Wisata Gayo Alas

Air Panas Lawe Gurah, Objek Wisata yang Menjadi Idaman di Aceh Tenggara

Tempat ini merupakan semenanjung yang diapit oleh dua sungai yaitu Sungai Ketambe dan Sungai Alas, terletak di dalam TNGL.

Penulis: Asnawi Luwi | Editor: Mawaddatul Husna
FOTO IST
Air panas Lawe Gurah Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara yang cocok menjadi objek wisata idaman bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. 

Banyak rotan kuat dan tebal di sini, terkadang mencapai 100 meter. Di samping flora, belantara Leuser kaya pula dengan fauna.

Baca juga: Wisata Aceh Tenggara, Pembangunan Masjid Agung At Taqwa Habiskan Biaya Rp 72 M, Intip Kemegahannya

Sedikitnya terdapat 130 spesies mamalia menghuni hutan ini. Dan kebanyakan mamalia di Leuser adalah jenis kalong 15 spesies, kampret 13 spesies, dan tupai 17 spesies.

Mamalia lainnya adalah Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Orangutan ini merupakan binatang paling populer di Leuser dan dikenal sebagai mamalia terbesar di dunia.

Di samping itu, ada dua spesies kera Leuser yakni Monyet Ekor Panjang (Macaca fasicularis), dan Lutung (Presbytis cristata). Juga terdapat Kukang (Nycticebus coucang), yang hidupnya di malam hari seperti Musang.

Terdapat beberapa jenis burung di kawasan ini, diantaranya adalah  Rangkong (Buceros rhinoceros), Manyar, Kakak Tua (Psittinus cyanurus) Elang (Spilornis cheela), Balam (Treron vernans), Merbuk (Merops leschenaulti), dan lain-lain.

Masyarakat Lawe Gurah Jadi Pemandu Wisata

Masyarakat sekitar Lawe Gurah menjadi pelaku utama wisata di kawasan ini.

Sebagian masyarakat menjadi pemandu wisata, penyedia guest house atau penginapan, menjual souvenir, menjual makanan dan agen perjalanan.

Dari segi kesejahteraan ekonomi, sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, namun banyak juga bekerja di sektor pariwisata seperti pemandu wisata, berjualan souvenir, agen wisata dan lain-lain.

Perekonomian Desa Ketambe, merupakan desa yang berbatasan dengan kawasan Gurah secara umum didominasi pada sektor perkebunan dengan sistem pengelolaan masih sangat tradisional (pengolahan lahan, pola tanam maupun pemilihan komoditas produk pertaniannya).

Produk pertanian Desa Ketambe lahan produktif untuk lahan perkebunan seluas 60 hektare. Untuk lahan perkebunan non produktif seluas 30 hektare.

Baca juga: Wisata Aceh Tenggara, Villa Bustanil Arifin Ketambe, Wisatawan Serasa Berada di Hutan Amazon 

Hal ini diakibatkan adanya struktur tanah yang mungkin belum tepat untuk produk unggulan yang mayoritas tanaman coklat, jagung dan nilam.

Persoalan yang mendasar kurangnya pengetahuan tentang pola bercocok tanam dan pengendalian hama pada tanaman secara tepat.

Untuk Desa Ketambe Luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah, luas desa 888 hektare, luas lahan sawah nol, luas lahan bukan sawah 843 ha, dan luas lahan non pertanian 17 hektare.

Masyarakat Desa Ketambe masih mempertahankan kesenian tradisional yang telah mendunia, yaitu Tari Saman yang sering disebut Tari Tangan Seribu.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved