Advertorial
Nyak Sandang Hadiri Peringatan Maulid Nabi di Labuhanhaji
Kehadiran Nyak Sandang menjadi momen istimewa bagi ratusan jamaah yang memenuhi kompleks SIT Al-Ihsan. Pria sepuh yang kini berusia lebih dari satu ..
TRIBUNGAYO.COM, LABUHAN HAJI – Sosok pejuang nasional asal Aceh, Teungku Nyak Sandang, hadir dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al-Ihsan Tashawwuf asuhan Wali Agama Aceh, Abuya Syekh H. Amran Waly Al-Khalidy, di Labuhanhaji, Aceh Selatan, Senin malam, 10 November 2025.
Kehadiran Nyak Sandang menjadi momen istimewa bagi ratusan jamaah yang memenuhi kompleks SIT Al-Ihsan. Pria sepuh yang kini berusia lebih dari satu abad itu disambut hangat oleh Abuya Amran Waly bersama jajaran Majelis Pengkajian Tauhid Tashawwuf (MPTT). Sebelum menghadiri acara, Nyak Sandang terlebih dahulu berkunjung ke Pesantren Darul Ihsan.
“Alhamdulillah, Nek Nyak Sandang sudah tiba di Labuhanhaji dan sempat bersilaturahmi ke Pesantren Darul Ihsan sebelum ke lokasi maulid,” kata Ketua Yayasan Al-Ihsan, Tgk. Abi Ahmad Junaidi.
Dalam acara tersebut, Abuya Amran Waly menjamu Nyak Sandang dan rombongan dalam suasana penuh kehangatan dan kebersamaan. Nyak Sandang tampak digendong ke atas panggung oleh anggota Khadam Umat, pasukan keamanan MPTT, sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan perjuangannya untuk bangsa.
Nama Teungku Nyak Sandang dikenal luas di seluruh Indonesia sebagai salah satu penyumbang dana pembelian pesawat Seulawah RI-001, pesawat pertama milik Republik Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Saat itu, di usia 23 tahun, ia rela menjual kebun miliknya senilai 20 mayam emas dan menyerahkan hasilnya kepada pemerintah. Dana itu kemudian digunakan oleh Presiden Soekarno untuk membeli pesawat yang menjadi cikal bakal berdirinya maskapai nasional Garuda Indonesia.
Dalam sambutannya, penerima Bintang Jasa Utama dari Presiden Prabowo Subianto ini menuturkan bahwa perjuangannya hanyalah bagian kecil dari upaya besar rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Ia juga mengenang peran dua tokoh penting dari Aceh yang turut berjuang bersama Soekarno, yaitu Abuya Muda Waly Labuhanhaji (Syekh H. Muhammad Waly Al-Khalidy) dan Teungku Muhammad Daud Beureueh.
“Saya hanya salah satu yang berjuang pada masa itu. Banyak ulama dan tokoh Aceh lain yang tak kalah besar pengorbanannya untuk bangsa ini,” ujar Nyak Sandang.
Dengan suara bergetar namun tegas, ia berpesan agar generasi muda tidak hanya mengejar kekayaan duniawi, tetapi juga menjaga nilai-nilai agama dan keikhlasan dalam berjuang. “Sejak muda, harta bagi saya itu nomor dua. Harta yang kekal adalah agama yang kita bawa sampai ke kubur, yaitu Islam,” tuturnya.
Sementara itu, dalam tausyiahnya, Abuya Syekh H. Amran Waly Al-Khalidy mengingatkan jamaah tentang pentingnya meneladani akhlak Rasulullah SAW. Ia juga menekankan pentingnya menjaga shalat wajib secara berjamaah. “Shalat berjamaah di masjid, jika tidak mampu, maka berjamaah di rumah. Jangan tinggalkan shalat lima waktu,” pesan Abuya.(***Nurkhalis Wijaya***)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.