Dua SD Negeri Tutup
Dua SD Negeri Tutup di Aceh Tenggara, Sekolah Favorit Kini Tinggal Kenangan
Kehilangan teman-teman dan harus berpisah dengan sebagian guru yang pada saat itu telah mendidiknya di SDN 2 Lawe Sigala-gala, Aceh Tenggara.
Penulis: Asnawi Luwi | Editor: Budi Fatria
Ringkasan Berita:
- SDN Kuta Tengah yang berdiri sejak 1978 sudah hampir 10 tahun tidak berfungsi.
- Bangunan sekolah sebagian dialihfungsikan menjadi TK/PAUD, sementara sisanya terbengkalai.
- SDN 2 Lawe Sigala-gala juga ditutup sekitar 2018 karena kekurangan murid, membuat siswa seperti Maulana dan Aderia merasa sedih harus berpisah dengan teman serta guru.
Laporan Wartawan Tribun Gayo Asnawi Luwi | Aceh Tenggara
TribunGayo.com, KUTACANE - Hampir sepuluh tahun sudah SDN Kuta Tengah, di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kabupaten Aceh Tenggara, tak lagi berfungsi sebagai sekolah dasar.
Bangunan yang pernah menjadi pusat pendidikan sejak akhir tahun 1970-an itu kini hanya menyisakan kenangan bagi para alumninya.
Kepala Desa Kuta Tengah, Henri Ringo-Ringo, yang juga pernah bersekolah di sana, mengungkapkan harapan besar warganya agar sekolah tersebut dibuka kembali.
“Ini sekolah bersejarah. Dulu menjadi favorit, bahkan bersaing dengan sekolah swasta. Sayang sekali kini hanya tinggal kenangan,” ujar Henri Ringo-Ringo yang ditemui TribunGayo.com, Rabu (15/11/2025) lalu.
Informasi dihimpun TribunGayo.com, SDN Kuta Tengah dibangun sekitar tahun 1978.
Baca juga: Jejak Dua SD Negeri di Aceh Tenggara yang Hilang dari Peta Pendidikan
Selama bertahun-tahun, sekolah ini menjadi pilihan utama masyarakat desa.
Namun, sejak hampir satu dekade lalu, aktivitas belajar mengajar berhenti total.
Henri memperkirakan penutupan terjadi karena kualitas pendidikan menurun dan adanya permasalahan antara guru dan murid, meskipun detailnya tidak pernah dijelaskan secara resmi.
Seiring waktu, jumlah murid terus berkurang hingga akhirnya sekolah ditutup untuk kelas I sampai VI.
Anak-anak desa terpaksa pindah ke SDN Bertingkat, SDN Lawe Loning, atau sekolah swasta di sekitar lokasi.
Sekolah yang berdiri di atas lahan seluas 2.500 meter itu kini sebagian difungsikan sebagai TK/PAUD Negeri.
Namun, bangunan lainnya terbengkalai, ditumbuhi semak belukar, bahkan ada yang ditempati warga agar tidak rusak.
“Bangunan masih layak huni, tapi tak terawat. Masyarakat berharap bisa difungsikan kembali untuk menerima murid baru,” kata Henri.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gayo/foto/bank/originals/Muhammad-Maulana-Yusuf-dan-Aderia-Nursah-Pitri.jpg)