Berita Nasional

Polda Sumut Ungkap Sindikat Internasional Jual Beli Ginjal via Medsos

EC merupakan warga Indonesia yang menetap di India.Dia diduga sebagai otak dan perekrut bisnis perdagangan organ tubuh manusia jaringan internasional

TRIBUNNEWS.COM
Ilustrasi- Polda Sumut Ungkap Sindikat Internasional Jual Beli Ginjal via Medsos. 

Pada 5 Desember, Reza kembali mencoba berangkat melalui Bandara Kualanamu. Tapi kali ini bersama Mus Mulyadi.

Di sinilah tim gabungan Badan Intelijen Polri dan Renakta Ditrreskrimum Polda Sumut menangkap keduanya.

"Ada proses yang diarahkan untuk keluar negeri, sehingga proses kemungkinan besar dilaksanakan di luar negeri, di India.

Oleh karena itu kami amankan sebelum keluar negeri, tujuannya ke India, untuk dilakukan di sana operasi besar," ungkap Sumaryono.

Dari kesepakatan antara penjual dan pembeli, ginjal korban dihargai Rp 175 juta.

Tapi korban baru menerima Rp 10 juta sebagai uang muka. Sedangkan Rp 165 juta lagi akan dilunasi usai operasi.

"Uang yang kami sita sebesar 10 juta untuk kasus ini," kata Sumaryono.

Baca juga: Kisah Cinta Berujung Kandas, Rela Donorkan Ginjal Untuk Kekasihnya

Selain Mus Mulyadi, polisi juga menetapkan status tersangka terhadap A dan seorang berinisial EC.

Kata Sumaryono, EC merupakan warga Indonesia yang menetap di India.

Dia diduga sebagai otak dan perekrut bisnis perdagangan organ tubuh manusia jaringan internasional.

Saat ini Polda Sumut bekerja sama dengan Mabes Polri dan kepolisian internasional untuk mengungkap kasus ini.

Atas perbuatannya tersangka Mus Mulyadi alias Aji dijerat Pasal 2 juncto Pasal 10 UU No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Tersangka terancam pidana penjara selama 15 tahun dan denda Rp 600 juta.

Sementara itu, Reza mengaku akan menggunakan uang hasil jual ginjal untuk membiayai anggota keluarganya yang sakit.

"Saudara RA dari Kudus yang menawarkan ginjalnya karena yang bersangkutan ingin membiayai saudara yang sakit. Sehingga dengan menjual organ ginjal harapan bisa bantu saudara yang sakit," ungkap Sumaryono. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com

 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved