Berita Aceh

Hadiri Kongres Peradaban Aceh, Formad: Kehormatan Bagi Generasi Muda

Forum Mahasiswa Aceh Dunia (Formad) mengajak seluruh pemangku kebijakan untuk melibatkan anak muda dalam segala agenda penjayaan seni dan budaya Aceh.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Rizwan
For Tribungayo.com
Wali Nanggroe Aceh di sela kongres 

Sebagai budaya yang memiliki sejarah yang megah di masa lalu, dengan mewariskannya kepada anak muda, budaya ini akan megah terus di masa depan. 

"Saya pernah hadir dalam pentas seni yang diselenggarakan di Kairo. Salah satunya adalah penampilan seni Afrika yang ditampilkan oleh seorang lelaki tua. Suasana sangat hikmat, namun satu kesan yang tertinggal usai penampilan, bahwa seni yang dibawa itu sudah senja.

Wafat lelaki tua itu, ikut wafat juga seninya, begitu kurang lebih bahasanya. Dan selang beberapa penampilan, di atas pentas yang sama, sekelompok anak muda hadir menampilkan tarian seni negaranya. Apa kesan yang ditinggalkan? Bahwa seni tari itu akan abadi, masih panjang umurnya dan cerah masa depannya," sebutnya.

"Seni tari yang dibawa tersebut tidak lain adalah Tari Rapai Geleng yang ditampilkan oleh Keluarga Mahasiswa Aceh di Mesir," tukas alumni Sastra Arab Al-Azhar ini.

Najid juga menyebutkan bahwa anak-anak Aceh yang tersebar di seluruh dunia banyak mengambil peran dalam mengenalkan adat budaya Aceh ke dunia internasional.

Sebut saja KMA Mesir di Mesir, IMAN di Jerman, Rangkang Nanggroe di United Kingdom, putra-putri Aceh ini di tengah kesibukan studi mereka, turut juga berkontribusi dalam menjayakan adat budaya. 

Baca juga: Kemendikbud: Aceh Pintu Gerbang Peradaban Inklusif 

"Maka memperkenalkan adat budaya Aceh di panggung dunia sangat sejalan dengan visi misi yang Formad bahwa menuju seratus ribu pelajar Aceh di kampus mancanegara, berarti mengutus seratus ribu duta yang siap mengenalkan Aceh dengan segala budayanya di dunia internasional.

Sambil menyelam minum air, mereka kenalkan Aceh dan di masa yang sama, dengan serius menuntut ilmu untuk pulang membangun negeri," ujarnya.

Harapannya, ketika mereka pulang ke Aceh, mereka tidak hanya dianggap anak kemarin sore yang belum berbuat apa-apa untuk Aceh.

Mereka beserta generasi muda lainnya, ingin berbuat lebih, hanya perlu diberi ruang sahaja; tentu saja dengan bimbingan dan arahan para ayahanda serta kakanda.

"Jangan sampai generasi muda merasa bahwa urusan adat budaya ini hanya urusan para senior saja. Kalau dari awal tertanam paradigma seperti itu, tinggal menunggu waktu adat budaya kita tutup usia," pungkasnya.

Ketua Umum Formad Periode 2022-2024 ini mengapresiasi para tokoh senior yang menurutnya sangat peduli terhadap generasi muda ini.

Kerendahan hati mereka untuk memberi ruang anak muda menurutnya akan menjadi kunci bangkitnya kembali peradaban Aceh.

"Kamoe yang muda semangat sagai yang kamoe na. Melalui kongres dan kesempatan sebanyaknya bagi kami belajar dari para senior inilah, jalan agar pergerakan ini tidak hanya bermodalkan semangat belaka," jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Najid Akhtiar juga mengusulkan empat hal yakni pertama. penggarapan buku berisikan pengetahuan lengkap tentang adat, seni serta budaya Aceh.

Baca juga: Kongres Peradaban Aceh 2024 Berlangsung di ISBI Jantho Bahas Isu Penguatan Seni dan Budaya

Sumber: TribunGayo
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved