Gempa Terkini

Update Gempa Bantul Yogyakarta, 172 Rumah Rusak dan Seorang Meninggal Dunia

Gempa bumi melanda Bantul, Yogyakarta menyebabkan jatuh korban jiwa dan banyak rumah alami kerusakan.

Editor: Rizwan
Kompas.com/Markus Yuwono
Anang Subardi menunjukan rumah yang rusak akibat gempa Bantul di Padukuhan Kuwon Kulon, Pacarejo, Semanu, Gunungkidul. Jumat (30/6/2023) malam. 

Masih dikutip dari akun Twitter BPBD D.I Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul menjadi daerah terparah yang terdampak gempa Bantul.

Adapun total bangunan rusak mencapai 141 unit dengan rincian 116 rumah rusak, 11 unit fasilitas perkantoran rusak, lima unit fasilitas ibadah rusak, dua unit fasilitas pendidikan rusak ringan, hingga satu jaringan listrik juga mengalami rusak ringan.

Baca juga: Kisah Salbiah Fitri Selamat dari Gempa Ketol Aceh Tengah, Saksikan Desa Serempah Terbelah Jadi Dua

Selanjutnya, ada Bantul yang menjadi wilayah terparah kedua terdampak gempa dengan total ada 40 bangunan mengalami kerusakan.

Selain itu, di Bantul adapula satu korban yang meninggal dunia akibat gempa.

Kemudian, ada Kulonprogo yang tercatat ada sebanyak 20 unit bangunan mengalami kerusakan.

Lalu, ada Sleman yang tercatat ada empat bangunan rusak serta korban luka sebanyak empat orang.

Terakhir, ada Kota Yogyakarta sejumlah satu bangunan yang mengalami kerusakan.

Hingga kini Sabtu (1/7/2023), tercatat satu orang meninggal dunia, 22 orang luka, dan lima keluarga menjadi penyintas.

45 Kali Gempa Susulan

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengungkapkan setidaknya ada 45 gempa kali susulan usai gempa utama dengan magnitudo 6,4 mengguncang Bantul.

Namun, hingga kini, intensitas gempa terus mengalami penurunan.

Baca juga: Pasca Gempa di Yogyakarta, Ada 44 Gempa Bumi Susulan Terjadi hingga Hari Ini

"Tapi semakin lama intensitasnya semakin lemah dan jarang," kata Dwikorita dikutip dari Tribun Jogja.

Ia mengatakan kekuatannya dari gempa juga semakin kecil, bahkan tidak dirasakan langsung. Adapun getaran hanya terdeteksi oleh alat.

Menurut Dwikorita, gempa terjadi karena tumbukan antara lempeng di Samudera Hindia dengan lempeng Pulau Jawa.

Pertemuannya terjadi di dasar lautan.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved