Sebagai objek wisata, Danau Lut Tawar selalu ramai dikunjungi terutama pada hari libur atau akhir pekan.
Sepanjang tepi danau tumbuh berbagai aktivitas ekonomi, seperti penginapan atau homestay, kafe dan tempat-tempat swafoto yang menarik.
Danau ini memiliki luas 5.472 hektare dengan panjang 17 kilometer dan lebar 3,219 kilometer. Volume airnya kira-kira 2.537.483.884 m⊃3; (2,5 triliun liter).
Baca juga: Heboh! Ikan Predator Tertangkap Warga di Danau Lut Tawar, Takengon, Cek Faktanya
Tercatat terdapat 25 aliran sungai yang bermuara ke Danau Laut Tawar dengan total debit air kira-kira 10.043 liter per detik.
Kedalaman danau bervariasi, mulai dari 8,9 meter di bagian pinggir danau, sampai 51,13 meter di tengah danau atau 630 meter dari tepi.
Para ahli mencatat, terdapat 46 jenis plankton yang terbagi atas 11 kelas di Danau Laut Tawar.
Rinciannya, kelas Chlorophyceae sebesar 35 persen, Bacillariophyceae 24 % , Myxophyceae 9 % , dan kelas lain sebesar 32 % , Hydrilla sp.
Eceng gondok, dan kiambang juga dapat ditemukan hidup di pinggiran danau.
Juga ditemukan 3 jenis moluska, 1 jenis annelida, 37 jenis ikan, dan 49 jenis serangga yang hidup di kawasan Danau Laut Tawar.
Baca juga: Komunitas Mobil Taft Indonesia di Aceh, Kunjungi Kantor TribunGayo.com dan Wisata di Danau Lut Tawar
Untuk hewan yang hidup di sekitar danau, ditemukan 20 spesies mamalia yang terbagi atas 13 famili.
Beberapa di antaranya termasuk hewan yang dilindungi, antara lain binturung, pukas,
trenggiling, landak, kancil, napu, owa, siamang, tanado, harimau, kucing hutan, rusa, dan kijang.
Lalu bagaimana asal muasal terbentuknya Danau Lut Tawar?
Banyak yang beranggapan bahwa danau itu terbentuk dari kawah gunung berapi. Benarkah?
Geolog berdarah Gayo yang menetap di Bandung, Prof Fauzi Hasibuan, menyatakan bahwa Danau Lut Tawar terbentuk bukan dari kawah gunung merapi.