Seni dan Budaya
Maestro Didong Ceh Udin Musara akan Tampil di PDS HB Jassin Taman Ismail Marzuki Jakarta
Ceh Udin Musara memulai kiprahnya dalam dunia Didong sejak usia remaja.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Sri Widya Rahma
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
TRIBUNGAYO.COM, JAKARTA - Salah seorang Maestro Didong Gayo, Ceh Udin Musara akan tampil dalam perayaan Hari Didong di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin Gedung Ali Sadikin Lantai 4 Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Selasa (5/7/2025) pukul 13.00 WIB hingga 19.00 WIB.
Ceh Udin Musara yang memiliki nama asli H Djamaludin Meri atau Aman Sih, merupakan salah satu tokoh penting dalam pelestarian dan pengembangan Didong.
Dalam kesempatan Hari Didong 2025 ini Udin Musara akan memaparkan perjalanan panjangnya di dunia panggung seni tradisi lisan Gayo tersebut.
Ia tampil bersama dua pembicara lainnya, generasi penerus Didong Ajli Rahmadi dan Fikar W Eda sastrawan dan jurnalis yang pernah menggelar didong dalam bus Trans Jakarta.
Selain berbincang, Ceh Udin bersama Pegagon juga akan tampil dalam pertunjukan Didong Morom serta berkolaborasi dengan penyair dan Deklamator Indonesia membacakan terjemahan puisi Didong.
Melalui karya-karyanya, Udin Musara telah memberikan warna dan arah baru bagi seni didong, baik di kampung halamannya di Aceh Tengah maupun di perantauan seperti Jakarta.
Mengenal Ceh Udin Musara
Udin Musara lahir di Kampung Lot, Kecamatan Bintang, Aceh Tengah pada 17 Agustus 1945, masa transisi penjajahan Jepang.
Bakat Didongnya muncul secara autodidak dari lingkungan keluarga, khususnya dari sang ibu, Reminah, yang dikenal pandai bersyair dan memainkan alat musik tradisional.
Masa kecilnya dihabiskan dengan bekerja membantu keluarga, menjadi gembala kuda, dan kemudian sebagai nakhoda kapal penyeberangan "Musara" di Danau Lut Tawar.
Kiprah Ceh Udin Musara di Kesenian
Udin Musara memulai kiprahnya dalam dunia Didong sejak usia remaja.
Ia menjadi bagian dari generasi kedua seniman Didong Gayo, menyusul tokoh-tokoh pendahulu seperti Ceh To’et, Ceh Bashir Lakiki, dan Ceh Sali Gobal.
Pada tahun 1959, ia turut membentuk klub Didong Musara Bintang, yang kemudian tampil hingga ke Jakarta.
Sebagai pencipta lagu dan ceh utama, Udin Musara menciptakan banyak karya yang populer dan sarat makna sosial.
Beberapa lagu terkenalnya antara lain:
- "Mongot Enti Mongot", lagu pengantar tidur dengan nilai moral dan religius.
- "Payah Gih Mupaedah", kisah percintaan remaja Gayo.
- "Sara Ketike", refleksi suasana kampung halaman saat konflik.
- "Denie Paresti" dan "Atu Telak", lagu-lagu yang menggambarkan emosi sosial masyarakat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.