Berita Aceh Tenggara Hari Ini

Masih Banyak Siswa di Aceh Tenggara belum Mampu Membaca, Begini Penjelasan Psikolog Klinis Anak

Psikolog Klinis Anak di Aceh Tenggara, Nasri Zulhaidi MPsi mengatakan, masih cukup banyak siswa-siswi yang belum lancar atau tuntas membaca.

Penulis: Asnawi Luwi | Editor: Mawaddatul Husna
FOTO IST
SISWA BELUM MAMPU MEMBACA - Psikolog Klinis Anak di Aceh Tenggara, Nasri Zulhaidi MPsi mengatakan, masih cukup banyak siswa-siswi yang belum lancar atau tuntas membaca, Selasa (4/11/2025). Ia berharap Ketua DPRK Aceh Tenggara beserta para anggota lainnya bisa membantu permasalahan ini untuk memberantas buta huruf di Aceh Tenggara yang berkoordinasi dengan lintas sektor. 

Ringkasan Berita:
  • Psikolog Klinis Anak di Aceh Tenggara, Nasri Zulhaidi MPsi mengatakan, masih cukup banyak siswa-siswi yang belum lancar atau tuntas membaca.
  • Padahal potensi kecerdasan mereka cukup bagus (ada yang potensi kecerdasannya tergolong superior dan diatas rata-rata).
  • Ia berharap Ketua DPRK Aceh Tenggara beserta para anggota lainnya bisa membantu permasalahan ini untuk memberantas buta huruf di Aceh Tenggara.
  • Kadisdikbud Aceh Tenggara, Julkifli SPd MPd mengatakan, pihaknya akan turun ke lapangan.

Laporan Wartawan Tribun Gayo Asnawi Luwi | Aceh Tenggara

TribunGayo.com, KUTACANE - Psikolog Klinis Anak di Aceh Tenggara, Nasri Zulhaidi MPsi mengatakan, masih cukup banyak siswa-siswi yang belum lancar atau tuntas membaca.

"Permasalahan besar yang dialami sekarang, masih banyak siswa-siswi  SMP di Aceh Tenggara yang belum bisa dan lancar membaca.

Hal itu karena tidak disikapi dengan baik oleh pihak sekolah dan orang tua untuk memberikan stimulasi yang tepat.

Akibatnya permasalahan ini terus terbawa hingga ke jenjang sekolah tingkat SMA.

Saya selaku Psikolog Klinis Anak, turut prihatin dengan keadaan ini.

Apalagi saya pernah mendapatkan rujukan dari salah satu sekolah SMPN yang merujuk siswanya untuk saya periksa lebih lanjut dengan keluhan awal belum bisa membaca," tuturnya, Selasa (4/11/2025).

Ternyata hasilnya, potensi kecerdasan anak itu cukup baik (rata-rata atas), tetapi permasalahannya hanya kurang stimulasi yang tepat dan konsisten.

Ditambah alasan karena masa Covid-19, dan kondisi keluarga yang tidak berfungsi dengan baik (disfunctional family).

"Misalnya orang tua bercerai, tinggal dengan nenek, pamannya pemakai narkoba.

Ibunya merantau cari upahan kerja di Tanah Karo dan kakaknya menikah muda," ujar Nasri Zulhaidi.

Lanjutnya, apalagi saat ini ada pemberlakuan wajib belajar 13 tahun (PAUD/TK, SD, SMP, SMA).

Namun cukup disayangkan banyak balita di Desa Terutung Megara, Kecamatan Bambel yang merasa tidak mampu ekonominya untuk menyekolahkan anaknya ke TK/PAUD di Biakmuli dan sekitarnya.

Padahal potensi kecerdasan mereka cukup bagus (ada yang potensi kecerdasannya tergolong superior dan diatas rata-rata).

Tetapi karena tidak mendapatkan stimulasi yang tepat, akhirnya tugas perkembangan mereka mengalami hambatan di beberapa aspek.

Sumber: TribunGayo
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved