Berita Nasional

MarIinda Abdullah Puteh Kembali ke Kampus & Jabat Direktur Pascasarjana di Universitas Sahid Jakarta

Marlinda Abdullah Puteh, mantan Ketua Dekranasda Provinsi Aceh dan Tim Penggerak PKK Provinsi Aceh kembali ke dunia pendidikan.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Rizwan
TribunGayo.com
Marlinda Abdullah Puteh 

Laporan Fikar W.Eda I Jakarta

TRIBUNGAYO COM, JAKARTA - Marlinda Abdullah Puteh, mantan Ketua Dekranasda Provinsi Aceh dan Tim Penggerak PKK Provinsi Aceh kembali ke dunia pendidikan.

Ia telah menyelesaikan tugasnya sebagai anggota DPR RI dan dilantik pada 23 Agustus 2016. 

Di Senayan pernah duduk di Komisi V membidangi infrastruktur  dan terakhir Komisi X yang membidangi pendidikan.

"Alhamdulillah saya sudah selesiakan tugas di Senayan. Sekarang saya kembali ke kampus," katanya dalam perbincangan di Jakarta di sela-sela pelantikan Majelis Nasional KAHMI, Senin (27/3/2023).

Marlinda Irwanti, demikian nama lengkapnya, lahir di Yogyakarta 1964.

Ia juga pernah berkarir sebagai penyiar TVRI dengan nama Linda Purnomo. 

Ia masuk Senayan melalui Dapil X Jawa Tengah dari Partai Golkar. 

Sejak menikah dengan Abdullah Puteh, ia ikut mendampingi sang suami ketika terpilih sebagai Gubernur Aceh periode 2000-2004.

Baca juga: Marlinda Abdullah Puteh, Sosok di Balik Pemberian Nama Taman Ratu Safiatuddin

Marlindah Puteh kini menjabat Direktur Pascasarjana di Universitas Sahid Jakarta.

Ia bertekad akan terus mendalami dunia pendidikan, salah bidang yang ia geluti sejak lama.

Saat di parlemen, ia banyak memberi perhatian terhadap kemajuan bidang pendidikan.

Ia pernah mendirikan taman bacaan Marlinda dan menyediakan dua mobil sumbangan pribadinya.

Ia juga mendorong pemberian beasiswa kepada anak-anak pintar Indonesia.

"Mohon doanya, terutama masyarakat Aceh, saya sedang menunggu gelar profesor," katanya.

Selain menggeluti dunia akademis, Linda juga masih sibuk dengan jaringan organisasi sosial.

Ia mendirikan organisasi Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia yang tersebar di 34 provinsi dan membiling 200 cabang di kabupaten dan kota.

Baca juga: MN KAHMI Dikukuhkan, Abdullah Puteh: Tantangan Masa Depan Bisa Diatasi Bila Seluruh Elemen Bersatu

Di organisasi itu, Linda ingin mendorong kemajuan perempuan Indonesia di segala bidang, politik, pendidikan, ekonomi dan sebagainya.

Ada hal menarik dari hasil survey yang dilakukan pihaknya, ternyata perempuan Indonesia tidak memilih perempuan sebagai pemimpinnya di daerah sebagai gubernur, bupati atau walikota, juga di parlemen.

Marlinda ketika mendampingi sang suami Abdullah Puteh, pernah protes kepada "aturan" di pemerintahan.

Bahwa namanya selalu disebut sebagai istri Abdullah Puteh dalam kegiatan resmi, bahkan sebagai Ketua Tim Penggerak PKK.

Menurutnya aturan tersebut tidak adil, sebab ia memiliki nama sendiri. Sejak itu, ia minta nama dirinya ditulis lengkap.

"Seorang perempuan adalah berada disamoing suami, bukan di belakang suami," katanya memberi alasan. 

Mantan "first lady" Aceh  ini juga adalah sosok di balik pemberian Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh.

Lokasi tersebut digunakan untuk pertama kali pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA-4) pada 2004, 

"Saya memberi nama tersebut, terinspirasi dari nama Sultanah Safiatuddin salah seorang satu dari empat Sultanah Aceh yang terkenal," kata Marlinda.

Baca juga: Senator Aceh Abdullah Puteh Dilantik Sebagai Pengurus Majelis Nasional KAHMI 

Sejak itu, Taman Ratu Safiatuddin yang berada persis di samping Kantor Gubernur Aceh, menjadi pusat penyelenggaraan PKA. 

Di lokasi itu, dibangun anjungan rumah adat masing-masung kabupaten dan kota yang di Aceh.

"Dulu itu kita maksudkan sebagai tempat seni budaya. Dibikin kale der eventnya, diisi oleh masing-

masing kabupaten di anjungan .asing-masing," kebang Marlinda yang pernah menjadi salah seorang penyiar TVI RI dengan Nama Linda Purnomo.

"Dulu itu, selalu Ketua Dekranasda,saya bikin edaran kepada seluruh Ketua Dekranasda Kabupaten/Kita untuk mengisi masing-masing anjungan. Alhamdulillah berjalan dengan baik,dan mendapat support dari kepala daerah," kata Marlinda.

Tapi belakangan ia tidak tahu lagi perkembangan aktivitas di Taman Ratu Safiatuddin, apakah masih ada atau tidak.

"Tapi seharusnya dibikin kegiatan seni budaya di sana, karena tujuannya memang untuk itu. Meski itu di luar kegiatan PKA yang berla gedung Ikmal tahunan sekali," katanya.

Dikutip dari laman Wikipedia, disebutkan, Sultanah Safiatuddin bergelar Paduka Sri Sultanah Ratu Safiatuddin Tajul-’Alam Syah Johan Berdaulat Zillu’llahi fi’l-’Alam binti al-Marhum Sri Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam Syah.

Baca juga: Sebanyak 4.138 Formasi CPNS 2023 Dibuka Awal April, Ini Persyaratan dan Dokumen yang Dibutuhkan

Anak tertua dari Sultan Iskandar Muda dan dilahirkan pada tahun 1612 dengan nama Putri Sri Alam. Safiatud-din Tajul-’Alam memiliki arti “kemurnian iman, mahkota dunia.”

Ia memerintah antara tahun 1641-1675.

Diceritakan bahwa ia gemar mengarang sajak dan cerita serta membantu berdirinya perpustakaan di negerinya.

Menurut sejarawan Sher Banu A.L. Khan, kajian dan literatur Islam berkembang pesat pada masa Sultanah Safiatuddin sehingga dapat dianggap sebagai "zaman keemasan Islam dan Melayu di Aceh yang tak tertandingi hingga kini".

Selain itu, menurut Bustan us-Salatin, ekonomi dan perdagangan Aceh menggeliat pada masa Safiatuddin.Safiatuddin meninggal pada tanggal 23 Oktober 1675.(*)

Update berita lainnya di TribunGayo.com dan GoogleNews

Baca juga: 10 Universitas Swasta Terbaik di Aceh Ini Bisa Jadi Referensi untuk Masuk Perguruan Tinggi

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved