Gempa Terkini

Mengenal Penyebab Gempa Cianjur yang Sangat Merusak, Simak Ulasannya

Dia memaparkan, gempa Cianjur merupakan jenis gempa bumi dangkal yang diduga akibat aktivitas sesar Cimandiri.

Twitter @daryonoBMKG
Menurut Catatan sejarah yang telah dirangkum TribunGayo.com bahwa sudah 14 kali terjadi gempa di Jawa Barat. 

Dia memaparkan, gempa Cianjur merupakan jenis gempa bumi dangkal yang diduga akibat aktivitas sesar Cimandiri.

Laporan Kiki Adelia | Aceh Tengah
 
TRIBUNGAYO.COM, TAKENGON - Peristiwa gempa bumi bermagnitudo 5,6 mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022).

Musibah gempa yang mengguncang kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini terjadi sekitar pukul 13.21 WIB berpusat pada koordinat 6.84 LS, 107.05 BT atau tepatnya di darat wilayah Sukalarang, Sukabumi pada kedalaman 11 km. 

Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono mengungkapkan, gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.

Catatan BMKG per pukul 14.00 WIB, sudah ada 15 aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock dengan magnitudo terbesar 4,0 pada Senin (21/11/2022).

Baca juga: UPDATE Korban Gempa Cianjur, Meninggal 268 Orang, 122 Jenazah Sudah Terindifikasi, 151 Masih Hilang

Dia memaparkan, gempa Cianjur merupakan jenis gempa bumi dangkal yang diduga akibat aktivitas sesar Cimandiri.

Hal tersebut berdasarkan analisis dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip)," papar Daryono dalam keterangan tertulinya, Senin (21/11/2022).

Gempa Cianjur menjadi salah satu bencana yang mematikan terjadi di Indonesia.

Ternyata gempa yang merusak banyak bangunan itu tidak hanya terjadi sekali saja melainkan 14 kali.

Baca juga: Tinjau Kerusakan Gempa Cianjur, Presiden Jokowi Bawa Ayam Goreng untuk Anak-anak: Suka Ayam, Ndak?

Hal itu diungkap oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.

Dalam unggahan di instagramnya, Daryono mengompilasi setiap gempa yang pernah terjadi di Cianjur hingga Sukabumi, Jawa Barat

Lalu apa yang menyebabkan kawasan Cianjur- Sukabumi mengalami gempa?

Berikut TribunGayo.com rangkum dari beberapa sumber.

1. Kawasan Cianjur- Sukabumi Memiliki Banyak Sesar

Daryono mengatakan, daerah Cianjur- Sukabumi merupakan jalur yang dilewati oleh beberapa sesar.

Sesar merupakan rengkahan atau retakan pada kulit bumi yang terjadi akibat gaya endogen yang menekan dari dalam bumi.

Tercatat sesar atau patahan Cimandiri, Padalarang, Lembang, Cirata dan beberapa sesar-sesar minor yang berada di wilayah tersebut menyebabkan kawasan tersebut menjadi jalur gempa aktif.

Pondok Pesantren di Kampung Garogol, Desa Cibulakang, Kecamatan Cugenang, Cianjur, yang ambruk usai diguncang gempa bumi. Tribun Jabar/Fauzi N
Pondok Pesantren di Kampung Garogol, Desa Cibulakang, Kecamatan Cugenang, Cianjur, yang ambruk usai diguncang gempa bumi. Tribun Jabar/Fauzi N 

Sehingga, kawasan tersebut menjadi kawasan gempa secara permanen.

Adapun lokasi Sesar Cimandiri, merujuk jurnal Unpad "Tektonik Sesar Cimandiri, Provinsi Jawa Barat" oleh Iyan Haryanto, dkk.

Letak struktur Sesar Cimandiri terbagi menjadi dua, yaitu: Segmen bagian barat: membentang mulai dari Pelabuhan Ratu hingga Perbukitan Walat.

Segmen bagian timur: membentang mulai dari perbatasan Sukabumi- Cianjur hingga mencapai Gunung Tangkuban Perahu (Bandung Utara).

Jalur Sesar Cimandiri melintasi Perbukitan Jampang, Perbukitan Warungkiara, Perbukitan Walat dan Perbukitan Rajamandala.

Apa Itu Sesar Cimandiri?

Dilansir dari geologi.co.id, sesar Cimandiri adalah sesar atau patahan geser aktif sepanjang kurang lebih 100 km.

Sesar ini memanjang dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, lalu mengarah ke timur laut melewati Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Subang.

Sesar Cimandiri terbagi menjadi lima segmen, yaitu: Cimandiri Pelabuhan Ratu-Citarik, Citarik-Cadasmalang, Ciceureum-Cirampo, Cirampo-Pangleseran, Pangleseran-Gandasoli.

Namun, ada pula yang membagi sesar Cimandiri menjadi empat segmen, antara lain: Pelabuhan Ratu dan Cibuntu Padabeunghar Cikundul dan Baros Sukaraja. 

Baca juga: Miris, Gempa Cianjur Sebabkan Truk dan Angkot Berisi 15 Siswa Tertimbun Longsor

Pembagian empat segmen ini berdasarkan karakteristik morfologi yang diamati secara langsung di lapangan.

Selain gempa Cianjur, sesar Cimandiri beberapa kali sempat memicu gempa besar.

Setidaknya, ada tujuh gempa besar dalam abad ini yang diakibatkan sesar Cimandiri.

Gempa itu antara lain gempa bumi Pelabuhan Ratu (1900), gempa bumi Cibadak (1973), gempa bumi Gandasoli (1982).

Kemudian gempa bumi Padalarang (1910), gempa bumi Tanjungsari (1972), gempa bumi Conggeang (1948), dan gempa bumi Sukabumi (2001).

2. Gempa Tektonik Berjenis Kerak Dangkal

Lebih lanjut tentang penyebab gempa Cianjur 21 November 2022, BMKG menjelaskan alasan gempa Cianjur bersifat merusak.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, awalnya menjelaskan beberapa wilayah di Jawa Barat, termasuk Cianjur, merupakan dalam kawasan seismik aktif dan kompleks yang menyebabkan rawan dan sering terjadi gempa.

Baca juga: Waspada, Ini 4 Sesar Aktif di Jawa Barat Berpotensi Timbulkan Gempa Bumi

Daryono mengetahui bahwa wilayah Sukabumi, Cianjur, Lembang, Purwakarta, juga Bandung itu secara tektonik merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks, disebut aktif memang kawasan ini sering terjadi gempa.

Daryono mengatakan, tak hanya rawan gempa, wilayah-wilayah tersebut juga cenderung sering terdampak gempa dangkal.

Hal ini sebab ada beberapa sesar-sesar yang ditemukan di wilayah tersebut.

"Jadi kompleksitas tektonik ini memicu, berpotensi memicu terjadinya gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake.

Fakta tektonik semacam ini menjadikan kawasan tersebut menjadi kawasan rawan gempa secara permanen, dan dengan karakteristik gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake ini.

Rumah warga rusak akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). DOK TRIBUNNEWS.COM
Rumah warga rusak akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). DOK TRIBUNNEWS.COM

Oleh karena itulah, Daryono menyebut, dampak gempa Cianjur 21 November 2022 bersifat merusak.

Dia menyebut gempa dangkal dengan kekuatan magnitudo 4-5 bisa merusak secara signifikan.

Karakteristik gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake ini gempanya tidak harus berkekuatan besar untuk menimbulkan kerusakan.

"Karena gempanya rata-rata dangkal ya, bisa kurang dari 10 kilometer, bisa kurang dari 15 kilometer, dan itu tidak butuh kekuatan besar misalnya di atas (magnitudo) 7, tapi kekuatan (magnitudo) 4, 5, 6 itu bisa timbulkan kerusakan yang signifikan," jelasnya.

3. Struktur Bangunan Rumah Tidak Tahan Gempa

Daryono juga mengatakan, selain sumber gempa yang bersifat dangkal, kerusakan rumah akibat gempa yang berkali-kali dialami warga Cianjur- Sukabumi itu juga dipengaruhi oleh struktur bangunan yang kurang memenuhi standar tahan gempa.

Misalnya menggunakan besi tulangan atau semen standar pada bangunan, bukan pondasi standar tahan gempa.

Gempa itu sebenarnya tidak membunuh dan melukai, tapi bangunan yang tidak standar aman gempa yang kemudian roboh yang menimpa penghuninya itu menjadi penyebab jatuhnya korban jiwa dan luka.

Ditambah, pemukiman penduduk yang berada di tanah lunak menyebabkan getaran gempa yang terasa lebih besar.

Hal ini sempat dijelaskan oleh Daryono saat peristiwa gempa di Rangkasbitung (7/7/2020).

"Guncangan gempa ini sangat dirasakan karena adanya efek soft sedimen/tanah lunak di Jakarta sehingga resonansi akibat tebalnya lapisan tanah lunak ini membuat gempa sangat dirasakan," katanya.

Gempa di Cianjur terjadi di daerah perbukitan atau lereng, tepatnya di kawasan kaki Gunung Gede Pangrango.

Rumah-rumah penduduk mengalami kerusakan parah juga dipengaruhi lantaran topografi di kawasan tersebut tidak rata.

Rekomendasi BMKG Lebih lanjut, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu-isu tidak benar.

Daryono juga mengimbau agar menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.

Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum Anda kembali ke dalam rumah.

Bagaimana Riwayat Gempa di Cianjur ?

Menurut Catatan sejarah yang telah dirangkum TribunGayo.com bahwa sudah 14 kali terjadi gempa di Cianjur.

Berikut adalah sejarah gempa Sukabumi - Cianjur:

1. Gempa tahun 1844

Mengutip dari Kompastv,com, Daryono mengatakan untuk pertama kalinya, gempa Cianjur-Sukabumi tercatat pada tahun 1844.

Sebelum tahun 1844, juga pernah terjadi namun tidak tercatat yang mengakibatkan banyak rumah rusak di Sukabumi

2. Pada 1879, 14 Juni 1900, 1910, dan 21 Januari 1912, gempa tersebut banyak penyebabkan kerusakan di sejumlah namun tidak diketahui pasti berapa magnitudo kekuatannya.

3.  Gempa 2 November 1969 berkekuatan (M 5,4) yang menyebabkan sejumlah rumah rusak.

4. Gempa 26 November 1973 juga menyebabkan banyak rumah rusak di Cibadak, Sukabumi.

5. Gempa 10 Februari 1982, berkekuatan (M 5,5) mmenyebabkan banyak rumah rusak dan korban jiwa.

6. Gempa 12 Juli 2000 berkekuatan (M 5,4 dan M 5,1) menyebabkan 1.900 rumah rusak berat di Cidahu, Cibadak, Gegerbitung, Sukaraja, Cikembar, Cicurug, Parungkuda, hingga ke Kebandungan.

7. Pada 12 Juni 2011, berkekuatan M 4,9 mengakibatkan 136 rumah rusak di Lebak dan Sukabumi.

8. Pada 4 Juni 2012, tercatat menjadi gempa dengan kekuatan yang terbesar di kawasan Sukabumi- Cianjur yakni mencapai (M 6,1), gempa tersebut mengakibatkan 104 rumah rusak di Sukabumi.

9. Pada 8 September 2012, berkekuatan M 5,1 yang menyebabkan 560 rumah rusak di Sukabumi

10 . Pada 11 Maret 2020, gempa berkekuatan M 5,1 merusak 760 rumah di Sukabumi

11. Pada 14 November 2022, ada tiga gempa bumi yang terjadi secara beruntun dengan kekuatan (M 4,1, M3,3, M 2,6).

12. Pada 21 November 2022, gempa M 5,6 sementara mengakibatkan 268 orang meninggal, ratusan luka-luka dan 6.570 Unit rumah rusak berat. Dan Korban serta rumah yang rusak masih terus di data. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved