Akhirnya pada tahun 2010, Nirwana berhasil menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S-1) di Universitas Universitas Jabal Ghafur Sigli.
Ia kembali ke kampung halaman dan menjadi tenaga pendidik di MAN 3 Aceh Tengah menjadi tenaga pendidik berstatus honorer ini pun tak ia sangka berlanjut sampai 14 tahun lamanya hingga sampai saat ini.
Nirwana dipersunting oleh laki-laki asal Kampung Bah Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2013, Nirwana pun ikut bersama suami di kampung Bah jaraknya sekitar 30 Km dari pusat Kota Takengon.
“Tepat seminggu kami menikah, saat itu langsung ada musibah gempa bumi yang menghanguskan sebagian Kecamatan Ketol,” kenang Nirwana
Nirwana bersama suami tetap memilih tinggal di Kampung Bah, meski jarak dan jalan yang kurang bersahabat tak mengurangi rasa semangat Nirwana untuk tetap mengajar di MAN 3 Aceh Tengah.
Nirwana harus berjuang keras melewati jalan yang berbukit dengan kabut tebal untuk sampai dihadapan siswa memberikan motivasi.
Pada tahun 2020, Masyarakat kampung Bah dan Nirwana mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) persiapan di Kampung tersebut, Nirwana menjadi guru pendidik pertama kali dan pernah mendapat penghargaan di Banda Aceh pada peringatan Hardiknas tahun 2022 kategori Tenaga Pendidik Berdedikasi.
“Sekolah itu pun telah lama didambakan oleh masyarakat, agar anak-anaknya tidak harus keluar sekolah bisa di kampung sendiri,” jelas Nirwana.
Nirwana melihat kegigihan anak-anak dalam menimba ilmu pengetahuan di kampung tersebut ada yang menganggur diumurnya yang masih belia lantaran tidak ada biaya untuk sekolah, ada yang yatim bahkan ada yang yatim piatu.
“Terkadang kami kumpul-kumpul uang untuk membeli baju seragam anak-anak, bahkan masih ada yang mengenakan sandal datang ke sekolah,” kata Nirwana
Wanita kelahiran 19 Mei 1985 itu menjadi guru pertama mengajar di SMP 44 Takengon sejak 17 Agustus 2021 tepat sekolah itu didirikan dan di negerikan pada 18 Agustus 2021.
Setelah sekolah itu pun Negeri dan berdiri dua bangunan, Nirwana tak lagi mengajar di SMP tersebut, ia lebih memilih sekolah awalnya di MAN 3 Aceh Tengah.
“Sekloahnya sudah maju sekarang, dan sepertinya tidak membutuhkan tenaga honorer seperti saya lagi,” jelas dia.
Hingga saat ini, menempuh jalan rusak dan melewati perbukitan kurang lebih berjarak 30 Km Nirwana dari Kampung Bah ke Pusat kota Takengon terus ia lalui untuk mencerdaskan putra-putri gayo.
“Saya ikhlas menjalaninya, semoga suatu saat nanti Allah mengangkat derajat saya,” Harapnya.