Laporan Romadani | Aceh Tengah
TRIBUNGAYO.COM, TAKENGON - Kisah Nirwana seorang guru bakti atau honorer dari Aceh Tengah yang mengabdikan dirinya untuk mencerdaskan anak bangsa.
Sebagai guru honorer selama 14 tahun, sosok Nirwana dikenal tidak pernah putus asa untuk terus berupaya mendidik para siswanya.
Walau kesejahteraan dirinya selama ini tidak pernah terpenuhi.
'Pahlawan tanpa tanda jasa' inilah sebutan pantas disematkan untuk Nirwana yang merupakan guru honorer dari MAN 3 Aceh Tengah Provinsi Aceh.
Sebutan tersebut memang sangat familiar bagi seorang pendidik yang mengabdikan dirinya untuk mencerdaskan anak bangsa.
Namun sebutan tersebut memiliki makna yang dalam dan pantas untuk diberikan bagi guru honorer yang berusia 38 tahun ini.
Hal tersebut karena niat tulus Nirwana untuk mengajar tanpa mengharapkan balasan, bahkan dengan kondisi dirinya yang hanya berprofesi sebagai tenaga honorer.
Baca juga: Sosok Seniman Gayo Rahmad Sanjaya, Telah Lahirkan 2000 Karya Lagu Puisi
Tugas mulia seorang guru akan mendapat amal diakhirat kelak.
Memperingati hari Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei disetiap tahun nya.
Adalah sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa dan pengorbanan guru untuk mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa.
Lantas, bagaimana harapan para guru yang mengabdi puluhan tahun, lalu hingga kini belum mendapatkan kesejahteraan.
Perjuangan guru honorer pun butuh waktu dan kesabaran, sebab nasib mereka yang sedang diperjuangkan pemerintah ini pun belum kunjung menemukan titik terang.
Walau tanpa kejelasan status sebagai pegawai pemerintah, mereka terus mendidik tanpa mengenal letih dan lelah demi membangun generasi penerus bangsa.
Itulah yang dialami oleh Nirwana seorang pendidik Jasmani dan Rohani di MAN 3 Aceh Tengah Provinsi Aceh.
Baca juga: Sosok AKP Wawan Darmawan, Polisi Berdarah Gayo yang Bikin Gerah Pemain Narkoba di Aceh Tengah
Bagi Nirwana 14 Tahun bukan lah waktu yang singkat, ia telah menikmati asam garam dunia pendidikan.
Persoalan-persoalan tak pernah ia keluhkan meski bukan berstatus sebagai tenaga pendidik ASN atau PPPK.
Dalam waktu 14 tahun itu pula, ia telah mencetak ratusan bahkan ribuan anak didik menjadi manusia yang telah menemukan cita-citanya, mulai dari Polisi hingga pengusaha sukses.
Namun, keteguhan hati Nirwana inilah yang membuatnya bertahan menjadi pendidik yang tak kenal pamrih berangkat pagi bertemu dengan para siswa dan memberikan senyuman yang bersahaja.
"Mengajar adalah panggilan jiwa bagi saya, bukan masalah gajinya, rezeki sudah diatur oleh Allah SWT," tutur Nirwana.
Profil Nirwana
Saat ditemui Tribungayo.com, Nirwana menceritakan perjalanan hidupnya menjadi seorang pendidik.
Sejak tahun 2016, Nirwana menempuh pendidikan perguruan tinggi swasta di Universitas Jabal Ghafur Sigli, Kabupaten Pidie, ia mengambil Jurusan Pendidikan Jasmani dan Rohani atau Olahraga.
Baca juga: Sosok HM Asjik Ali Tokoh Aceh Pendiri ABC dan Juga Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan RI
Sejak kuliah wanita kelahiran Pegasing, Aceh tengah ini telah banyak memberikan torehan prestasi mengharumkan nama Provinsi Aceh pada ajang olahraga nasional dan daerah.
Puluhan medali, tropi dan sertifikat ia simpan rapi sebagai kenangan bahwa ia pernah menjadi putri yang mengharumkan nama Aceh.
Sejak kuliah ia menjadi atlet pada tiga cabang olahraga seperti Volly ball, Softball dan Taekwondo.
Pada tahun 2017 ia pernah mewakili Aceh menjadi atlet Softball pada PON di Kalimantan Timur.
Selanjutnya pada cabang olahraga Taekwondo ia berhasil meraih empat medali diantaranya dua medali emas dan dua medali perak. Peroleh prestasi itu diraih oleh nirwani pada tahun 2007 hingga 2010.
“Kami dulu mewakili Provinsi Aceh cabang Softball, saat itu kami lama latihan di Jakarta, Senayan Gelora Bung Karno,” kenang Nirwana.
Deretan piagam penghargaan pun ia tunjukan untuk mengenang masa lalu, terakhir saat menjadi guru honorer pada tahun 2018, Nirwana menjadi perwakilan Kankemenag Aceh Tengah pada Porseni XVI Kota Subulussalam berhasil meraih juara tiga.
Baca juga: Ini Sosok AKBP Nanang Kapolres Bener Meriah, Pertama Sekali Bertugas di Aceh Setelah Lulus Akpol
Akhirnya pada tahun 2010, Nirwana berhasil menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S-1) di Universitas Universitas Jabal Ghafur Sigli.
Ia kembali ke kampung halaman dan menjadi tenaga pendidik di MAN 3 Aceh Tengah menjadi tenaga pendidik berstatus honorer ini pun tak ia sangka berlanjut sampai 14 tahun lamanya hingga sampai saat ini.
Nirwana dipersunting oleh laki-laki asal Kampung Bah Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2013, Nirwana pun ikut bersama suami di kampung Bah jaraknya sekitar 30 Km dari pusat Kota Takengon.
“Tepat seminggu kami menikah, saat itu langsung ada musibah gempa bumi yang menghanguskan sebagian Kecamatan Ketol,” kenang Nirwana
Nirwana bersama suami tetap memilih tinggal di Kampung Bah, meski jarak dan jalan yang kurang bersahabat tak mengurangi rasa semangat Nirwana untuk tetap mengajar di MAN 3 Aceh Tengah.
Nirwana harus berjuang keras melewati jalan yang berbukit dengan kabut tebal untuk sampai dihadapan siswa memberikan motivasi.
Pada tahun 2020, Masyarakat kampung Bah dan Nirwana mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) persiapan di Kampung tersebut, Nirwana menjadi guru pendidik pertama kali dan pernah mendapat penghargaan di Banda Aceh pada peringatan Hardiknas tahun 2022 kategori Tenaga Pendidik Berdedikasi.
“Sekolah itu pun telah lama didambakan oleh masyarakat, agar anak-anaknya tidak harus keluar sekolah bisa di kampung sendiri,” jelas Nirwana.
Nirwana melihat kegigihan anak-anak dalam menimba ilmu pengetahuan di kampung tersebut ada yang menganggur diumurnya yang masih belia lantaran tidak ada biaya untuk sekolah, ada yang yatim bahkan ada yang yatim piatu.
“Terkadang kami kumpul-kumpul uang untuk membeli baju seragam anak-anak, bahkan masih ada yang mengenakan sandal datang ke sekolah,” kata Nirwana
Wanita kelahiran 19 Mei 1985 itu menjadi guru pertama mengajar di SMP 44 Takengon sejak 17 Agustus 2021 tepat sekolah itu didirikan dan di negerikan pada 18 Agustus 2021.
Setelah sekolah itu pun Negeri dan berdiri dua bangunan, Nirwana tak lagi mengajar di SMP tersebut, ia lebih memilih sekolah awalnya di MAN 3 Aceh Tengah.
“Sekloahnya sudah maju sekarang, dan sepertinya tidak membutuhkan tenaga honorer seperti saya lagi,” jelas dia.
Hingga saat ini, menempuh jalan rusak dan melewati perbukitan kurang lebih berjarak 30 Km Nirwana dari Kampung Bah ke Pusat kota Takengon terus ia lalui untuk mencerdaskan putra-putri gayo.
“Saya ikhlas menjalaninya, semoga suatu saat nanti Allah mengangkat derajat saya,” Harapnya.
Ia pun berpesan di peringatan Hardiknas 2023 ini agar pemerintah harus memperhatikan kesejahteraan pendidikan yang ada di Indonesia.
“Generasi itu sangat penting diperhatikan pendidikannya demi masa depan bangsa ini, bagaimana pendidikan itu maju kalau kesejahteraan guru dan siswanya tidak diperhatikan,” Kenang dia. (Tribungayo.com/Romadani)
Update berita sosok lainnya di Tribungayo.com dan GoogleNews