Seni dan Budaya
Teater MATA Aceh Pentaskan “JEEEH!?” Karya Almarhum Maskirbi 1996
Teater MATA Banda Aceh adalah sebuah komunitas seni teater yang berdiri sejak hampir 40 tahun lalu.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Sri Widya Rahma
Laporan Fikar W Eda | Banda Aceh
TRIBUNGAYO.COM, BANDA ACEH - Teater MATA Banda Aceh akan mementaskan lakon berjudul “JEEEH!? (Jalan Pintas)”, sebuah naskah karya almarhum Maskirbi, pada Sabtu (9/7/2025) pukul 20.30 WIB, bertempat di Indoor Taman Seni dan Budaya Aceh.
Untuk diketahui, Teater MATA Banda Aceh adalah sebuah komunitas seni teater yang berdiri sejak hampir 40 tahun lalu dan dikenal sebagai salah satu pelopor teater modern di Aceh.
Teater ini didirikan oleh tokoh-tokoh seni termasuk almarhum Maskirbi, kemudian AA Manggeng Putra, T Cut Mizarli, dan Inda Rufiani.
Diproduksi oleh Ichwanul Fitri Nst, dan disutradarai oleh Zulfikar Kirbi, pertunjukan lakon kali ini menjadi penanda penting dari janji yang pernah diucapkan kepada almarhum Maskirbi sebelum bencana gempa dan tsunami menghantam Aceh.
“Naskah ini ditulis tahun 1996. Kini tiba saatnya untuk ditampilkan ke publik,” ujar Zulfikar.
Menurut Zulfikar, isi naskah masih sangat relevan dengan kondisi sosial hari ini.
“Negeri ini semakin meresahkan. Snobis dan hipokrit jadi pahlawan. Nurani lenyap. Cinta terkubur. Jangan apatis, kita harus melawan,” tegasnya.
Asisten sutradara, Dede Sachfan menyampaikan bahwa menggarap naskah ini adalah kehormatan sekaligus tanggung jawab besar.
“Ada kedalaman makna yang membuat kami semua merasa tertantang,” ungkapnya.
Pertunjukan ini akan diperankan oleh Riza Sachfan, Cut Marlita, Sayed Iqbal Tawaqal, Faisal Amir, Mahfud Ridha, dan Raja Seulaweut, dengan iringan musik garapan Denny Syukur, dibantu Ardi Sikumbang, Syeh Bran Malisi, dan Jamal Taloe sebagai konsultan.
Pimpinan produksi Ichwanul Fitri Nst, menekankan bahwa perhelatan ini adalah buah dari kerja kolektif tim.
Sementara itu, Zalsufran sebagai supervisor menyebutkan bahwa pertunjukan ini diharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat terhadap realitas kehidupan yang kerap diliputi kepalsuan.
Pertunjukan ini juga menjadi bagian dari agenda rutin Taman Seni dan Budaya Aceh, dan dinantikan oleh pecinta seni pertunjukan di Banda Aceh sebagai ruang kontemplasi atas situasi bangsa. (*)
Baca juga: M Aris Kembali Pimpin Lesbuga: Siap Perkuat Pelestarian Seni Budaya Gayo di Jabodetabek
Baca juga: Panggung Maestro VIII Tampilkan Kemegahan Didong, Guel dan Seni Tradisi Nusantara
Baca juga: Enam Maestro Seni Budaya Gayo Asal Aceh Tengah Salat Jumat di Masjid Istiqlal Jakarta
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.