Laporan Fikar W.Eda I Aceh Tengah
TRIBUNGAYO.COM, TAKENGON - Tari Guel sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada 2016.
Guel tahun ini juga masuk nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) Awards 2022 untuk kategori atraksi budaya, bersama-sama dengan Bur Telege untuk kategori dataran tinggi.
Masyarakat diimbau memberi dukungan melalui berbagai platform digital sehingga Guel dan Bur Telege memperoleh suara terbanyak dan menjuarai API 2022.
Dukungan dapat diberikan dengan cara, melalui akun Instagram @ayojalanjalanindonesia, Youtube Channel APIaward, Facebook @API Award dan SMS premium.
Masyarakat dapat memberikan dukungan suara pada periode pemungutan suara (voting periode) antara tanggal 1 Juni sampai 31 Oktober 2022 mendatang.
Untuk SMS premium dukungan dapat dilakukan dengan cara mengirim SMS ke nomor 99386 (berlaku tarif premium untuk semua provider).
Baca juga: Wisata Aceh Tengah, Bur Telege dan Tari Guel Masuk Nominasi API Award 2022, Begini Cara Dukungnya!
Contoh: untuk memilih dataran tinggi, ketik API 10D dan kirim ke 99386. atau untuk memilih Atraksi Budaya, ketik API 13I kirim ke 99386,
Setiap dukungan pilihan yang masuk melalui SMS akan dihitung perolehan dua suara.
Sementara masyarakat juga bisa memberikan dukungan dengan cara memberi like dan comment dukungan di video promosi nominasi API 2022 yang sudah diunggah di YouTube Channel APIaward.
Dukungan akan dihitung berdasarkan jumlah rata-rata view, like dan comment.
Hal ini juga berlaku untuk feed promosi nominasi yang sudah di upload di akun Instagram @ayojalanjalanindonesia.
Warganet dapat memilih dua daftar kategori destinasi Aceh Tengah yang masuk nominasi, lalu menyukai postingan dan memberikan dukungan di kolom komentar.
Baca juga: Kadispar Aceh Tengah Ajak Masyarakat Dukung Puncak Bur Telege dan Tari Guel API Award 2022
Dukungan pilihan yang masuk dihitung berdasarkan jumlah rata-rata dari reach, like dan comment.
Selain itu, warganet juga bisa memberikan dukungan di akun Facebook @apiaward.
Dengan cara menyukai postingan yang diunggah lalu memberikan dukungan melalui komentar di setiap postingannya.
Apakah itu Guel?
Tari Guel merupakan akar seluruh tari di Gayo.
Dimainkan pada upacara perkawinan dan kegiatan-kegiatan tertentu.
Guel berarti bunyi atau bebunyian, adalah tarian yang seluruh gerakannya meniru gerak belalai gajah, kibasan sayap burung punyuk, kepak elang, dan geliat lintah.
Masyarakat Gayo mengaitkan Tari Guel dengan tragedi Sengeda dan Bener Meriah, dua bersaudara kandung putra Reje Linge XIII dari ibu dari Kesultanan Johor.
Baca juga: Wisata Aceh Tengah, Bur Telege dan Tari Guel Masuk API Award 2022, Kirim Dukungan Melalui Ini
Ayah mereka, Reje Linge XIII, menjadi penguasa di Pulau Lingga (sekarang Kepulauan Riau, pen) setelah penaklukan Johor oleh Kerajaan Aceh Darussalam.
Reje Linge XIII adalah salah seorang panglima Kerajaan Aceh Darussalam yang kemudian mendapat wilayah kekuasan di Pulau Lingga.
Di pulau itu pula ia meninggal dunia, meninggalkan seorang istri dan dua putra, si sulung Bener Meriah dan si bungsu Sengeda.
Ketika Sengeda dan Bener Meriah pulang menjenguk Tanoh Linge, berbekal identitas cincin warisan Reje Linge XIII, ternyata mendapat penolakan keras dari Reje Linge XIV yang sedang berkuasa di Kerajaan Linge.
Kehadiran Sengeda dan Bener Meriah dicurigai untuk merebut tampuk kekuasaan kerajaan.
Dengan penuh siasat, Bener Meriah dan Sengeda kemudian dibunuh dalam satu tragedi dramatis.
Baca juga: Wisata Aceh Tenggara, Tari Peulebat, Representasi Semangat Juang Suku Alas dalam Tarian
Tapi tidak dengan Sengeda. Ia diselamatkan Cik Serule, Perdana Menteri Kerajaan Linge.
Cik Serule yang ditugaskan untuk membunuh Sengeda tidak menjalankan perintah itu.
Ia justru menyelematkan Sengeda sebab meyakini benar, Sengeda dan Bener Meriah adalah putra dari Reje Linge XIII.
Kepada Reje Linge XIV yang sedang berkuasa, dilaporkan bahwa Sengeda sudah dieksekusi sambil melampirkan baju berlumuran darah milik Sengeda.
Tabir pengkhiantan Reje Linge XIV mulai terkuak, ketika suatu waktu, Sengeda mimpi bertemu Bener Meriah, yang memberi petunjuk tentang adanya gajah putih dan cara menangkapnya.
Gajah tersebut kelak diberikan kepada Sultan Aceh sebagai hadiah untuk putri Sultan.
Dalam satu sidang tahunan di Kesultanan Aceh Darussalam, Cik Serule datang memenuhi undangan sebagai utusan Kerajaan Linge.
Baca juga: Tari Munalo dari Tanoh Gayo, Tarian Gayo untuk Menjemput Tamu Kehormatan pada Suatu Acara
Sengeda yang ia selamatkan, dibawa serta ke istana Sultan.
Pada saat sidang berlangsung, Sengeda sesuai petunjuk mimpinya mencoba menarik perhatian putri sultan dengan cara bermain-main di Balai Gading.
Di tempat itu Sengeda melukis seekor gajah putih di helai “neniyon” atau pelepah bambu kering.
Sengeda kemudian memainkan lukisan “neniyon” itu dengan memanfaatkan pancaran sinar matahari, sehingga terkesan lukisan gajah menjadi sangat hidup dan berwarna putih.
Putri sultan yang berada tak jauh dari tempat itu melihat pantulan “cahaya” gajah putih dan langsung menarik perhatiannya.
Ia pun mendekati Sengeda dan menayakan tentang binatang bertubuh besar dan berbelalai itu.
Sengeda kemudian menceritakan, bahwa lukisan yang ia buat adalah sosok gajah putih yang terdapat di hutan Kerajaan Linge.
Baca juga: Buka Festival Seni Budaya Gayo, Wabup Gayo Lues: Anak Laki Harus Bisa Tari Saman, Seberu Tari Bines
Ia bersedia menangkap dan menyerahkannya kepada putri, asalkan mendapat perintah dari Sultan.
Cik Serule sempat gusar saat Sultan memerintahkannya menangkap gajah putih tersebut.
Tapi Sengeda memberi jaminan, bahwa ia mampu menangkap sang gajah.
Sekembali ke Tanoh Linge, Sengeda mempersiapkan upacara penangkapan. Ia sendiri yang bertindak sebagai pawang.
Di sebuah kawasan hutan, Sengeda dan seluruh peserta upacara memainkan alat-alat bunyi yang mengeluarkan beragam bebunyian, mengiringi jangin (nyanyian), sampai akhirnya muncul sosok gajah berwan putih.
Anehnya, gajah itu diam saja. Sengeda kemudian menarikan gerak-gerakan tertentu yang mriip gerakan belalai gajah, diiringi tabuhan musik yang mistis.
Baca juga: Tari Saman dan Bines Siap Hentak Panggung Festival Seni Budaya Gayo pada Jumat
Sengeda memainkan gerak tarinya dengan sangat indah dan khidmat.
Tangannya membuat gerak salam berulang-ulang, sampai akhirnya gajah mulai bergerak.
Gajah itulah yang selanjutnya diantarkan ke Kesultanan Aceh Darussalam dan diserahkan kepada putri sultan oleh Sengeda.
Masyarakat Gayo menyebut gajah putih yang ditemukan Sengeda adalah penjelmaan Bener Meriah, yang mati akibat pengkhianatan Reje Linge XIV.
Seiring dengan itu, borok Reje Linge XIV terkuak, ia mendapat hukuman dan kekuasaannya dicabut.
Sejak itu tampuk kekuasaan Kerajaan Linge diserahkan kepada Sengeda.(*)
Baca juga: Tari Saman Gayo Diikuti 250 Prajurit TNI Meriahkan Penutupan Pendidikan Bintara, Ini Kata Pangdam IM