Gajah Putih Muncul di Aceh
Viral! Kemunculan Gajah Putih di Bener Meriah, Benarkah Ini Pertanda untuk Reje Linge ke-21?
Masyarakat Gayo dikejutkan dengan kemunculan lima ekor gajah putih di Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah.
Laporan Romadani | Aceh Tengah
TRIBUNGAYO.COM, TAKENGON – Masyarakat Gayo dikejutkan dengan kemunculan lima ekor gajah putih di Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah.
Penampakan langka ini mendadak viral setelah tersebar dalam video yang diunggah di media sosial.
Banyak warga mengaitkan kejadian ini dengan penobatan Reje Linge ke-21, Juhursyah Bin Asa, yang baru saja dilantik dalam acara adat Munikni Reje Kerejen Linge pada Selasa (25/2/2025).
Salah satu warga, Zam-zam Mubarak, berpendapat bahwa kehadiran gajah putih bukan sekadar kebetulan, melainkan sebuah pertanda yang erat hubungannya dengan sejarah Kerajaan Linge.
"Saya kira Gajah Putih dan Reje Linge tidak bisa dipisahkan. Munculnya gajah putih di Pintu Rime Gayo ini seperti memberikan isyarat telah lahirnya kembali Reje Linge," ujar Zam-zam pada Selasa (4/3/2025).
Zam Zam mengungkapkan, konservasi gajah harus berbasis adat.
Menurutnya, gajah putih hampir ratusan tahun lamaya tidak pernah muncul.
Jadi, terlihatnya kembali gajah putih menjadi isyarat baik kebangkitan masyarakat adat Gayo.
"Gajah putih selama ini di dengar dan dibaca dalam legenda, prosesi penobatan Reje Linge yang berjalan telah didukung dari 20 Kemukiman dan Majlis Adat Gayo serta Majelis Permusyawaratan Ulama," kata Zam Zam.
Sejarah mencatat bahwa gajah putih memiliki makna khusus dalam perjalanan Kerajaan Linge.
Bahkan, nama "Gajah Putih" telah diabadikan dalam beberapa institusi penting seperti Universitas Gajah Putih (UGP), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Gajah Putih, hingga menjadi simbol dalam lambang Kodam Iskandar Muda.
Menurut sejarah, gajah putih pertama kali muncul dalam sejarah Linge melalui tokoh Sengeda, putra dari Reje Linge XIII.
Ia menerima petunjuk melalui mimpi untuk menangkap gajah putih dan mempersembahkannya kepada Sultan Aceh Darussalam sebagai hadiah untuk sang putri.
Gajah Putih sangat bersejarah menguatkan spiritual yang mengukuhkan hubungan antara Kerajaan Linge dan Kesultanan Aceh.
Gajah putih pada masa itu bukan hanya simbol kekuatan, tetapi juga lambang spiritual dan kebesaran kerajaan.
Kehadirannya dipercaya membawa keberkahan dan perlindungan bagi wilayah yang menaunginya.
Kemunculan gajah putih di Bener Meriah ini memicu beragam spekulasi, mulai dari tanda alam, mitos leluhur, hingga pertanda kebangkitan kembali kejayaan adat dan budaya Gayo di bawah kepemimpinan Reje Linge ke-21.
*Kilas Balik Sejaraj Kerjaan Linge dan Gajah Putih*
Sengeda dan Bener Meriah, dua bersaudara kandung putra Reje Linge XIII dari ibu asal Kesultanan Johor.
Ayah mereka, Reje Linge XIII, menjadi penguasa di Pulau Lingga (sekarang Kepulauan Riau) setelah penaklukan Johor oleh Kerajaan Aceh Darussalam.
Reje Linge XIII adalah salah seorang panglima Kerajaan Aceh Darussalam yang kemudian mendapat wilayah kekuasan di Pulau Lingga.
Di pulau itu pula, ia meninggal dunia, meninggalkan seorang istri dan dua putra, si sulung Bener Meriah dan si bungsu Sengeda.
Ketika Sengeda dan Bener Meriah pulang menjenguk Tanoh Linge, berbekal identitas cincin warisan Reje Linge XIII, ternyata ditolak keras oleh Reje Linge XIV yang sedang berkuasa di Kerajaan Linge.
Kehadiran Sengeda dan Bener Meriah dicurigai untuk merebut tampuk kekuasaan kerajaan. Dengan penuh siasat, Bener Meriah kemudian dibunuh dalam satu tragedi dramatis.
Tapi, tidak dengan Sengeda. Ia diselamatkan Cik Serule, Perdana Menteri Kerajaan Linge. Cik Serule yang ditugaskan untuk membunuh Sengeda tidak menjalankan perintah itu.
Tabir pengkhiantan Reje Linge XIV mulai terkuak ketika suatu waktu, Sengeda mimpi bertemu Bener Meriah, yang memberi petunjuk tentang adanya gajah putih dan cara menangkapnya.
Gajah tersebut kelak diberikan kepada Sultan Aceh sebagai hadiah untuk putri sultan.
Dalam satu sidang tahunan di Kesultanan Aceh Darussalam, Cik Serule datang memenuhi undangan sebagai utusan Kerajaan Linge.
Sengeda yang ia selamatkan, dibawa serta ke istana Sultan. Pada saat sidang berlangsung, Sengeda--sesuai petunjuk mimpinya--mencoba menarik perhatian putri sultan dengan cara bermain-main di Balai Gading.
Di tempat itu, Sengeda melukis seekor gajah putih di helai “neniyon” atau pelepah bambu kering. Sengeda kemudian memainkan lukisan “neniyon” itu dengan memanfaatkan pancaran sinar matahari, sehingga terkesan lukisan gajah menjadi sangat hidup dan berwarna putih.
Putri sultan yang berada tak jauh dari tempat itu melihat pantulan “cahaya” gajah putih dan langsung menarik perhatiannya.
Ia pun mendekati Sengeda dan menayakan tentang binatang bertubuh besar dan berbelalai itu.
Sengeda kemudian menceritakan bahwa lukisan yang ia buat adalah sosok gajah putih yang terdapat di hutan Kerajaan Linge.
Ia bersedia menangkap dan menyerahkannya kepada putri asalkan mendapat perintah dari Sultan.
Cik Serule sempat gusar saat Sultan memerintahkannya menangkap gajah putih tersebut. Tapi, Sengeda memberi jaminan bahwa ia mampu menangkap sang gajah.
Sekembali ke Tanoh Linge, Sengeda mempersiapkan upacara penangkapan. Ia sendiri yang bertindak sebagai pawang.
Di sebuah kawasan hutan, Sengeda dan seluruh peserta upacara memainkan alat-alat bunyi yang mengeluarkan beragam bebunyian, mengiringi jangin (nyanyian), sampai akhirnya muncul sosok gajah berwan putih.
Anehnya, gajah itu diam saja. Sengeda kemudian menarikan gerak-gerakan tertentu yang mirip gerakan belalai gajah, diiringi tabuhan musik yang mistis. Sengeda memainkan gerak tarinya dengan sangat indah dan khidmat.
Tangannya membuat gerak salam berulang-ulang, sampai akhirnya gajah mulai bergerak. Gajah itulah yang selanjutnya diantarkan ke Kesultanan Aceh Darussalam dan diserahkan kepada putri sultan oleh Sengeda
Endingnya Gajah Putih di serahkan kepada Sultan Aceh dan selanjutnya dipelihara dengan baik, dan Gajah Putih pun menjadi salah satu kavaleri kesultanan Aceh pada masa itu. (*)
Baca juga: Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Unversitas Gajah Putih Teken MoU Kerjasama Dengan TribunGayo.com
Peristiwa Gajah Putih, Sengeda dan Raja Linge XIV Terjadi Pada Masa Sultan Aceh Alaidin Ria’yah II |
![]() |
---|
Reje Linge, Gajah Putih dan Struktur Tari Guel |
![]() |
---|
Ismanadi Keturunan Cik Serule: Kemunculan Gajah Putih di Bener Meriah Pertanda Baik bagi Tanah Gayo? |
![]() |
---|
Kisah Gajah Putih Penjelmaan Anak Reje Linge XIII, Legenda yang Mengakar Bagi Masyarakat Gayo |
![]() |
---|
Kilas Balik Sejarah Kerajaan Linge dan Kemunculan Gajah Putih di Bener Meriah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.