Makanan Khas Gayo
Sambut Hari Raya Idul Fitri 2024, Ini Makanan Khas Lebaran di Tanoh Gayo
Dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri 1445 hijriah yang jatuh pada Rabu (10/4/2024) besok. Tentu banyak makanan yang akan dipersiapkan untuk hidangan
Penulis: Cut Eva Magfirah | Editor: Malikul Saleh
TRIBUNGAYO.COM - Dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri 1445 hijriah yang jatuh pada Rabu (10/4/2024) besok.
Tentu banyak makanan yang akan dipersiapkan untuk hidangan para tamu, kerabat yang akan berkunjung di hari lebaran nanti.
Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan umat muslim di Indonesia khususnya di Tanoh Gayo, Aceh yang merayakannya dengan dengan memasak makanan khas yang hanya disajikan saat lebaran.
Untuk wilayah tengah Aceh yang rata-rata didiami oleh suku Gayo yang meliputi Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues memiliki makanan khasnya saat sedang merayakan Idulfitri.
Makanan Khas untuk menyambut lebaran tersebut tentu berbeda dengan wilayah Aceh pesisir.
Dan pastinya menarik untuk mencoba mencicipi makanan khas lebaran Tanoh Gayo jika kamu berhari raya di tiga wilyah tengah Aceh tersebut.
Lantas apa saja makanan khas Gayo yang biasa dihidangkan saat Hari Raya Idul Fitri 2024?
1. Cecah Reraya

Cecah Reraya, di daratan tinggi Gayo merupakan hidangan khas yang hanya khusus dikonsumsi pada hari Lebaran.
Cecah Reraya atau Cecah Kulit merupakan satu diantara masakan khas gayo di Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues.
Kuliner khas Gayo Cecah Reraya ini dibuat dari kulit, hati, otak, daging dan bagian tubuh lainnya yang bisa dikonsumsi dari kerbau atau sapi yang biasanya tak terpakai dalam masakan lauk.
Cecah reraya merupakan kreativitas dari endatu suku Gayo memanfaatkan sumber makanan agar tidak terbuang begitu saja.
Bagi masyarakat Gayo, Cecah Reraya merupakan menu selamat tinggal bulan dan selamat datang Lebaran 1 Syawal, hari kemenangan.
Cecah ini dipercaya berkhasiat mencegah terjadinya gangguan organ pencernaan bagi orang yang berpuasa selama bulan .
Yang membuat cecah reraya menjadi khas adalah karena citarasa kelat dari bumbu khusus serutan pohon uwing atau tingkem yang diperas getahnya.
Rasa kelat inilah yang diyakini membantu proses penyesuaian kondisi pekerjaan organ perut dari berpuasa ke kondisi yang tidak lagi berpuasa.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.