Berita Aceh Hari Ini

Pagelaran “Sound of Nanggroe Vol 8 2nd Didong Arts Day” Sukses di Taman Seni dan Budaya Aceh

Alunan syair dan hentakan ritme Didong kembali menggema dalam perhelatan budaya “Sound of Nanggroe Vol. 8” yang bertajuk 2nd Didong Arts Day

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Rizwan
Istimewa
PERTUNJUKAN DIDONG - Pertunjukan Didong Jalu di Halaman Taman Seni Budaya Aceh di Banda Aceh, Selasa (5/8/2025) malam. 

Laporan Fikar W. Eda I Banda Aceh

TRIBUNGAYO.COM, BANDA ACEH - Alunan syair dan hentakan ritme Didong kembali menggema dalam perhelatan budaya “Sound of Nanggroe Vol. 8” yang bertajuk 2nd Didong Arts Day, di pelataran Taman Seni dan Budaya Aceh, Selasa (5/8/2025) malam.

Acara diawali dengan pemutaran lagu Indonesia Raya, Himne Aceh, dan himne Gayo Tawar Sedenge, diiringi ajakan kepada seluruh tamu undangan untuk berdiri penuh khidmat.

Doa pembuka dilantunkan oleh salah satu mahasiswa Gayo, menambah kekhusyukan sebelum acara dimulai.

Sebagai penutup, lagu tema Sound of Nanggroe turut diputar sebagai penanda berakhirnya malam perayaan budaya ini.

Suasana berubah magis saat malam menjelang.

Pelataran parkir taman yang biasanya hening, disulap menjadi panggung sederhana nan elegan dengan pencahayaan dan tata suara berkualitas tinggi dari FAM Studio. 

Meski udara malam terasa dingin, para tamu tetap hangat, ditemani secangkir kopi Gayo dan lampu temaram yang menghadirkan suasana intim dan syahdu.

Hadir dalam pembukaan acara, Kepala UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh Azhadi Akbar, S.Sn, Ketua Majelis Seniman Aceh Chairyan Ramli, dan tokoh masyarakat Gayo Kota Banda Aceh Karim Gito.

Ketiganya memberikan sambutan dan semangat kepada hadirin, dan kemudian bersama-sama memukul gong sebagai tanda dimulainya pertunjukan utama.

Puncak acara diisi oleh penampilan Didong Jalu, sebuah seni tutur khas Gayo yang menampilkan debat syair penuh dinamika antara Grup Didong Serungke Bujang dari Aceh Tengah dan Grup Didong Tawar Bengi dari Bener Meriah.

Mahasiswa Gayo di Banda Aceh menjadi penggerak utama dalam pertunjukan ini, menyuguhkan suasana yang penuh semangat, gelak tawa, dan nostalgia, terutama bagi masyarakat Gayo yang hadir.

Pagelaran ini sepenuhnya bersifat kolektif dan independen, tanpa afiliasi dengan agenda resmi pemerintah Kota Banda Aceh maupun Pemerintah Provinsi Aceh.

Hal ini menegaskan semangat gotong royong dan kecintaan komunitas terhadap pelestarian budaya.(*) 

Baca juga: Sekjen DPR RI: Hari Didong adalah Panggilan Jiwa Merawat Warisan Budaya Gayo

Sumber: TribunGayo
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved