Berita Aceh Tengah
Ikuti Diskusi Sabtuan Pekan ini, Bahas Masalah Konflik Gajah dengan Manusia di Aceh Tengah
Menurutnya, Konflik Gajah di Aceh sudah berlangsung selama sperti empat abad. Gubernur dan bupati silih berganti, namun konflik belum berhenti.
Penulis: Romadani | Editor: Khalidin Umar Barat
Laporan Romadani | Aceh Tengah
TRIBUNGAYO.COM, TAKENGON - Diskusi Sabtuan di Aceh Tengah pekan ini mengangkat tema melindungi manusia, mendamaikan gajah menjelang 15 tahun konflik Gajah di Aceh.
Diskusi Sabtuan yang rutin dilakukan di setiap akhir pekan menggugah selera bagi setiap kalangan masyarakat untuk mengikuti dialog tersebut.
Salah satu penggagas Diskusi Sabtuan Maharadi menyampaikan alasannya untuk mengangkat tema tersebut menarik untuk dibahas
Menurutnya, Konflik Gajah di Aceh sudah berlangsung selama sperti empat abad. Gubernur dan bupati silih berganti, namun konflik belum berhenti.
"Konflik terjadi akibat adanya kesamaan namun berbeda tujuan dalam satu ruang yang sama. Manusia dan gajah sama-sama butuh hidup, sama-sama mencari rezeki," kata Maharadi, Kamis (23/11/2023)
Manusia mencari rezeki dengan merawat tanaman dan memanen hasilnya, sedangkan gajah biasanya memanen tanaman disepanjang jalur yang dilalui.
Sebagai hewan mamalia, gajah memakan tumbuhan baik daun maupun buah yang dapat dijangkau. Sedangkan dikawasan dengan tutupan lahan padat dipenuhi pohon kayu yang tinggi pada umumnya minim pakan gajah yang dapat dijangkaunya.
Itu sebabnya gajah mencari pakan dipinggir hutan dengan tutupan yang didominasi oleh semak belukar terutama disekitar area yang memiliki sumber air.
Kawasan pertanian, sambung Maharadi, masyarakat pada umumnya mulai dari pinggir hutan sampai ke area yang lebih padat penduduk di sekitar kawasan yang memiliki sumber air.
"Baik manusia maupun gajah, sama-sama membutuhkan area yang lebih terbuka dan memiliki sumber air. Kesamaan ini yang kemudian memicu terjadinya konflik," terangnya.
Baca juga: Polres Aceh Tengah Mulai Selidiki Ambruknya Jembatan Menuju Pemakaman Linge
Baca juga: Antrean Panjang Roda Empat di SPBU Kemili Aceh Tengah Ganggu Arus Lalu Lintas
Maharadi menambahkan, menurut catatan Mongabay.co.id, Sepanjang tahun 2002–2007, konflik menyebabkan 8 orang meninggal dunia, 11 luka-luka dan 68 gajah mati dan dalam kurun waktu selama 2005 sampai 2015 penurunan jumlah individu gajah mencapai 300 ekor.
Konflik tersebut masih terus berlangsung sampai hari ini, korban nyawa dan harta benda sudah cukup banyak.
Biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dan pemerintah sudah cukup banyak, mulai dari biaya pengiringan gajah, pembangunan parit anti gajah, kawat kejut dan berbagai upaya lain menelan biaya yang tidak sedikit.
"Sebagai contoh disekitar perbatasan Aceh Tengah, Bener Meriah dan Bireuen, upaya penanganan konflik seperti “main ping-pong” pengiringan gajah liar sampai sebatas “net” keluar dari area," ungkapnya.
Listrik Padam di Aceh Tengah, KAMMI Gayo: Pelaku Usaha Rugi Hingga Rp 500 Juta per Hari |
![]() |
---|
PLN Takengon Aktifkan Kembali PLTD Ayangan, Pasok Listrik 850 kW untuk RSUD Datu Beru |
![]() |
---|
Pemadaman Listrik di Aceh Tengah Masih Berlanjut, Pekerja Kantoran Serbu Warkop |
![]() |
---|
Tiga Hari Listrik Padam, Pelaku Usaha di Aceh Tengah Mengaku Merugi |
![]() |
---|
Sistem Digital RSUD Datu Beru Takengon Terganggu Akibat Pemadaman Listrik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.