Pendidikan

Yusradi Usman al-Gayoni Sebut Pemberian Beasiswa Aceh tidak Adil, Skema Harus Diubah

Penerima beasiswa masing-masing kabupaten sebaiknya diberikan dalam bentuk kuota sesuai jumlah penduduk

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Rizwan
TribunGayo.com/Fikar W Eda
Yusradi Usman al-Gayoni, tamping bincang Kopi Gayo Didong Malam disiarkan TribunGayo, Rabu (28/9/2022) malam 

Laporan Fikar W.Eda I Jakarta

TRIBUNGAHO.COM, JAKARTA - Skema pemberian beasiswa untuk mahasiswa di Provinsi Aceh harus diubah, untuk keadilan dan pemerataan seluruh Aceh.

Penerima beasiswa masing-masing kabupaten sebaiknya diberikan dalam bentuk kuota sesuai jumlah penduduk.

Saran ini disampaikan Yusradi Usman al-Gayoni, Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, dalam percakapannya dengan TribunGayo,Rabu (28/9/2022) malam.

Menurutnya, skema yang berlaku selama ini tidak adil hanye meprooritas mahasiswa dari wilayah pesisir Aceh.sevalik ya mahasiswadi daerah pedalaman nyaris tersisih.

"Saya sudah pernah mendapat pengalaman buruk soal ketidakadilan pemberian beasiswa ini," kata Yusradi, pendiri penerbit Mahara Publishing yang telah menerbitkan lebih dari 200 judul buku tentang Gayo.

Baca juga: Presiden Jokowi Diminta Berikan Perioritas Pengembangan Kawasan Dataran Tinggi Gayo Alas

Oleh karena itu, ia minta agar skemanya diubah. Dimana masing-masing kabupaten kota diberi kuota,dihitung berdasarkan jumlah penduduk.

"Umpamanya, Aceh Tengah mendapat kuota 40 orang atau 20 persen dari jumlah penduduk lebih kurang 200 ribu jiwa," kata memberi contoh. 

Begitu juga dengan kota dan kabupaten lainnya.

"Kalau menggunakan skema seperti selama ini,tetap saja penerima beasiswa dari kawasan tengah dan tenggara tidak terakomodir, saya sudah punya pengalaman buruk soal ini," katanya.

Yusradi menceritakan, ia pernah mengajukan beasiswa kepada Pemerintah Provinsi Aceh dan diminta melengkapi seluruh persyaratan.

Tapi pada akhirnya  tidak ada informasi apapun.

"Tahu-tahu sudah ada yang berangkat, sementara seluruh syarat sudah saya penuhi, termasuk syarat nilai akademis dan sebagainya," kata Yusradi, yang lahir di Bebesen, Takengon, Aceh Tengah, tanggal 20 Maret 1983.

Baca juga: Buruan 2 Oktober Ditutup, Begini Cara Daftar Pendamping Desa 2022, Gaji Rp 1,8 - Rp 3 Juta/Bulan

Yusradi menyelesaikan SD Negeri Bebesen (1996), SLTP Negeri 2 Bebesen/SLTP Negeri 10 Takengon (1999), dan SMU Negeri 1 Bebesen/SMA Negeri 1 Takengon (2002). Selanjutnya, tamat S-1 dari Departemen Sastra Inggris Universitas Sumatera Utara (USU) (2006) dan tamat S-2 dari Sekolah Pascasarjana Jurusan Linguistik USU dengan spesialisasi Ekolinguistik (April 2010). 

Sejak S-1 (2002), Yusradi mulai mengumpulkan literatur Gayo dan membuat Perpustakaan Gayo. Saat S-1 (2004), juga mendirikan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved