Namun bau belerang tercium menyengat.
"Cuma entah kenapa itu rasanya gak panas lagi, cuma pakai jaket kan, nggak panas cuma baunya kuat sekitar dua menit di dalam langsung hilang dan terang, langsung berangkat ke bawah," terang Ridho.
Sementara kondisi teman-temannya yang lain, dikatakan sudah banyak yang tergeletak tak berdaya meminta pertolongan.
Bahkan sebagian pun ada yang terluka parah hingga patah tulang akibat dentuman letusan Gunung tersebut.
"Udah kondisi terang, kayak teman-teman yang ada udah pada terbaring, ada yang minta tolong, kakinya patah gitu, selain dari kampus juga banyak yang tidak dikenalin," ujar Ridho.
Dengan kondisi lemah, Ridho dan pendaki lain berusaha turun dan terus menghubungi pihak keluarga.
"Kami turun sama rombongan yang lain sama-sama turun itu, masih bisa menghubungi pihak keluarga, pas coba hubungi cuma lihat hp udah hancur kena batu, jadi gak ada," ungkapnya.
Ridho mengaku ia dan para pendaki sampai harus saling gendong dan ngesot berjalan di tengah semak.
"Terpaksa ngangkat jatuh terus, ngesot-ngesot golekan badan ke semak-semak tuh, kalau ada lumut, pegang ginian biar dinginm mungkin lupa sama temen posisinya di puncak," katanya.
Lebih lanjut, menurut kesaksian Ridho, ia sempat merasakan adanya tanda-tanda sebelum erupsi.
"Pas kami naik itu sejam sebelum ke puncak, ada bunyi mendesis gitu dalam kawah juga ada asap keluar tebal, cuma kata kawan kan, kawan udah biasa mendaki jadi dia bilang biasa aja gitu," ungkap Ridho.
Hingga akhirnya, mereka tiba di Pondok erupsi dan dijemput warga setempat.
Diketahui kini, kondisi kaki kiri Muhammad Ridho tidak bisa digerakkan karena luka bakar dan harus dipasang spalk.
Kini korban yang dinyatakan tewas dalam kejadian itu berjumlah 23 orang.
Diketahui sebelumnya, Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam dan Tanah Datar itu mengalami erupsi pada Minggu (3/12/2023) pukul 14.54 WIB.