Mahasiswa USK Ciptakan CASCAREV, Inovasi Pemurnian Air dari Limbah Kulit Kopi

Limbah kulit kopi atau cascara selama ini kerap dianggap tak bernilai dan hanya menjadi tumpukan sampah di sekitar area perkebunan. 

Editor: Malikul Saleh
Dokumen Rizki
HARGA KOPI GAYO - Kopi Gayo di Kecamatan Atu Lintang, Kabupaten Aceh Tengah, Senin (13/10/2025). Inovasi yang mereka beri nama CASCAREV (Cascara Revolution) ini merupakan teknologi pemurnian air berbasis membran yang dimodifikasi menggunakan kulit kopi kering.  

TRIBUNGAYO.COM - Limbah kulit kopi atau cascara selama ini kerap dianggap tak bernilai dan hanya menjadi tumpukan sampah di sekitar area perkebunan. 

Namun, sekelompok mahasiswa Teknik Kimia Universitas Syiah Kuala (USK) berhasil mengubah limbah tersebut menjadi inovasi bermanfaat bagi lingkungan melalui teknologi pemurnian air bersih.

Inovasi yang mereka beri nama CASCAREV (Cascara Revolution) ini merupakan teknologi pemurnian air berbasis membran yang dimodifikasi menggunakan kulit kopi kering. 

Terobosan ini dinilai menjadi langkah nyata dalam menghadapi krisis air bersih dan meningkatnya pencemaran lingkungan di Indonesia.

Tim pengembang CASCAREV terdiri atas mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik USK, yakni Mauziki selaku ketua, serta Zahra Triani Ilyas, Meutya Shahira, Said Habiburrahman, dan Surya Andika, dengan bimbingan dari Prof. Dr. Nasrul, ST., MT.

Menurut Mauziki, ide ini lahir dari partisipasi mereka dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta.

 Tim ingin menciptakan riset yang tidak hanya relevan secara ilmiah, tetapi juga memiliki manfaat sosial yang nyata.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat pencemaran air di Indonesia meningkat lebih dari 300 poin antara tahun 2021 hingga 2024. 

Fakta inilah yang mendorong tim USK untuk mencari solusi ramah lingkungan melalui pendekatan teknologi sirkular.

Dalam proses risetnya, mereka mengembangkan membran berbasis Polyethersulfone (PES). 

Meski umum digunakan dalam filtrasi, membran PES konvensional memiliki kelemahan karena mudah mengalami penyumbatan (fouling) dan kurang memiliki sifat antibakteri.

Solusi muncul ketika salah satu anggota tim yang berasal dari Takengon mengusulkan pemanfaatan limbah cascara. 

Ternyata, cascara mengandung polifenol dan pektin, dua senyawa alami dengan sifat antioksidan, antibakteri, serta hidrofilik yang dapat meningkatkan kinerja membran PES.

"Dari sinilah lahir sebuah upaya mengubah limbah agroindustri menjadi material bernilai tinggi untuk teknologi ramah lingkungan," kata Mauziki.

Berbeda dari membran konvensional, membran PES yang dimodifikasi dengan ekstrak cascara ini memiliki beberapa keunggulan kunci. Kandungan polifenol dan pektin memberikan sifat antibakteri yang lebih baik, membantu menurunkan jumlah koloni bakteri minimal 85 persen.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved