di Bener Meriah Turun Tipis Hari Ini Minggu 13 Juli 2025
Baca juga: Bupati Gayo Lues Imbau Orang Tua Antar Anak di Hari Pertama Sekolah
Baca juga: Hasil SEA V League 2025 Putra: Thailand vs Kamboja, Full Set Kissada Nilsawai Dkk Juara Leg Pertama
maestro
Tari Guel
Presiden
Soeharto
Gayo
Takengon
Aceh Tengah
TribunGayo.com
berita tribun gayo hari ini
berita aceh hari ini
Ketua TP-PKK Aceh Kunjungi Kebun Cabai di Aceh Tengah |
![]() |
---|
Gempa Bumi Bermagnitudo 3,6 Guncang Wilayah Takengon |
![]() |
---|
Warga Aceh Tengah Kini Bisa Curhat Kapolres Melalui Whatshap, Ini Caranya |
![]() |
---|
Kapolres Aceh Tengah Berikan Paket Sembako dan Tali Asih untuk Santri Al Fatah Ummul Quro |
![]() |
---|
Panen Raya, Nanas Pegasing jadi Serbuan Wisatawan di Momen Pacuan Kuda HUT ke-80 RI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.