Berita Internasional
Update Banjir Libya, KBRI Pastikan tidak Ada Korban dari WNI, Korban Meninggal Dikubur Massal
edutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tripoli Libya menyatakan belum ada laporan korban jiwa Warga Negara Indonesia (WNI) akibat bajir Libya
TRIBUNGAYO.COM - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tripoli Libya menyatakan bahwa hingga kini belum ada laporan korban jiwa Warga Negara Indonesia (WNI) akibat peristiwa banjir dahsyat melanda Libya.
Meski demikian KBRI sebagaimana dikutip TribunGayo.com dari Kompas.com bahwa masih terus memantau keberadaan WNI di Libya.
Saat ini tercatat WNI yang menetap di Libya sekitar 282 orang.
Sementara banjir Libya yang sangat dasyat telah merenggut nyawa sekitar 5.200 jiwa dan 10 ribu orang hilang.
Otoritas Libya Timur melalui KBRI Tripoli Libya melaporkan bahwa sampai Senin (11/9/2023) tidak terdapat WNI yang menjadi korban banjir besar di Libya Timur.
Sebagian besar WNI di Libya yang telah tercatat KBRI Tripoli sebanyak 282 orang bertempat tinggal di Libya Barat.
Diketahui banjir besar melanda wilayah Libya Timur, seperti kota Benghazi, Sousse, Al Bayda, Al-Marj and Derna.
Banjir melanda wilayah Libya Timur pada hari Senin (11/9/2023).
Saat ini, pemerintah Libya telah mengeluarkan status siaga / darurat imbas dari banjir besar itu dan masih melakukan operasi pencarian dan penyelamatan korban bencana.
Baca juga: Banjir Terjang Libya Renggut 5.200 Nyawa, Korban Hilang Capai 10 Ribu Jiwa
Korban meninggal dikubur massal
Banjir yang melanda Libya banyak jatuh korban jiwa dan saat ini dilaporkan sekitar 700 korban telah dikubur secara massal pada Selasa (12/9/2023).
Sebagaimana dilansir Tribunnews.com, tim penyelamat mengumpulkan lebih dari 1.500 jenazah pada Selasa (12/9/2023) dan menguburkan setengah dari jumlah tersebut.
"Lebih dari 1.500 jenazah dikumpulkan, dan setengah dari mereka telah dikuburkan pada Selasa malam," kata menteri kesehatan Libya timur.
Selain itu, lebih dari 10.000 orang masih dilaporkan hilang setelah air banjir akibat Badai Daniel membuat dua bendungan jebol.
Otoritas ambulans Derna menyebutkan jumlah korban tewas saat ini mencapai 2.300 orang.
Rekaman menunjukkan puluhan jenazah ditutupi selimut di halaman salah satu rumah sakit.
Saat Badai Daniel menghantam pantai, warga Derna mengatakan mereka mendengar ledakan keras dan menyadari bendungan di luar kota telah runtuh.
Banjir bandang melanda Wadi Derna, sungai yang mengalir dari pegunungan melalui kota dan menuju laut.
Bantuan dari luar baru saja mulai mencapai Derna pada Selasa (12/9/2023), lebih dari 36 jam setelah bencana terjadi.
Banjir merusak atau menghancurkan banyak jalan akses ke kota pesisir berpenduduk sekitar 89.000 jiwa itu.
“Setidaknya 20 persen kota telah hancur,” kata Ahmed Madroud, Wakil Wali Kota Derna kepada Al Jazeera.
Baca juga: UPDATE Gempa Maroko, Meninggal Bertambah 2.122 Orang dan 2.421 Luka-luka, Jokowi Sampaikan Duka Cita
Ia mengatakan, penyebab kehancuran tersebut terkait dengan lemahnya infrastruktur di kota tersebut dan banyaknya bangunan yang bertumpuk di jalan-jalan sempit yang terletak dekat sungai.
“Saat sungai meluap, seluruh bangunan dan keluarga yang ada di dalamnya ikut terbawa arus,” ujarnya.
Video dan foto yang tersebar di media sosial memperlihatkan petak besar lumpur dan puing-puing yang tersapu air banjir di pemukiman dekat bendungan sungai yang jebol.
Gedung-gedung apartemen bertingkat yang dulunya jauh dari sungai, bagian depannya terkoyak dan lantai betonnya runtuh.
Pada Selasa (12/9/2023), petugas tanggap darurat setempat, termasuk tentara, pegawai pemerintah, sukarelawan dan warga menggali reruntuhan untuk mencari korban tewas.
Mereka juga menggunakan perahu karet untuk mengambil jenazah dari air.
Menurut perkiraan, sekitar 20.000 orang telah mengungsi.
Hani Shennib dari Dewan Nasional Hubungan Libya-AS mengatakan, sekitar 4 km persegi di jantung kota telah terkikis sepenuhnya.
Banyak pasien dan staf harus mengungsi dari rumah sakit yang kebanjiran, dan banyak yang masih terjebak di daerah banjir.
Tamer Ramadan, anggota delegasi Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional untuk Libya, menyatakan keprihatinannya.
Menurutnya, Libya membutuhkan bantuan internasional karena penanganan banjir di luar kemampuan pemerintah, masyarakat nasional, dan rakyat.
Menteri Penerbangan Sipil Benghazi, Hichem Chkiouat, berhasil mengunjungi Derna, yang sulit dijangkau karena akses jalan hancur atau terputus.
“Mayat tergeletak di mana-mana, di laut, di lembah, di bawah bangunan,” kata Hichem Chkiouat kepada Reuters, Selasa (12/9/2023).(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "KBRI Tripoli Pastikan Tak Ada WNI yang Jadi Korban Banjir di Libya Timur"
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ratusan Korban Banjir di Libya Dikubur secara Massal, 10.000 Orang Masih Hilang
| Satu Kota Besar di Gaza Rata dengan Tanah, 90 Persen Bangunannya Hancur |
|
|---|
| Warga Korea Selatan Sambut Gembira Pemakzulan Yoon Suk-yeol dari Jabatan Presiden |
|
|---|
| Ledakan Pipa Gas Petronas di Selangor, 112 Orang Terluka |
|
|---|
| Tiba di Istana Rashtrapati Bavan India, Presiden Prabowo Disambut Dentuman Meriam 21 Kali |
|
|---|
| 35 Warga Negara Indonesia Ditangkap di Malaysia |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gayo/foto/bank/originals/banjir-libya1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.