Berita Aceh Tengah Hari Ini

Tradisi Lisan Gayo “Berkekeberen” Jadi Sorotan dalam Bedah Buku Karya Dr Asdiana di Aceh Tengah

Penelitiannya berfokus pada “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Berkekeberen pada Masyarakat Gayo”.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mawaddatul Husna
FOTO IST
BEDAH BUKU - Dr Asdiana MA di acara bedah buku karyanya di Perpustakaan dan Kearsipan Aceh Tengah, Kamis (23/10/2025). Tradisi sastra lisan Gayo kembali mendapat tempat terhormat dalam dunia literasi dan pendidikan, melalui kegiatan Bedah Buku Koleksi Perpustakaan Daerah berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kekeberen” karya Dr Asdiana MA. 

Laporan Wartawan Tribun Gayo Fikar W Eda | Aceh Tengah

TribunGayo.com, TAKENGON - Tradisi sastra lisan Gayo kembali mendapat tempat terhormat dalam dunia literasi dan pendidikan, melalui kegiatan Bedah Buku Koleksi Perpustakaan Daerah berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kekeberen” karya Dr Asdiana MA. 

Kegiatan ini digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Aceh Tengah, Kamis (23/10/2025) di ruang baca utama Perpustakaan Daerah Aceh Tengah.

Turut hadir Dr Al Musanna MAg sebagai pembedah buku, serta dihadiri langsung oleh Bupati Aceh Tengah Drs Haili Yoga MSi.

Kemudian Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Zulfan Diara ST dan Bunda Literasi Aceh Tengah Risnawati, SSi.

Buku karya Dr Asdiana seorang dosen dan peneliti kelahiran Bandar Lampahan, 2 Mei 1982, merupakan hasil penelitian doktoralnya di UIN Sumatera Utara.

Penelitiannya berfokus pada “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Berkekeberen pada Masyarakat Gayo”.

Melalui kajiannya, Asdiana menelusuri tradisi berkekeberen atau kekeberen.

Yaitu bentuk sastra lisan Gayo yang hidup di wilayah Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Serbejadi, dan sebaran Gayo lainnya.

Dalam paparannya, Asdiana menjelaskan bahwa tradisi berkekeberen bukan sekadar warisan tutur, tetapi juga media pendidikan moral dan keagamaan masyarakat Gayo.

“Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam kekeberen mencakup nilai moral, religius, karakter, dan budaya.

Melalui kekeberen, orang tua Gayo dahulu mendidik anak-anaknya tentang kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, serta rasa hormat kepada sesama,” ungkapnya.

Namun, Asdiana juga menyoroti bahwa tradisi tersebut kini mengalami penurunan drastis akibat perubahan gaya hidup dan kemajuan teknologi.

“Berkekeberen adalah museum ingatan masyarakat Gayo. Tapi jika tidak diwariskan secara sadar, ia akan hilang.

Karena itu, tradisi ini perlu ditulis, diteliti, dan disebarluaskan agar tetap hidup dalam pendidikan modern,” tambahnya.

Sumber: TribunGayo
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved