Berita Nasional

Aniaya Relawan Ganjar-Mahfud, 6 Oknum Prajurit TNI Jadi Tersangka, Begini Kronologi Kasusnya

Denpom IV/4 Surakarta kini sedang mengusut kasus dugaan penganiayaan melibatkan oknum TNI.

Editor: Rizwan
net
Ilustrasi penganiayaan 

TRIBUNGAYO.COM - Denpom IV/4 Surakarta kini sedang mengusut kasus dugaan penganiayaan melibatkan oknum TNI.

Dugaan penganiyaan menimpa 2 relawan pasangan calon presiden dan wakil presiden Ganjar-Mahfud.

Terkait kasus itu, penyidik Denpom IV/4 Surakarta telah menetapkan 6 orang oknum TNI sebagai tersangka dalam kasys tersebut.

Enam oknum TNI yang sudah ditetapkan tersangka penganiayaan adalah anggota Kompi B Yonif Raider 408/Sbh.

Kasus itu terjadi di depan Markas Kompi B Yonif Raider 408/Sbh Jalan Perintis Kemerdekaan Boyolali, Sabtu (30/12/2023).

Melansir Kompas.com, sebanyak enam anggota TNI yang diduga menganiaya dua relawan pasangan calon presiden dan wakil presiden Ganjar-Mahfud di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, telah ditetapkan sebagai tersangka. 

"Berdasarkan alat bukti dan keterangan terperiksa, penyidik Denpom IV/4 Surakarta telah mengerucutkan keenam pelaku," kata Kepala Penerangan Kodam IV/ Diponegoro Kolonel Richard Harison di Semarang, Selasa (2/1/2024).

Keenam pelaku adalah Prada Y, Prada P, Prada A, Prada J, Prada F, dan Prada M.

Richard menjelaskan, perkara tersebut selanjutnya akan diserahkan ke Oditur Militer sebelum disidangkan di pengadilan militer.

Proses hukum terhadap enam oknum anggota Kompi B Yonif Raider 408/Sbh dipastikan berjalan independen.

Baca juga: Ini 4 Pemain Persiraja dengan Nilai Pasar Termahal di Liga 2 2023/2024, Nomor 1 Capai Rp 1,7 M

"TNI, dalam hal ini Kodam IV/ Diponegoro, tidak melakukan intervensi," katanya.

Sebelumnya, dua relawan pasangan Ganjar-Mahfud menjadi korban penganiayaan sejumlah oknum TNI di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (30/12/2023).

Kejadian tersebut diduga dipicu oleh kesalahpahaman antara pelaku dan korban usai mengikuti kampanye.

Kronologi kasus dan penjelasan Dandim

Melansir Kompas.com, insiden penganiayaan yang menimpa tujuh relawan pasangan capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD oleh diduga oknum anggota TNI.

Kasus dugaan penganiayaan secara bersama-sama ini dilakukan oleh 15 orang pelaku di depan Markas Kompi B Yonif Raider 408/Sbh Jalan Perintis Kemerdekaan Boyolali, Sabtu (30/12/2023).

Kronologi Kejadian ini terekam dalam sebuah video dan tersebar di media sosial.

Dandim 0724/Boyolali Letkol Inf Wiweko Wulang Widodo membenarkan peristiwa relawan Ganjar-Mahfud diduga dianiaya secara bersama-sama oleh oknum anggota TNI.

Ada tujuh relawan yang diduga dianiaya dalam kejadian itu.

"Saya sampaikan kasus penganiayaan tersebut benar adanya dan pelakunya adalah beberapa oknum anggota dari Yonif 408/Sbh. Perlu diketahui sampai saat ini Denpom IV/Surakarta masih meminta keterangan terhadap para anggota untuk kepentingan proses hukum," kata Wiweko didampingi Danyonif 408/SBH Letkol (Inf) Slamet Hardiyanto dalam konferensi pers di Makodim 0724/Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (31/11/2023).

Wiweko menceritakan, dugaan penganiayaan terjadi di depan Asrama Kompi Senapan B Yonif 408/Sbh pukul 11.19 WIB.

Bermula saat beberapa anggota melaksanakan olahraga bersama bola voli mendengar suara bising dari beberapa kendaraan knalpot brong yang membuat mereka tidak nyaman.

Baca juga: Dihalau di Aceh, 147 Pengungsi Rohingya Mendarat di Sumut, Miliki Kartu UNHCR & Nahkoda Kapal Kabur

Kendaraan knalpot brong itu melintas secara terus-menerus dan berulang kali.

Kemudian beberapa oknum anggota secara spontan keluar dari asrama menuju jalan di depan asrama mencari sumber suara kendaraan knalpot brong.

Menurut Wiweko, oknum anggota hendak mengingatkan kepada pengendara yang menggunakan kendaraan knalpot brong hingga terjadi dugaan penganiayaan terhadap relawan.

"Setelah terjadi penganiayaan selanjutnya beberapa korban dibawa ke RSU Pandan Arang Boyolali untuk mendapat pertolongan dan saat ini masih ada dua orang yang sedang menjalani rawat inap," kata dia.

Dia mengungkapkan, motif sementara dugaan penganiayaan tersebut karena salah paham.

"Informasi sementara yang diterima bahwa peristiwa tersebut terjadi secara spontanitas. Karena adanya kesalahpahaman antara kedua belah pihak," jelasnya.

Tak dilatarbelakangi motif politik

Wiweko memastikan dalam kejadian tersebut tidak ada latarbelakang motif politik.

Ia menegaskan TNI netral.

"Perintah Panglima TNI, KSAD, soal netralitas sudah jelas. Netralitas TNI harga mati," ujarnya dalam jumpa pers, Minggu (31/12/2023), dikutip dari Tribun Solo.

"Sampai dengan saat ini TNI tetap menjunjung tinggi dan memegang teguh komitmen netralitas yang diamanatkan undang-undang," ucapnya.

Menurut Wiweko, berdasarkan hasil pemeriksaan sementara terhadap oknum TNI yang melakukan penganiayaan, insiden terjadi karena kesalahpahaman.

"Informasi sementara yang diterima bahwa peristiwa tersebut terjadi secara spontanitas. Karena adanya kesalahpahaman antara kedua belah pihak," ungkapnya di Markas Komando Distrik Militer (Kodim) 0724/Boyolali.

Baca juga: Kabar Gembira! CPNS 2024 akan Segera Dibuka

PDI-P minta tindak tegas

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, PDI-P memprotes keras tindakan oknum TNI yang menganiaya relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Boyolali, Jawa Tengah.

Hasto menyebut bahwa PDI-P sangat menyesalkan terjadinya tindak kekerasan dan penyiksaan tersebut.

Bahkan, Hasto membawa-bawa nama Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto.

“Kami protes keras atas tindakan oknum TNI tersebut. Para oknum TNI tersebut bertindak seperti itu diduga karena ada elemen-elemen di dalam TNI yang jadi simpatisan Pak Prabowo karena sama-sama berlatar belakang militer. Padahal Prabowo sudah diberhentikan dari TNI," ujar Hasto dalam keterangannya, Minggu (31/12/2023).

Dalam diskusi dengan salah satu tokoh pegiat hak asasi manusia (HAM) guna mencari akar kekerasan oleh oknum TNI tersebut, Hasto menduga bahwa tindak kekerasan tersebut berawal dari kerancuan Prabowo sebagai Menhan dan sebagai capres.

Oleh karena itu, menurutnya, tercipta kesan adanya emotional bonding di kalangan oknum TNI tertentu dengan Prabowo.

“Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya tanggapan Pak Prabowo yang mengutuk aksi kekerasan tersebut," kata Hasto. Sumber: Kompas.com.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved