Berita Bener Meriah

Jadi Komentator Pacuan Kuda di Tanah Gayo Sejak 1974, Asri Abadi Luput Perhatian Pemerintah

Apalagi, Asri Abadi  selama ini menghidupi empat orang anak, untuk menambah pundi pundi rupiah, dirinya juga bekerja sebagai petani kopi.

Penulis: Bustami | Editor: Khalidin Umar Barat
TribunGayo/Bustami
Asri Abadi Komentator Pacuan Kuda Terkenal Di Tanah Gayo 

Laporan Bustami I Bener Meriah

TRIBUNGAYO.COM, REDELONG - Asri Abadi, pria kelahiran tahun 1967 ini sudah tidak asing bagi masyarakat Kabupaten Bener Meriah.

Pasalnya, selain merupakan salah seorang pejuang budaya tradisi pacuan kuda di Tanah Gayo, Asri Abadi adalah komentator yang cukup handal di dunia pacuan kuda.

Namun, dibalik kepopulerannya sebagai komentator pacuan kuda di Tanah Gayo khusus di Bener Meriah, Asri Abadi ternyata luput dari perhatian pemerintah.

Kesehariannya, Asri Abadi  menyimpan kisah hidup yang memilukan karena  kendaraanpun dia  tidak punya.

Padahal perjuangannya untuk memeriahkan setiap even pacuan kuda sangat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat dan martabat daerah, khususnya Bener Meriah.

Asri Abadi kepada TribunGayo.com mengatakan selama ini setiap menghadiri untuk memandu acara pacuan kuda yang sangat bergengsi di Tanah Gayo khusus, Bener Meriah  harus menumpang karena tak punya kendaraan.

"Selama ini saya setiap berangkat untuk mengisi acara harus numpang, dari kampung ke palangan pacuan kuda, tapi kalau ke Kabupaten Gayo Lues, bisalah naik mobil sewa, atau numpang truck," kata Asri.

Dia menambahkan  karena keterbatasan fasilitas kendaraan ia juga kerap kali terlambat untuk mengisi acara, hingga mendapatkan teguran bahkan dimarahi  pemilik kuda.

"Ya mau bagaimana, kendaraan saya tidak punya, selama ini terpaksa numpang, itupun harus nunggu dulu masyarakat lewat," ujarnya.

Kepada pemerintah Bener Meriah, Asri mengharap agar ada lah bantuan fasilitas kendaraan dirinya untuk mengisi setiap even pacuan kuda yang sangat bergengsi tersebut.

"Sepmor bekas pun tidak apa-apa yang penting saya bisa berangkat, tanpa harus menumpang lagi, karena kan ini kegiatan bergengsi, selain itu juga event yang mendongkrak ekonomi dan martabak daerah, tolong lah di perhatikan," harap Asri.

Selain itu Asri menceritakan, di setiap kali dirinya memandu acara bergengsi itu hanya dibayar Rp 125.000 per harinya. Jumlah tersebut bisa dikatakan jauh dari kata kesejahteraan.

Apalagi, Asri Abadi  selama ini menghidupi empat orang anak, untuk menambah pundi pundi rupiah, dirinya juga bekerja sebagai petani kopi.

"Saya pribadi untuk upah tidak terlalu mempermasalahkan, namun fasilitas kendaraan saja yang saya harapkan, demi memperjuangan budaya gayo ini.

Sumber: TribunGayo
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved