Berita Nasional

Kisah Pilu Bocah SD Yogyakarta Tinggal di Kampung Mati dan Jalan Kaki 3 Km Untuk Sekolah

Kisah pilu bocah SD di Yogyakarta tinggal di kampung mati, hidup menyendiri dengan ayah ibunya, tiap hari harus menempuh perjalanan jauh untuk berseko

Editor: Malikul Saleh
Kolase Youtube/Jejak Bang Ibra
Kisah pilu bocah SD di Yogyakarta tinggal di kampung mati, hidup menyendiri dengan ayah ibunya, tiap hari harus menempuh perjalanan jauh untuk bersekolah. 

TRIBUNGAYO.COM - Kisah pilu bocah SD di Yogyakarta tinggal di kampung mati, hidup menyendiri dengan ayah ibunya, tiap hari harus menempuh perjalanan jauh untuk bersekolah.

Kejadian ini terjadi di Kampung Suci, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.

Diketahui, bocah SD bernama Septi tinggal bersama orangtua Desa Sidomulyo viral di media sosial.

Keluarga mereka tinggal menyendiri lantaran kampung tersebut telah lama ditinggalkan warganya.

Setiap harinya Septi melalui hutan rimbun disisi kanan dan kiri unruk pergi kesekolahnya.

Septi juga harus melewati sungai dan jembatan bambu sudah sudah mulai rusak.

Septi harus melakukan perjalanan lebih dari satu kilometer setiap harinya untuk bisa ber sekolah.

Meski harus berjalan kaki dengan kondisi jalanan yang mengerikan, Septi tetap semangat pergi ke sekolah.

Baca juga: Viral, Mahasiswa Baru Asal Makassar Dianiaya Senior Kampusnya, Berikut Penjelasan Kepolisian

"Kalau hujan juga tetap berangkat ( sekolah)," kata Ayah Septi, Sumiran dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Jejak Bang Ibra, Senin (29/5/2023).

Jarak yang ditempuh Septi dari rumah ke sekolah lalu kembali lagi ke rumah sekitar 3 kilometer.

Itu artinya, siswa kelas 3 SD itu harus jalan kaki sepanjang 3 km setiap hari demi bisa ber sekolah.

Orangtua Septi, Sumiran dan istrinya, Sumiati tinggal di sebuah desa terpencil di tengah hutan.

Bukan cuma jaraknya yang jauh dari mana-mana, keluarga Septi juga hanya tinggal seorang diri di kampung tersebut.

Para warga di Kampung Suji itu semuanya sudah pergi meninggalkan tempat tinggal mereka.

Di kampung mati yang sudah ditinggalkan para warganya itulah Septi dan orangtuanya tinggal.

Septi biasa diantar jemput ke sekolah oleh ibu atau ayahnya pada pagi hari.

Meski harus jalan jauh, Septi pun tetap semangat dan ceria.

"Kalau sama ibu jalan kaki, kalau sama bapak kadang digendong. Karena kan (bapak) tangannya besar," kata Septi.

Baca juga: Viral! Tak Mau Ketinggalan Teknologi, Pengemis Ini Minta-minta Pakai Scan Barcode

Ayah Septi sehari-harinya bekerja di hutan tersebut dengan mencari kayu.

Ia juga membuat beberapa furniture dari kayu yang ia ambil dari hutan.

Tinggal di rumah yang berada di tengah-tengah hutan membuat Septi akrab dengan lingkuhan sekitarnya.

Ia pun sering menghabiskan waktu untuk bermain di sungai yang berada di tengah perjalanan menuju ke rumahnya.

"Jembatannya sudah mau rusak, aku takut, tapi ya aku pilih hati-hati saja," kata Septi dengan riang.

Meski hanya tinggal bertiga saja dengan ayah dan ibunya, namun Septi mengaku nyaman.

"Tinggal di hutan seneng, aku bisa jaga hewanku. Anjing, kucing, ayam," katanya bercerita.

Rumah septi dan orangtunya pun terbilang sangat sederhana.

Terbuat dari kayu dan lantainya masih tanah, rumah Septi terlihat cukup luas.

Baca juga: Viral Wanita Naik Taksi di San Fransisco Tanpa Pengemudi

Di sekelilingnya tampak pepohonan dan kebun bekas rumah warga yang ditinggalkan.

Sepulang sekolah, Septi biasanya makan masakan ibunya.

Masakan kesukaan Septi pun sangat sederhana, yakni nasi dan tempe bacem.

"Karena di gunung sulit kan untuk cari lauk, jadi dia makan sama tempe, kadang kecap," kata Sumiati.

Meski makan dengan lauk seadanya, Septi pun tetap ceria.

Apalagi ia sesekali bercanda dengan hewan peliharaannya yang berkeliaran di dapur.

"Kalau makan sering digangguin sama ayam dan kucing," kata Septi sambil melahap nasi dan tempe bacemnya.

Hidup dengan kondisi yang sangat sederhana, Septi nyatanya tumbuh menjadi anak yang piawai dalam hal seni.

Septi yang memiliki hobi melukis itu ternyata memiliki kemampuan menggambar dengan bagus.

Di meja belajar sederhananya yang terbuat dari papan kayu dan kursi dari drigen bekas, ia menggambar berbagai karakter favoritnya.

Baca juga: Viral! Pernikahan Bule Pakai Adat Jawa, Fotografer Jadi Sorotan

"Kalau mau lihat (aku) gambar, aku bisa apa saja," katanya dengan yakin.

Benar saja, di buku gambarnya itu Septi dengan luwesnya menggambar unicorn.

Dengan tangan kirinya, Septi pun menggambar unicorn dengan sangat detail dan tidak membutuhkan waktu yang lama tidak sampai 1 menit.

"Cita-cita aku ingin jadi guru lukis," kata Septi sambil memperlihatkan hasil gambarnya.

Rumah Septi yang berada di tengah hutan itu terlihat cukup seram.(*)

Update berita lainnya di TribunGayo.com dan GoogleNews

Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com dengan judul Bocah SD di Yogya Hidup Menyendiri di Kampung Mati, Jalan Kaki 3 Km ke Sekolah, Lewati Hutan Angker

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved