Pilpres 2024

Nazar: Aceh Tak Perlu Over Acting Respon Pilpres 2024, Calon dari Jawa dan belum Tentu Loyal ke Aceh

Ketua Majelis Tinggi (MTP) Partai SIRA, H. Muhammad Nazar, mengingatkan rakyat Aceh agar tidak  over acting merespon agenda Pemilu Presiden (Pilpres)

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Rizwan
TribunGayo.com
Muhammad Nazar SIRA 

Laporan Fikar W.Eda/Jakarta

TRIBUNGAYO.COM, JAKARTA - Ketua Majelis Tinggi (MTP) Partai SIRA, H. Muhammad Nazar, mengingatkan rakyat Aceh agar tidak  over acting merespon agenda Pemilu Presiden (Pilpres) seperti beberapa kali  Pilpres sebelumnya, sampai memecah belah masyarakat lokal.

"Pilpres itu penting dan berhak diikuti tetapi perbaikan sosial politik lokal Aceh, khususnya kepemimpinan daerah dan parlemen lokal di tingkat kabupaten/ kota dan provinsi benar-benar jauh lebih penting, bahkan sangat urgen untuk diperbaiki dalam pemilu mendatang," ujar Muhammad Nazar di Jakarta, Senin, (30/10/2023). 

“Siapapun presiden-wakil presiden RI pasti selalu memperhatikan Aceh secara normatif saja, kecuali saat Aceh memberontak baru diperhatikan secara serius.

Tetapi karena Pilpres ini juga bahagian dari hak demokrasi yang harus dimanfaatkan ya silakan diikuti dan pilihlah capres-cawapres yang diyakini paling layak, berpengalaman, berintegritas, bermoral, berkomitmen menghargai.

Dan mewujudkan kepentingan Aceh dalam mempercepat pembangunan, khususnya yang mau memperpanjang dan menaikkan kembali jumlah dana otonomi khusus bagi Aceh serta implementasi UU-PA yang sering tersandung interpretasi nasional,” ujarnya.

Menurut tokoh perjuangan gerakan sipil kharismatis Aceh yang dikenal sangat memahami dan berpengalaman dalam urusan politik, kepemimpinan dan pembangunan hingga aktifisme sipil itu.

Baca juga: Tingkatkan Partisipasi Pemilih, KIP Bener Meriah Adakan Nobar Film "Kejarlah Janji" Bersama Santri

Dalam Pilpres kali ini warga Aceh jangan dibodohi lagi dan jangan mau pasang badan mati-matian, toh capres-cawapres yang semuanya dari pulau Jawa dan saat terpilih belum tentu loyal kepada Aceh, dan cuma Aceh selama puluhan tahun diinginkan bahkan sering dipaksakan harus loyal kepada RI. 

“Peristiwa-peristiwa yang dialami dan memundurkan Aceh selama digabungkan dalam RI dimana Aceh sampai rela mengkudeta sejarahnya sendiri dan  mengorbankan banyak orang cerdas serta pemimpinnya sendiri.

Dalam revolusi sosial  Perang Cumbok demi memuluskan penggabungan Aceh ke dalam calon negara baru bernama RI yang saat itu belum menjadi negara berdaulat, haruslah dijadikan referensi, introspeksi, evaluasi, cermin, guru dan nilai untuk membangun masa kini dan masa depan, termasuk membentuk nilai tawar dengan para capres-cawapres yang akan didukung maupun setiap agenda nasional RI.

"Jangan lagi mendukung mentah-mentah capres-cawapres dan agenda nasional RI tanpa kejelasan komitmen untuk Aceh masa depan,” Nazar mengingatkan kritis dan sangat tajam. 
 
Wakil gubernur Aceh periode 2007-2012 itu mengingatkan juga, siapapun presiden-wakil presiden RI, perbaikan dan kemajuan di Aceh itu dapat lebih mudah terwujud jika kepemimpinan daerah.

Dan parlemen lokal sendiri di tingkat kabupaten/ kota dan provinsi diisi dengan orang-orang yang layak, memiliki kapasitas, integritas, moralitas, cita-cita, gagasan, ideologi dan program memajukan Aceh, jangan sampai berkali-kali rakyat Aceh memaksakan diri mengisi kepemimpinan dan parlemen lokal itu dengan orang-orang yang menyamar sebagai pro Aceh tetapi visi misi sebenarnya menyamun Aceh, termasuk memanfaatkan isu dan nama Aceh untuk dirinya sendiri atau kelompoknya.

Baca juga: Peringati Hari Santri, KIP Aceh Tengah Gelar Pemutaran Film Kejarlah Janji di Dayah Darul Amal

“Rakyat  Aceh kali ini wajib fokus pada perbaikan internal dirinya sendiri seperti kepemimpinan dan perwakilan daerah kabupaten/ kota maupun provinsi, yaitu gubernur-wagub, bupati-walikota/ wakil bupati-wakil walikota, DPRK-DPRA, termasuk DPD dan DPR RI yang akan mewakili Aceh ke Senayan.

Jadi mulai sekarang Aceh haruslah pintar menyikapi dan bertindak terhadap agenda nasional dan Aceh. Aceh sekarang harus fokus serta ‘wajéb piké peugléh dan tanom lampôh droë, bèk sabé sibôk peugléh dan tanom lampôh luwa,” terang Nazar.

Saat ditanyai posisi politik Partai  SIRA terkait siapa yang akan didukung secara kepartaian dari tiga pasang capres-cawapres yang telah beredar itu, Nazar menyatakan bahwa akan segera ada keputusan dari Rapat Pimpinan (Rapim) Partai SIRA yang melibatkan Mejelis Tinggi dan DPP Partai SIRA. 

Nazar mengakui jika arus aspirasi kader partai dan pendukung SIRA karena alasan kapasitas, pengalaman, talenta dan keislaman cenderung mengarah ke Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Namun ada juga yang menilai potensi capres-cawapres lainnya dan akan ada dalam pembahasan rapat pimpinan itu nanti.

Intinya terkait capres-cawapres kita tidak over acting, dan kami Partai SIRA mengutamakan kemampuan, pengalaman dan paradigma hingga program capres-cawapres yang tidak bertentangan dengan paradigma keislaman dan keAcehan yangr berlaku dalam Partai SIRA, sekaligus yang mau berkomitmen menghargai serta memperhatikan Aceh secara serius.

“Saya sendiri memang telah mengenal lama ketiga orang capres-cawapres itu, kecuali Gibran yang belum pernah saya kenal langsung. Yang lainnya semuanya pernah bertemu dan berkomunikasi dari dulu.

Tetapi saya secara pribadi dan kepartaian SIRA tak akan over acting terkait Pilpres,” ujarnya.

"Berkali-kali saya diajak oleh capres-cawapres tertentu bergabung dalam Timses mereka karena kami saling kenal sudah lama tetapi prinsipnya seperti saya jelaskan barusan.

Kita ikut dan dukung salah satu namun perbaikan kepemimpinan dan perwakilan parlemen di Aceh sendiri dan dari Aceh menuju Senayan jauh lebih penting untuk kita fokuskan dan bekerja keras,” tutup sang pendiri dan pemimpin paling utama di Partai SIRA itu.(*)

Baca juga: Silaturahmi ke Kantor Serambi, KIP Aceh Berharap Partisipasi Pemilih Meningkat pada Pemilu 2024

Sumber: TribunGayo
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved