Gajah Putih Muncul di Aceh

Kilas Balik Sejarah Kerajaan Linge dan Kemunculan Gajah Putih di Bener Meriah

Sengeda dan Bener Meriah, dua bersaudara kandung putra Reje Linge XIII dari ibu asal Kesultanan Johor.

Penulis: Romadani | Editor: Rizwan
TribunGayo.com/Romadani
KEMUNCULAN GAJAH PUTIH - Reje Linge ke 21. Selain itu, gajah putih yang muncur sempat viral di media sosial di Kabuoaten Bener Meriah beberapa waktu terakhir. 

Laporan Romadani | Aceh Tengah

TRIBUNGAYO.COM, TAKENGON – Sengeda dan Bener Meriah, dua bersaudara kandung putra Reje Linge XIII dari ibu asal Kesultanan Johor.

Ayah mereka, Reje Linge XIII, menjadi penguasa di Pulau Lingga (sekarang Kepulauan Riau) setelah penaklukan Johor oleh Kerajaan Aceh Darussalam.

Reje Linge XIII adalah salah seorang panglima Kerajaan Aceh Darussalam yang kemudian mendapat wilayah kekuasan di Pulau Lingga.

Di pulau itu pula, ia meninggal dunia, meninggalkan seorang istri dan dua putra, si sulung Bener Meriah dan si bungsu Sengeda.

Ketika Sengeda dan Bener Meriah pulang menjenguk Tanoh Linge, berbekal identitas cincin warisan Reje Linge XIII, ternyata ditolak keras oleh Reje Linge XIV yang sedang berkuasa di Kerajaan Linge.

Kehadiran Sengeda dan Bener Meriah dicurigai untuk merebut tampuk kekuasaan kerajaan. Dengan penuh siasat, Bener Meriah kemudian dibunuh dalam satu tragedi dramatis.

Tapi, tidak dengan Sengeda. Ia diselamatkan Cik Serule, Perdana Menteri Kerajaan Linge. Cik Serule yang ditugaskan untuk membunuh Sengeda tidak menjalankan perintah itu.

Tabir pengkhiantan Reje Linge XIV mulai terkuak ketika suatu waktu, Sengeda mimpi bertemu Bener Meriah, yang memberi petunjuk tentang adanya gajah putih dan cara menangkapnya.

Gajah tersebut kelak diberikan kepada Sultan Aceh sebagai hadiah untuk putri Sultan.

Dalam satu sidang tahunan di Kesultanan Aceh Darussalam, Cik Serule datang memenuhi undangan sebagai utusan Kerajaan Linge. 

Sengeda yang ia selamatkan, dibawa serta ke istana Sultan. Pada saat sidang berlangsung, Sengeda--sesuai petunjuk mimpinya--mencoba menarik perhatian putri sultan dengan cara bermain-main di Balai Gading.

Di tempat itu, Sengeda melukis seekor gajah putih di helai “neniyon” atau pelepah bambu kering.

Sengeda kemudian memainkan lukisan “neniyon” itu dengan memanfaatkan pancaran sinar matahari, sehingga terkesan lukisan gajah menjadi sangat hidup dan berwarna putih.

Putri Sultan yang berada tak jauh dari tempat itu melihat pantulan “cahaya” gajah putih dan langsung menarik perhatiannya.

Sumber: TribunGayo
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved