Tim Ranger Menjelajahi Kawasan Hutan Linge Aceh Tengah

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

TRIBUNGAYO. COM, JAKARTA - Linge yang dikenal sebagai kampung tertua di wilayah Gayo, terletak cukup jauh dari pusat kota Takengon.

Perjalanan menuju kota memakan waktu sekitar dua setengah hingga tiga jam.

Desa ini memiliki nilai sejarah tinggi karena menjadi lokasi Situs Kerajaan Linge, yang merupakan cikal bakal peradaban di dataran tinggi Gayo.

Di desa ini juga terdapat program perhutanan sosial yang telah memiliki izin resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Kelompok pengelola diberi nama Kelompok Hutan Desa Nenggeri Linge dengan wilayah kelola seluas 450 hektare.

Kelompok ini didampingi oleh Yayasan HAkA. 

Salah satu kegiatan utama dalam program ini adalah pembentukan Tim Ranger Hutan Desa, yang terdiri dari tiga regu.

Tugas mereka adalah memantau aktivitas di dalam hutan, menggali potensi keanekaragaman hayati seperti tumbuhan obat, serta mengidentifikasi potensi wisata alam yang terdapat di dalam hutan, sungai, dan kawasan pegunungan.

Menurut Adong Linge, Ketua Kelompok Hutan Desa Nenggeri Linge, kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari upaya penyelamatan hutan dan pemanfaatannya untuk kepentingan masyarakat.

Ia menyoroti semakin banyaknya lahan desa yang kini dikuasai atau sudah masuk dalam izin Hak Guna Usaha (HGU).

“Sebagian besar lahan yang sekarang berstatus HGU dulunya sudah dikelola oleh nenek moyang kita untuk kebun dan peternakan. Tapi tiba-tiba muncul izin HGU tanpa melibatkan masyarakat.

Kami berharap pemerintah daerah mencabut HGU tersebut dan mengembalikan hak atas tanah kepada masyarakat,” ujar Adong Linge.

Kegiatan perdana tim Ranger dimulai pada Senin (5/5/2025), yang secara resmi dilepas oleh Reje Linge, Zainudin SL.

Dalam sambutannya, Reje Linge berpesan kepada seluruh anggota tim agar menjaga kekompakan, serta mencatat dan mendokumentasikan seluruh temuan selama menjelajah.